Chapter 17

2.2K 330 9
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.


Yunhyeong masih terpaku melihat Ong yang beberapa waktu lalu masih berbicara dengannya itu kini sudah berubah menjadi mayat.

Ia menatap sekitarnya dengan awas. Siapa pun yang membunuh Ong pasti dia adalah orang yang sudah mengintainya sejak mereka berada di luar tadi, dan orang itu pasti mengikuti mereka hingga ke gudang ini.

Yunhyeong mengusap wajahnya frustasi. Bagaimana mungkin kejadian ini tidak ia sadari? Maksudnya, ia benar-benar tidak merasakan kalau di gudang itu mereka tidak hanya berdua. Pergerakannya benar-benar rapi dan apik sehingga ia tidak menyadarinya.

“Aku harus waspada, mustahil kalau orang itu hanya mengincar Ong.”

Yunhyeong mengambil sebuah garpu taman dan mulai berjalan keluar dari gudang itu, meninggalkan mayat Ong begitu saja dengan genangan darah di mana-mana.

Sesampainya di luar keadaan masih sama, masih sepi. Tapi bukan berarti itu baik-baik saja. Bahaya bisa ada di mana saja, bukan?

Sret!

Yunhyeong mematung saat ia merasakan ada sesuatu yang dingin menyentuh kulit lehernya. Dengan nafas yang sudah memburu ia melirik ke bawah, dan alangkah terkejutnya ia saat tahu ternyata ternyata itu adalah sebuah celurit yang kini melingkari lehernya.

“Ada kata-kata terakhir sebelum lehermu putus, hmm?”

Yunhyeong mengernyit. Suara ini? Dengan pelan ia pun menoleh ke belakang, dan matanya sukses membola saat menemukan orang itu kini sedang menyeringai berbahaya kepadanya.

“Jennie?! Kau?!” Yunhyeong tidak bisa menahan amarahnya. Oh astaga, ia tidak percaya ini.

Jennie terkikik. “Nyawa harus dibayar dengan nyawa, bukan?” desisnya tepat di kuping Yunhyeong yang membuat lelaki itu merinding seketika.

Ditambah celurit itu yang kini semakin menempel pada kulit lehernya, sekali tarik saja bisa dipastikan lehernya akan putus begitu saja.

“Apa maksudmu?!”

Yunhyeong menyentak tajam yang mana malah membuat Jennie tertawa mengerikan. Semakin mengerikan karena terdengar jelas di keheningan malam.

“Jangan pura-pura bodoh, Song Yunhyeong! Kau yang membunuh Ong, bukan? Astaga, kenapa aku harus bertanya seperti itu?! Ck! Mana ada pembunuh yang akan mengakui perbuatannya.”

Antah Berantah || 95 96 97 lines! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang