Us "5"

1.3K 149 7
                                    

"Seneng ya hyung, akhirnya Yoongi sama kak Jeon nikah juga."

Taehyung menatap kekasihnya yang tampak begitu manis hari ini dalam balutan tuksedo merah muda dan flower crown yang terpasang rapih di atas kepalanya.

"Iya, seneng Jim. Tapi kok cantikan bridesmaid nya ya? Nanti Jungkook malah narik kamu ke altar." Candaan yang sebenarnya pujian itu membuat Jimin tersipu malu.

Agaknya, ia ingin Tae-hyungnya yang dulu. Ya tidak seperti dulu sekali sih. Hanya saja, Taeh-hyungnya yang sekarang terlalu sering berucap manis.

"Jimin –sshi, saya rapihkan lagi ya make up-nya." Seorang perias berjenis kelamin perempuan itu menghampiri Jimin dan Taehyung yang ada di ruang tunggu.

Hari ini adalah hari pernikahan Yoongi dan Jungkook. Dapat dipastikan Jimin akan menjadi pendamping sahabatnya itu. Dan tanpa disangka, Jungkook meminta Taehyung untuk mendampinginya juga bersama teman-temannya yang lain.

"Oke, sudah selesai. Taehyung – sshi bisa langsung ke ruangan Jungkook –sshi ya. Acaranya 15 menit lagi." Taehyung mengangguk mantap, lalu mengecup pipi Jimin setelah perias itu keluar pastinya, lalu meninggalkan Jimin seorang diri di dalam ruangan itu.

"One day, Jimin –ah. Suatu saat kamu sama Tae-hyung pasti begini." Jimin menghirup nafas dalam-dalam. Meyakinkan dirinya bahwa semua baik-baik saja.

.

.

Tepat ketika Jungkook dan Yoongi menyatukan dua labium mereka, seluruh hadirin bersorak gembira. Ikut berbahagia dengan bersatunya dua anak adam yang dimabuk cinta. Kedua orang tua Yoongi menangis haru, walaupun papa Min tidak mau mengakuinya sih. Begitu pula dengan orang tua Jungkook.

Yoongi dan Jungkook bukan lah seseorang yang berbeda lagi. Mereka telah menjadi satu. Telah menjadi satu hati yang bersumpah untuk selalu bersama dalam keadaan apapun.

"Selamat ya!" Jimin berucap dari kejauhan dan tanpa suara. Dan Yoongi melihat itu. Pria Min yang sekarang sudah resmi menjadi Jeon mengangguk dengan air mata yang masih saja mengalir. Ia bersyukur memiliki Jimin yang sudah menjadi sahabatnya sejak mereka belum bisa berbicara sampai hari ini dimana mereka sudah lancar mengeluarkan kata umpatan.

"Kok kamu ikutan nangis sih, sayang?" Jimin terkejut ketika suara yang begitu familiar memasuki telinganya, bersamaan dengan rangkulan hangat dari kekasihnya.

"Sedih hyung, aku sama Yoongi kan udah sama-sama dari masih pake popok." Taehyung tertawa melihat wajah Jimin yang sudah berantakan akibat air matanya yang deras. Padahal yang menikah kan sahabatnya.

.

.

"Terakhir, aku mau bilang terima kasih banyak. Ke satu manusia nggak tau diri yang sayangnya justru jadi manusia yang udah dampingin aku dari mulai cuma bisa nangis sampai akhirnya sekarang bisa bikin orang lain nangis." Hadirin tertawa akibat ucapan Yoongi. "Jimin, mungkin orang-orang di luaran sana nggak pernah tau how lucky I am to be your brother from another mother. Kalo aku harus bilangin makasih ke semua yang udah pernah kamu lakuin buat aku, mungkin bisa sampe bertahun-tahun ya Jim? Intinya, aku bersyukur punya kamu yang selalu ada, selalu mau minjemin bahu untuk aku tanpa mau tau masalahnya apa. Yang bersedia dengerin ocehan aku dari a sampe z tanpa ada capeknya. Semoga, kamu selalu bahagia Jim. U deserve the world, I love you."

Tepukan meriah kembali terdengar ketika Yoongi menyudahi pembacaan suratnya kepada orang-orang terkasihnya. Ia turun dari panggung kemudian menghampiri Jimin yang sudah kembali banjir air mata, memeluk sahabat sehidup tapi tidak sematinya itu dengan perasaan yang luar biasa bahagia.

"Makasih, Jimin. Makasih banyak."

.

.

Acara terakhir sebelum pesta pernikahan Jungkook dan Yoongi selesai adalah melempar buket bunga. Tradisi yang sudah sangat lumrah dilakukan dalam setiap pernikahan.

