"JADI KAMU DILAMAR SAMA KAK TAEHYUNG???!!!"
"Yang, jangan teriak-teriakan. Udah malem loh." Ucap Jungkook pada istrinya.
"Eh udah diem, lo main game ya main aja deh. Gak usah ganggu gue sama Jimin." Jungkook menatap istrinya melas. Sumpah, semenjak hamil Yoongi yang memang sudah punya kepribadian persis macan betina justru semakin hari semakin galak.
Tapi kok Jeon Jungkook ini makin cinta ya?
"Ya, technically dia ngelamar ya. Tapi kayak becanda gitu masa, Yoon. Aku jadi bingung sebenernya dia beneran apa cuma salah ngomong aja."
Yoongi menepuk bantalan sofa yang sedang ia dekap dengan brutal. "Aduh Park Jimin, emang dasar kolot kamu ya. Makanya masih muda itu ganti-ganti pacar dong, biar banyak pengalaman. Nih contohnya si Jungkook nih. Mantan playboy macem dia ini pengalamannya banyak, Jim. Makanya selalu bisa ngibulin aku."
Jungkook tersedak es jeruk yang sedang ia teguk. Padahal dia sudah diam, tapi masih saja kena semprot. Sekarang dia harus apa? Merespon? Nanti salah bicara.
"Tuh kan diem aja. Dia tuh mengakui Jim. Sayang aja aku keburu hamil duluan, dia masih belum puas tuh main-mainnya."
"Yang astaga, aku nggak mikir-"
"Udah diem, sana main game lagi."
Ya Tuhan, cabut aja nyawa hamba. Hamba ikhlas, tapi Yoongi jangan dikasih suami lagi ya Tuhan. –JJK yang tersakiti.
"Kak Taehyung itu serius Jim, elah. Mana mungkin dia bercanda soal kayak gituan. Percaya sama aku deh, atau kalo kamu masih kurang yakin, kamu cerita ke kak Sungwoon sama kak Seokjin, aku yakin mereka pasti lebih paham deh."
Jimin mengangguk lesu. Selepas Taehyung mengucapkan kata-kata yang membuat Jimin blank beberapa saat, Taehyung tiba-tiba saja tertawa kemudian membawa Namu menuju kamar kedua orang tuanya. Lalu mengantar Jimin pulang ke rumahnya. Dan sejak saat itu, Taehyung bersikap seperti biasa padanya. Seperti ia tidak habis mengucapkan apa-apa.
"Tenang Jimin, kalo si Taehyung nggak serius sama kamu, Yoongi siap berbagi suami kok. Iya kan yang?"
Dan Jungkook berakhir tidur di sofa malam itu.
.
.
"Fix, ini mah lo mending cerita sama si kak Seokjin. Siapa tau dia bisa langsung nanyain ke Taehyung nya."
"Harus banget apa? Udah ah biarin aja, kalo dia serius pasti dia bakal ngomong lagi."
"Heh Jimin, perasaan mama sama papa tuh pinter deh. Gue juga, kenapa lo doang sih yang lemot begini?" Sungwoon mulai kesal dengan adiknya yang benar-benar polos menjurus ke arah bodoh.
"Apaan sih, kalo mau ngatain, sana keluar aja. Bikin bete aja lo ah."
"Jimin, lo tuh ngasih reaksi yang bikin Taehyung jadi ragu. Dia pasti mikirnya lo nggak suka pas dia ngomong gitu. Tau ah, Jimin bukan badannya doang kecil. Otaknya juga. Bye. Gue gak mau anak gue ketularan oon." Sungwoon keluar dari kamar Jimin dengan membanting pintu yang ukurannya jauh lebih besar dibandingkan tubuhnya sendiri.
"Apa iya? Terus aku harus gimana dong?"
.
.
"Hyung, yang waktu itu kamu bilang."
"Hng? Yang mana?"
Jimin meremas ujung kemejanya. Ragu untuk melanjutkan ucapannya. "Hmm, nggak. Ya udah, nanti gak usah jemput ya. Aku balik cepet, nanti bareng Yoongi aja."
Taehyung mendekat, kemudian mengusap kepala Jimin. "Iya, belajar yang bener ya."
Setelah berpamitan, Taehyung kembali masuk ke dalam mobil kemudian melaju menuju kantornya.
Sepanjang perjalanan menuju kantor, Taehyung terus merenung mengenai pertanyaannya kala itu kepada kekasihnya. Apa benar Jimin tidak mau menikah dengannya?
Mengapa Jimin waktu itu hanya diam dan tidak memberi respon apapun?
.
.
.
.
.
.
.
Us
TBC
Book 1 : It's You by Reika_Rei and chocolatesoup_
Tuhkan, mereka berdua sama-sama ragu gitu kannn.
YOU ARE READING
Us (It's You, Book 2)
RomanceNew chapter of Jimin and Taehyung's Love Story. Ready to be a witness of their true love? Book 1: It's You, by Reika_Rei and Chocolatesoup_