"Jadi wisudanya 2 minggu lagi, Chim?"
"Iya pa, harusnya sih minggu depan. Tapi gak tau kenapa tuh tiba-tiba diundur." Papa Park mengangguk paham.
"Kamu pergi jam berapa sama si hyung?" Mendengar ucapan papanya, Jimin menepuk kening. Ia lupa, hari ini akan pergi bersama Taehyung untuk mencari cincin pernikahan.
"Oh, Jeez. Jimin lupa mau pergi sama hyung." Jimin menghempaskan roti yang ada di genggamannya, kemudian berlari menuju kamar untuk mandi dan berpakaian rapi. Taehyungnya akan datang sekita 30 menit lagi. Dan dia belum bersiap sama sekali.
"Haduh, Chim. Besok-besok kamu lupa deh kalo udah punya suami."
.
.
"Udah semua nih?" Taehyung kembali bertanya, memastikan tidak ada barang yang tertinggal. Sebab Jimin belakangan ini menjadi pelupa.
"Iya udah, yuk ah. Keburu siang." Taehyung berdeham kemudian menjalankan mobilnya. Mereka pergi ke pusat perbelanjaan yang cukup jauh demi mendapatkan cincin yang mereka idamkan untuk pernikahan mereka.
"Kamu udah nentuin siapa aja yang mau diundang?" Ucap Taehyung memulai percakapan mereka.
"Aku sih pengennya ada 2 hari gitu loh, hyung."
"Maksudnya?"
"Iya, 1 hari untuk undangan mama, papa sama bunda, sama keluarga kita. 1 harinya lagi khusus buat temen deket kita doang. Eh tapi terserah hyung, sih."
"Hmmm, kalo tetep 1 hari aja gimana? Khusus keluarga sama udangan keluarga kita, dari pagi sampe siang. Terus kita istirahat, sorenya mulai lagi buat sahabat-sahabat kita? Gimana? Soalnya aku udah book tiket buat hari besoknya."
Hidung Jimin mengkerut. Tanda bahwa ia bingung. "Tiket ke mana?"
"Brazil."
"Hah? Ngapain ke sana?"
"Honeymoon lah."
.
.
"Jadi, dari tiga pilihan ini, Tuan mau pilih yang mana?" Jimin kembali berpikir. Menimbang cincin mana yang sederhana dan tidak terlalu mahal untuk ia gunakan. Tapi ya Tuhan, Taehyung membawanya ke tempat besar seperti ini, apa mungkin tidak ada yang mahal di sini?
"Yang mana, sayang?"
"Kita gak bisa pindah tempat aja? Ini mahal banget loh." Jimin berbisik pada calon suaminya yang justru mengundang tawa Taehyung.
"Kita udah liat banyak cincin, masa iya batal? Gak enak, yang." Jimin mendengus sebal. Ia dengan jelas meminta untuk pergi ke tempat yang biasa saja. Dan membeli cincin yang tidak terlalu mahal. Tapi apa ini? Bahkan mobilnya kalah harganya.
"Ya bilang aja gak cocok sih." Masih dengan berbisik, Jimin berusaha kembali membatalkan niat prianya yang terlihat seperti ingin membeli ketiga cincin tersebut karena Jimin tak kunjung menentukan pilihannya.
"Saya ambil yang tengah." Putus Taehyung pada akhirnya.
"Baik, yang ini ya Tuan. Ukurannya sesuai dengan yang sudah diukur tadi ya?" Pegawai toko tersebut kembali memastikan. Dan Taehyung hanya berdeham sebagai jawabannya.
Setelah pegawai tersebut masuk untuk menyiapkan pesanan Taehyung, Jimin bergerak heboh. Ia turun dari kursi yang ia gunakan sebelumnya. "Hyung, kok diambil?"
"Kalo kamu gak suka, kita cari ke toko lain. Nanti yang ini simpen aja. Itung-itung hadiah buat kelulusan kamu. Oke?"
Oh Tuhan, bukan begitu maksud Jimin.
YOU ARE READING
Us (It's You, Book 2)
RomantizmNew chapter of Jimin and Taehyung's Love Story. Ready to be a witness of their true love? Book 1: It's You, by Reika_Rei and Chocolatesoup_