"Siap ya, pokoknya yang dapet bunganya, gue tantang nikah dalam waktu 6 bulan ke depan. Kalo enggak, jomblo seumur hidup. Hwahahahaha –aduh. Yang sakit!" Jungkook mengusap tulang keringnya yang baru saja ditendang oleh Yoongi.

"Punya mulut tuh dijaga, jangan suka sembarangan ngomong. Kalo yang dapet si Hoseok sunbae gimana? Pacar aja gak ada, gimana mau nikah."

Hadirin tertawa puas mendengar ucapan Yoongi. Memang benar-benar deh, mereka berdua itu cocok. Mulutnya sama-sama tidak bisa dikontrol.

"Oke, mulai ya. Satu... dua... tiiiiiii-" Jungkook menoleh ke arah belakang. Ada teman-temannya yang sudah bersiap menangkap buket bunga milik pengantin baru itu. "Eh Jimin, majuan lagi, keinjek nanti kamu dek ya ampun. Sini majuan, woy kasih jalan adek gue mau lewat. Minggir lo pada." Jungkook memberi seluruh kawannya kode untuk menepi dari tempat pelemparan.

Kemudian Jimin yang sejak tadi hanya berdiam diri di barisan paling belakang, mau tidak mau maju ke bagian tengah karena orang-orang yang tadinya mengerubung benar-benar membuka jalan untuknya.

"Heh Taehyung, elu juga majuan. Masa Jimin doing, ntar Jimin nikahnya sama yang lain loh. Atau jadi istri kedua gue nih –aw yang ya ampun gebuk aja terus."

Jungkook kembali memperhatikan Jimin dan Taehyung yang sudah berdiri berdampingan. Kemudian ia berhitung, lalu melemparkan buket bunganya yang tentu saja jatuh tepat di depan Taehyung dan Jimin.

Hadirin kembali bersorak, menyelamati pasangan yang baru saja mendapat buket bunga dari sang pengantin dan berharap mereka akan segera menyusul.

"Si Jungkook emang otaknya beneran rusak deh. Ya itu udah pasti jatoh ke Taehyung lah. Orang kita semua minggir. Emang dasar mau ngasih ke Taehyung sama Jimin aja tuh anak."

Hoseok marah-marah, membuat kawanan mereka tertawa.

"Ya ilah Seok, lo kalo dapet juga mau married sama siapa anjir."

.

.

.

.

.

.

.

Us

TBC

Book 1 : It's You by Reika_Rei and chocolatesoup_

Ini dia hadiahnyaaa, hehe. Oh iya satu lagi aku lupa. Turut berduka atas kepergiannya mbak Choi Jinri atau kita kenal sebagai Sulli.

Pertama kali aku kenal mbak Jinri itu karena dramanya dia yang bareng sama Mas Choi Minho. She's beautiful and humble. Sayangnya, dia ngalamin masa sulit di hidupnya dan gak ada yang mampu ngebantu dia keluar dari masa sulit itu. Sampai akhirnya dia memilih jalan pintas untuk menghentikan semua kesulitan dan rasa sakit di hidupnya.

Lagi-lagi hal ini menyadarkan kita bahwa mental illness bukanlah sesuatu yang bisa kita anggap sepele. Kalau di sekitar kalian, ada teman, tetangga, sahabat atau bahkan keluarga kalian sendiri yang sedang berada dalam masa sulit di hidupnya, rangkul mereka. Ingatkan mereka bahwa mereka masih memiliki kita yang mau membantunya. Masih ada kita yang mau menyediakan bahu untuk bersandar dan berkeluh kesah.

Jangan sekali-sekali menganggap seseorang yang sedang mengalami depresi hanyalah over reacting terhadap masalah mereka. Semua orang memiliki batas ketahanan yang berbeda-beda, kita nggak akan pernah tau sampai dimana kemampuan seseorang untuk menghadapi masalah hidupnya.

Aku juga berharap, kita semua bisa memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik lagi. Semoga kita bisa selalu menjaga lisan dan tulisan kita, sehingga nggak menyakiti perasaan orang lain. Karena, dengan lisan dan tulisan kita saja, sudah mampu membuat orang kehilangan nyawanya yang berharga. Aku berharap, kita semua bisa menjadi pribadi yang lebih dewasa lagi sehingga kita dapat mengingatkan sesama tanpa menggunakan kata-kata yang dapat menyakiti hati mereka.

Rest in Peace, Choi Jinri.

We love you. 

Purple you.

-choco-

Us (It's You, Book 2)Where stories live. Discover now