Us "14"

1.2K 115 2
                                    


Taehyung bangun cukup pagi hari ini. Kemarin siang, ia memutuskan untuk langsung pulang ke rumahnya. Walaupun niat awalnya ingin menjemput Jimin dan mengantarkannya ke rumah, sekaligus meminta maaf pada pria mungilnya itu.

Tetapi ia berpikir bahwa ia akan meminta maaf hari ini, bersamaan dengan acara pertunangan mereka. Kim Taehyung berjanji akan meminta maaf dengan cara yang paling romantis. Setelah membersihkan tubuhnya, Taehyung turun ke dapur, mencari selembar roti untuk mengisi perutnya yang keroncongan.

"Eh, udah bangun dek? Duh yang mau tunangan, tiba-tiba jadi morning person gini. Udah gak sabar apa gimana?" Seokjin tertawa ketika mendapati wajah adiknya yang mengerut.

"Kakak sendiri ngapain udah bangun jam segini?"

"Bukan udah bangun, belum tidur sama sekali. Namu rewel banget, Namjoon baru pulang jam 1. Nggak tega kalo harus Namjoon yang ngurusin." Taehyung memperhatikan wajah lelah Seokjin. Benar, kantung mata pria itu menghitam.

Taehyung tersenyum iba. Kakaknya telah menjadi seorang ibu. Ibu yang hebat, menurut Taehyung. "Udah sini, Namu sama aku dulu. Kakak istirahat aja, masih ada 3 jam lagi waktu buat kakak tidur. Yuk Namu, sini sama samchon." Taehyung mengambil Namu dari gendongan Seokjin. Kemudian ia mengusap kepala sang kakak. Terlihat kantung Seokjin yang menghitam karena kurang istirahat. "Tidur yang nyenyak ya kak, tenang aja Namu aman sama adek."

Seokjin terkejut dengan ucapan Taehyung. Sudah lama sejak Taehyung menyebut dirinya sendiri seperti itu. Tiba-tiba saja suasana pagi itu di dapur sangat emosional. Seokjin merasa bertemu lagi dengan Taehyung-nya yang dulu.

"Oke, kakak tidur dulu. 2 setengah jam lagi kakak bangun. Makasih dek."

.

.

Taehyung membawa Namu ke kamarnya. Keponakannya itu begitu tenang dan tidak membuat suara bising apapun. Hanya tertidur dengan damai setelah Taehyung memberinya sebotol susu dan menimangnya lembut.

"Nam, mirip banget sama daddy. Tapi hidung kamu itu loh. Mommy banget. Samchon gemes ih." Taehyung menjawil hidung Namu main-main. Ia duduk di ranjangnya masih sambil menggendong Namu. "Coba kita cek, ada berita apa hari ini." Taehyung menyalakan televisi di kamarnya dengan volume rendah, agar tidak membangunkan keponakannya.

"Oh iya, hp samchon mana ya Nam?" Taehyung mengangkat bantalnya dan menemukan ponselnya yang mati total karena kehabisan daya. Ia pun bergegas mengambil pengisi daya, kemudian mengisi daya ponselnya. Semua ia lakukan dengan Namu yang masih ada di dalam gendongannya.

Setelah ponselnya menyala, ada beberapa notifikasi pesan masuk dan panggilan tidak terjawab dari Mingyu dan calonnya, Jimin. Taehyung segera membuka notifikasi tersebut. Kemudian melihat ada pesan suara yang Jimin kirimkan.

"Hyung, maaf udah bersikap eogis dan gak mau denger penjelasan kamu, kemarin. Aku khawatir, dan jadi emosi karena ngeliat kamu kurus banget. Kayak orang nggak diurusin. Maaf ya hyung, aku nggak maksud buat ngebentak kamu. Ekhm, I love you hyung. Sampe ketemu besok, calon."

Taehyung tertawa cukup keras, membuat Namu menggeliat di dekapannya. "Aduh lucunya calon nyonya Kim. Mampus, gemes banget aku."

.

.

Keluarga Taehyung sudah sampai di gedung tempat acaranya akan dilaksanakan. Taehyung bergegas masuk ke dalam gedung sambil mendorong kursi roda sang bunda. Di sampingnya terdapat Seokjin yang menggendong Namu dan Namjoon yang membawa perlengkapan milik Namu. Serta beberapa maid yang mendampingi bunda Kim.

"Taehyung!" Taehyung menoleh dan mendapati Sungwoon dan Jaehwan. "Yuk, sebelah sini ruangannya. Jimin lagi dikasih make up sedikit. Biar nggak pucet. Seokjin, kamu sama aku aja yuk. Biar si Namu bisa ditidurin." Seokjin menatap putranya yang ternyata memang tidur. "Bunda juga ikut sama Sungwoon aja. Mama di ruangan yang satu lagi."

