.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Rosé memejamkan matanya dan wajahnya benar-benar pucat, kedua tangannya ia gunakan untuk memeluk dirinya sendiri. Chaeyeon yang merasa tak tega pun kini beringsut mendekatinya.“Rosé? Kau baik?” tanyanya sambil menyentuh pundak kawan satu grupnya tersebut.
Rosé membuka mata dan hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Jungkook yang melihat interaksi kedua gadis itu mendecih keras, dan itu tentu saja membuat Chaeyeon langsung menatapnya dengan nyalang. Sementara Rosé masih bertahan dengan tatapan datarnya.
“Apa masalahmu?!” sentak Chaeyeon.
Jungkook hanya membuang muka dan tak ada niat sedikit pun untuk mengeluarkan suaranya. Chaeyeon berdecak kesal, Jungkook benar-benar menyebalkan dan ia amat yakin kalau pemuda itu adalah seseorang yang patut dicurigai di sini.
Baiklah, Chaeyeon akan selalu siaga. Tapi ia masih belum memiliki senjata, dan ia harus segera mencarinya sekaligus mencari alasan untuk pergi dari Jungkook secepatnya.
“Rosé, kau semakin pucat. Apa kau haus? Aku akan mencarikanmu minum.” tawar Chaeyeon.
Rosé mengangguk singkat, dan tanpa lama-lama lagi Chaeyeon langsung pergi meninggalkan mereka berdua.
Jungkook menatap lamat punggung Chaeyeon yang kini semakin menjauh, lalu setelahnya ia melemparkan tatapan dinginnya pada Rosé.
Namun tatapan dingin itu seketika berganti dengan matanya yang membelalak tak percaya melihat Rosé yang kini sedang merogoh pistol dari balik jaketnya, dan menyeringai menyeramkan ke arahnya.
“Kau targetku selanjutnya, Jeon!”
.
.
.
Trang! Trang! Trang!
Sejeong duduk di trotoar di bawah temaramnya lampu jalan. Ia dengan iseng memukul-mukulkan kapak yang berada di tangannya pada besi tiang lampu yang kini menjadi sandaran tubuhnya.
Ingatannya melayang kembali saat beberapa jam yang lalu ia tidak sengaja melihat Sungjae meregang nyawa di tangan seseorang yang benar-benar di luar dugaannya.
Orang itu, menusuk leher Sungjae berulang-ulang dengan sebilah benda tajam yang tersembunyi apik di balik tangannya.
Sejeong yang waktu itu terbangun di sebuah bangunan yang sepertinya tempat pembuatan kayu ukir melihat dengan jelas bagaimana hal tersebut terjadi, karena tempat itu bersebrangan langsung dengan tempat Sungjae dibunuh.
Yang dapat ia lakukan saat itu hanyalah bersembunyi dan meringis ketakutan sambil memanggil nama Taehyung dengan lirih. Berharap kakaknya itu datang padanya dan melindunginya dari semua kejadian tak masuk akal ini.
Tapi kenyataannya hingga saat ini Sejeong belum berhasil menemukan Taehyung.
Entah Taehyung di mana namun yang jelas ia berharap semoga kakaknya itu baik-baik saja dan bukan memiliki peran pembunuh yang kematiannya diincar semua orang.
“Bisakah kau berhenti memukul tiang itu dengan kapakmu? Kau membuat suasana di sini semakin mencekam.”
Sejeong langsung membalikan badannya, dan ia menemukan Junhoe sudah berdiri tepat di belakangnya sambil menenteng sebuah gergaji kayu di tangannya.
Sejeong seketika menegang, dan refleks beringsut mundur. “Junhoe? Bagaimana bisa kau berada di sini?!”
Tentu saja ia langsung merutuki kebodohannya karena sudah melemparkan pertanyaan bodoh barusan.
Junhoe menyeringai. “Bisa saja. Karena aku punya kaki dan masih dapat berjalan.” jawabnya sarkas.
Hening. Kedua orang itu tak ada yang bersuara lagi, mereka berdua sibuk menelisik satu sama lain. Hingga Sejeong kembali bersuara.
“Bisakah kau berhenti melihatku seperti itu?! Aku bukan penjahat!”
Junhoe mengedikkan bahunya dengan cuek. “Memang siapa yang bilang kalau kau adalah penjahat? Kalau kau mau tahu, aku juga bukanlah penjahat.”
Tentu saja adik dari Kim Taehyung ini tidak serta merta mempercayainya. Ia masih ingat dengan rules di game ini bagaimana tepatnya.
Hening lagi beberapa saat. Sejeong masih diam di posisinya, sementara Junhoe kini malah berjalan mendekat dan mulai berjongkok di hadapannya.
“Kuberitahu kau. Kalau kau sedang mencari Taehyung, aku melihat dia berada di dekat bangunan rumah sakit.”
Sejeong menaikan sudut bibirnya. “Apa kau sedang mencoba menjebakku?”
“Terserah kau mau mempercayaiku atau tidak. Tapi, aku sempat melihat di sana dia tidak seorang diri, ada beberapa orang di masing-masing sudut tempat yang berbeda. Kau tahu? Mereka terlihat saling mengintai satu sama lain.”
Sejeong kaget tentu saja mendengar kakaknya sedang diintai oleh beberapa orang. Entah kenapa ia merasa kalau kata-kata Junhoe barusan bukanlah bualan semata.
Maka dengan perasaan was-was ia pun langsung bangkit, namun Junhoe menahannya dengan mencekal pergelangan tangannya.
“Ikuti jalan raya ini, tempatnya tak jauh dari sini dan semoga beruntung.”
Sejeong pun mengangguk dan langsung berlari meninggalkan tempat tersebut.
Junhoe yang masih berjongkok di trotoar jalan terus memperhatikan Sejeong hingga siluet gadis itu hilang di balik kabut. Ia pun menyeringai menyeramkan seraya mengeluarkan kalung peran yang tergantung di balik bajunya.
“Kau tahu? Tadinya aku juga ingin menghentikan orang-orang yang berada di area rumah sakit itu.” monolognya seraya terus memperhatikan ukiran peran yang sedang ia mainkan di sini.
“Tapi targetku bukanlah mereka. Untuk apa aku harus membuang waktuku untuk hal tak penting seperti itu?”
Ia menghela menghela nafas berat sebelum akhirnya melanjutkan kembali ucapannya, pastinya dengan seringaian yang masih terpampang jelas di bibirnya.
“Karena percuma saja, Jack the Stripper tidak berada di antara mereka di sana.”
.
.
.
TBC
Ada yang curiga dengan Junhoe? Junhoe tahu sesuatu sepertinya nih!
☠️☠️☠️
KAMU SEDANG MEMBACA
Antah Berantah || 95 96 97 lines! [END]
Mystery / Thriller[COMPLETE] 24 Youtuber yang terjebak di tempat entah di mana, beserta 'permainan' yang mengharuskan mereka membunuh 'penjahat' yang ternyata salah satu di antara mereka semua. Mampukah mereka menemukan 'penjahat' tersebut? Atau mungkin mereka justru...