"Iya, iya. Ini aku udah di taksi, mau ke rumah kamu. Gak usah ih, udah kerja aja yang bener. Aku tutup ya hyung, bye, wuff u!" Jimin segera memutus sambungan telepon dengan kekasihnya.
Ia baru saja selesai dengan kelasnya, dan memberhentikan taksi untuk membawanya ke kediaman keluarga Kim. Namun kekasihnya itu terus saja menghubunginya, menanyakan mengapa Jimin tak memberinya kabar bahwa kelasnya selesai lebih cepat. Atau mengapa ia tak meminta Taehyung untuk mengatarnya ke rumahnya sendiri.
Sesampainya di depan kediaman keluarga Kim, Jimin turun dari taksi setelah membayar argonya. Setelah taksi pergi, Jimin baru menyadari kebodohannya yang lupa membawa akses gerbang rumah Taehyung.
"Yah, gimana dong ini. Jimin, bego kok dipelihara sih."
Sedang asik menyalahkan dirinya sendiri, sebuah Bugatti hitam legam menghampiri Jimin. "Dek, ngapain dek?"
Jimin menatap sang pengendara mobil. "Ih! Dek dek, matamu! Aku lupa bawa kartu, ayo masuk!" Sang pengemudi tertawa ringan kemudian menyuruh Jimin untuk masuk ke dalam mobilnya. Lalu membawa Jimin beserta mobilnya untuk masuk ke dalam rumahnya.
"Udah lama nyampenya?"
"Udah, tapi pas tadi taksinya pergi, aku baru sadar, lupa bawa kartu. Hehe."
"Dasar, untung tadi nggak diculik."
"Ih bang Namjoon!" Jeritan Jimin mau tak mau membuat Namjoon kembali tertawa. "Abang kok pulang? Kak Seokjin sama siapa?"
Menghentikan tawanya sejenak, Namjoon menjawab. "Abang mau ngambil baju, baju abang di sana udah abis. Sayang kalo harus beli. Seokjin sama mama aku di sana."
Jimin membentuk huruf o dengan bibirnya, tanda bahwa ia mengerti.
.
.
"Bundaaaaa!!!" Jimin berteriak heboh ketika memasuki ruang keluarga milik Taehyung. Berlari dan menggapai bunda Kim yang telah merentangkan kedua tangannya untuk ia peluk. "Uuuh, Jimin kangen bunda. Maaf ya bun, Jimin jarang ke rumah."
"Iya sayang, gak apa-apa. Tadi ke sini naik apa?"
"B-bareng bang Namjoon bun." Jimin menjawab begitu setelah melihat kode dari Namjoon, jika bunda Kim tau kekasih putra bungsunya ini naik taksi sendirian, dapat dipastikan Kim Taehyung tak akan mendapat jatah makan malam dari sang bunda.
"Ohh, ada Namjoon? Pantes kecium wanginya." Bunda Kim memang sangat hapal dengan bau tubuh anggota keluarganya.
"Hehe iya bun, baju Namjoon di sana habis semua. Sayang kalo beli."
"Iya sayang, bawa yang agak banyakan ya bajunya. Kamu udah makan?" Namjoon menghampiri sang mertua, kemudia berlutut di depan kursi rodanya.
"Udah, bunda. Kalo bunda? Udah makan?" Ucap Namjoon sambil mengecup kedua telapak tangan bunda Kim.
"Udah kok, tadi sekalian makan sama tantemu sama Yeonjun juga."
Jimin tersenyum melihat interaksi Namjoon dan bunda Kim. Ibu dari kekasihnya ini memang selalu adil dalam membagi kasih sayangnya. Bahkan dengan menantunya pun, ia tetap menyayanginya seperti anak sendiri.
"Jimin udah makan?" Bunda Kim kembali memberi perhatian pada Jimin, ketika Namjoon sudah berlalu ke kamarnya untuk membawa baju-bajunya.
"Udah bunda, tadi di kampus."
"Ohh, bagus deh. Mau ketemu Yeonjun?"
"Mau bun!"
.
.
"Aku pulang!" Taehyung mengucap salam ketika memasuki rumahnya. Jam menunjukkan pukul 18.45, yang artinya makan malam akan dimulai sebentar lagi.
"Hai, hyung? Baru sampe?" Taehyung menoleh dan mendapati kekasihnya yang tengah bersama Yeonjun. Membuatnya sedikit kesal.
"Iya, kamu nginep apa gimana?"
"Huum nginep, bunda yang suruh. Aku juga udah bilang mama. Masuk yuk hyung, yang lain udah di meja makan."
"Iya." Kemudian Taehyung mengikuti Jimin dari belakang menuju ke ruang makan. Paman, bibi dan sang bunda telah berkumpul di sana terlebih dahulu.
"Eh, Taehyung udah pulang?" Paman Kim menyapa keponakannya yang terlihat begitu lelah.
"Iya om, ini aku mandi dulu aja deh ya? Gerah banget." Seluruh anggota keluarga menyetujui dan memilih untuk menunggu Taehyung selesai mandi.
.
.
Selesai dengan kegiatan makan malam, Taehyung memilih untuk bersantai sambil menonton televisi bersama kekasihnya, dan Yeonjun tentu saja. Taehyung benar-benar merasa kesal, sebab kekasihnya tak mau lepas dari sepupu menyebalkannya itu.
"Jimin."
"Hmm." Jimin menjawab seadanya sebab ia masih sibuk bercengkrama dengan Yeonjun.
"Jimiin."
"Hmmmm."
"Jimin ih!"
"Astaga, apa hyung?" Jimin ikut kesal sebab kekasihnya terus-terusan menganggunya.
Tanpa menjawab pertanyaan Jimin, Taehyung justru memindahkan tubuhnya ke sofa yang lain, menjauhi Jimin dan Yeonjun. Dia mau berduaan dengan Yeonjun? Okay, silahkan, nih sekalian aku menjauh. Batin Taehyung.
"Ih hyung kenapa pindah? Sini." Seolah berbicara pada angin, ucapan Jimin tak terbalaskan. "Dih, hyung sini ih. Ngapain sih pindah ke sana."
"Pikir lah."
Jimin terkejut ketika Taehyung menjawabnya dengan nada kesal. Namun kemudian ia tertawa. "Hyung, kamu cemburu sama Yeonjun? Karena daritadi aku main sama Yeonjun?"
Yeonjun yang merasa namanya disebut hanya menatap kedua kakaknya. "Hyung ih, cemburu sama Yeonjun?"
"Iya! Aku cemburu sama Yeonjun, puas?" Wajah kesal Taehyung mau tak mau membuat Jimin tertawa keras.
"Yunggg!!" Jimin kembali menoleh pada bayi yang sedang berbaring di sofa di sebelahnya.
"Iya sayang, hyung kamu cemburu sama kamu. Ahahahahaha." Jimin kembali tertawa keras. Kekasih bodohnya ini baru saja mengaku cemburu dengan bayi yang bahkan belum bisa buang air sendiri. "Astaga hyung, cemburu kok sama anak bayi!!"
.
.
.
.
.
.
.
Us
TBC
Book 1 : It's You by Reika_Rei and chocolatesoup_
Guysss, maaf banget kemaren aku nggak jadi update. Kelupaan sumpah, huhuhu. Sebagai permintaan maaf, aku kasih hadiah deh ya. Hehe.
YOU ARE READING
Us (It's You, Book 2)
RomanceNew chapter of Jimin and Taehyung's Love Story. Ready to be a witness of their true love? Book 1: It's You, by Reika_Rei and Chocolatesoup_