Alhasil, Taehyung, Namjoon dan Jaehwan menuju ruangan yang berbeda dengan Sungwoon dan Seokjin.

Taehyung membuka pintu ruangan tersebut. Ia mendapati sang calon tunangan yang sedang dirias oleh beberapa perempuan. Juga sang calon papa mertua yang sedang memainkan ponselnya. "Loh papa, nggak di ruangan sebelah?"

Papa Park menoleh, mendapati sang calon menantu bersama dengan Jaehwan dan Namjoon. "Nih, pacar kamu gak mau ditinggal. Padahal papa mau main sama Jiwoo." Jimin yang sedang dirias tertawa.

"Papa nih, ada Jiwoo akunya nggak laku lagi."

"Iya lah, lucuan Jiwoo. Udah ah, papa ke sebelah. Mau main sama Jiwoo sama Namu." Setelah itu, papa Park meninggalkan ruangan Jimin.

"Abang tinggal ya Tae? Mau ngasih tas ini ke Seokjin." Taehyung mengangguk, mengizinkan kakak iparnya untuk menyusul istrinya.

"Abang juga ya Tae, biar ngobrol dulu kaliannya." Jaehwan juga ikut meninggalkan ruangan tersebut. Menyisakan Taehyung dan Jimin juga beberapa perias.

"Masih lama?" Tanya Taehyung pada sang perias.

"Oh nggak, Tuan. Ini sudah mau selesai, diriasnya cuma sedikit aja kok. Tuan Jimin udah ganteng." Ucap perias itu sambil tertawa.

Setelah para perias menyelesaikan urusannya dengan Jimin, mereka segera keluar dari ruangan tersebut. Meninggalkan Jimin dan Taehyung.

"Aku udah denger yang kamu kirim." Jimin menatap Taehyung yang duduk di sofa dari kaca yang ada di depannya. "Aku juga minta maaf, karena nggak ngertiin kamu yang khawatir sama aku. Maaf juga udah bikin kamu khawatir. Lagi ada masalah di kantor, dan aku mau gak mau harus nyelesain dulu biar fokusnya nggak kepecah. Aku minta maaf ya."

Mata Jimin mulai berkaca-kaca. Ternyata benar, Taehyung-nya mengalami sesuatu yang berat dan ia justru memperlakukan Taehyung kurang baik. "Eh sayang, jangan nangis, nanti luntur itunya. Apa tuh? Yang ya ampun." Taehyung kelabakan mencari selembar tissue untuk menghapus air mata Jimin yang sudah terkumpul di pelupuk matanya.

"Nggak, nggak aku gak nangis kok hyung."

.

.

Setelah Mingyu, selaku pembawa acara berbincang-bincang dengan Taehyung dan Jimin, kini waktunya kedua anak adam itu bertukar cincin. Yoongi yang mendapatkan tugas untuk mengantarkan kotak yang berisi dua cincin milik Taehyung dan Jimin.

"Jimin, ini langkah awal. Sebelum kamu dan aku menuju jenjang yang lebih serius. Yang harus kamu tau, cuma sama kamu Jim, aku bisa jadi diri aku sepenuhnya. Dan cuma kamu yang bisa bikin aku berani melangkah sejauh ini." Jimin tersenyum menanggapi perkataan kekasihnya.

"I trust you, hyung." Jimin berucap tanpa suara, lengkap dengan lelehan air mata yang meluncur di pipinya. Kemudian Taehyung segera menyematkan cincin di jemari mungil milik Jimin. Begitupun sebaliknya.

Setelah itu para tamu bertepuk tangan. Ikut berbahagia dengan Taehyung dan Jimin.

.

.

.

.

.

.

.

Us

TBC

Book 1 : It's You by Reika_Rei and chocolatesoup_

Hehe, so sorry slow update. BTW bentar lagi MAMA mulai. Gak sabar liat BTS sm TXT lagi :')

Oh iya, Happy Jin Day!!! Selamat ulang tahun calon pengganti Bang PD-nim wkwkwk, aku bakal setia menunggu sampai BigHit berubah jadi JinHit wkwkwkwk. Wish dari aku buat mas Seokjin adalah, supaya dia sehat terus, makin sukses karirnya, panjang umur, makin sukses sama Bangtan, makin luar biasa tingkahnya. Jangan pernah berhenti buat jadi moodbooster-nya Bangtan dan ARMY ya mas Jin.

I love you sooooo much.

Us (It's You, Book 2)Where stories live. Discover now