Us "22"

1.2K 120 11
                                    


"Hah?" Taehyung dan Seokjin saling adu tatap. "Bunda, kok bisa nebak gitu warna baju aku?" Taehyung tersenyum kikuk. Bundanya ini, memang pandai sih menebak wangi-wangian parfum seseorang. Tetapi warna?

"Seokjin, Taehyung. Kalian ternyata udah sebesar ini ya?-" Bunda Kim tiba-tiba saja menarik lengan Seokjin, membuat putra sulungnya ikut bersimpuh seperti Taehyung. Kemudian ia menatap kedua putranya bergantian. Tepat di mata mereka. "Kakak, kamu cantik banget sih? Hmm? Ini beneran kakak udah punya anak satu? Nggak keliatan ah." Ucap bunda Kim diikuti tawa kecilnya.

Mata Seokjin mulai berkaca-kaca, ia mulai memahami situasi yang terjadi. "B-bunda....."

"Iya nak. Hyung juga, nggak banyak berubah ya? Masih sama, Taehyung kecil yang dulu bunda gendong kemana-mana."

"Keberangkatan kami kemarin bukan untuk urusan pekerjaan, Seokjin, Taehyung. Saya, menemani pak Hansoo untuk melakukan operasi transplantasi kornea, kebetulan setelah beberapa kali gagal, saya akhirnya berhasil menemukan pendonor."

Setelah Minjoo menjelaskan alasan sebenarnya kepergian mereka kemarin ke Singapura, tangis Seokjin dan Taehyung pecah. Dua lelaki Kim itu langsung saja memeluk sang bunda dengan tangis tersedu-sedu.

"B-bunda bisa liat aku?"

"Iya kakak, bunda bisa liat kakak. Hyung juga." Bunda Kim tertawa, sambil mengusap kepala Taehyung dan Seokjin. Masa bodoh jika mereka menjadi bahan tontonan orang-orang. "Ssst, udah ah. Malu." Bunda Kim melihat ke sekitarnya. Lalu mendapati Namjoon dan Jimin yang ikut menangis, melihat momen haru antara ibu dan kedua putranya.

"Namjoon, Jimin. Bener kan?" Jimin mengangguk kencang diikuti tangisannya yang semakin keras. Ia ikut merasakan kebahagiaan yang Taehyung rasakan. "Halo, menantu dan calon menantu bunda." Bunda Kim kembali tertawa, namun kali ini dengan tetesan air mata bahagianya.

"H-halo, bunda. I-ini Namu, cucu bunda." Namjoon dengan air matanya, menyerahkan Namu ke dalam gendongan ibu mertuanya.

"Sini sayang. Namjoon sini." Namjoon menurut, ia bersimpuh di samping kursi roda bunda Kim. "Pantes Seokjin mau, ternyata Namjoon seganteng ini ya? Wah, Namu beruntung punya orang tua kaya kalian. Ya kan Namu?"

Tangisan Seokjin semakin kencang, setelah sekian lama, hal yang selalu Seokjin harapkan, terkabul.

"Udah, jangan kenceng-kenceng nangisnya. Malu tuh diliatin orang." Bunda Kim kembali tertawa. "Udah yuk, kita pulang dulu."

.

.

Taehyung dan yang lainnya sudah sampai di kediaman keluarga Kim. Setelah menyadari mereka benar-benar menjadi bahan tontonan orang lain, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang.

"Aku pokoknya malem ini tidur sama bunda." Ucap Seokjin setelah makan siang kali itu selesai. Sesampainya di rumah, mereka langsung menyantap makanan yang Seokjin masak, khusus untuk menyambut kedatangan ibunya. Sebenarnya sejak tadi malam, ia sudah lebih dulu berkomunikasi dengan sekretaris sang bunda.

"Apa-apaan, aku yang tidur sama bunda! Kakak inget Namu sama bang Namjoon dong." Taehyung memicingkan matanya ke arah Seokjin. Enak saja, ia sudah bertekad akan memonopoli sang ibu malam ini.

"Ya aku kan tidurnya kalo Namu udah tidur. Namjoon juga bisa tidur sendiri, iya kan sayang?" Namjoon tertawa, begitu pula bunda Kim dan Jimin. Seokjin dan Taehyung benar-benar seperti anak kecil yang berebut perhatian ibunya.

"Iya iya udah, Seokjin sama Taehyung boleh tidur sama bunda. Malem ini aja ya, kasian Namjoon kalo tidur sendirian terus." Setelah bunda Kim menengahi, Seokjin dan Taehyung tetap bertengkar dengan saling menjulurkan lidah ke arah satu sama lain. "Jimin, maaf ya bunda gak bisa nemenin kalian fitting baju. Tapi bunda udah liat sih, kamu cantik banget."

"B-bunda liat dimana?"

"Dikirimin mama kamu dong." Taehyung terkejut, jadi selama ini calon mertuanya tau mengenai operasi yang dilakukan sang bunda? "Apa hyung melotot-melotot gitu? Bunda emang udah janjian sama mama mertua kamu, mama Namjoon juga. Kalian aja yang gak tau, hahahaha."

"Lagian bunda kenapa harus rahasiaan gitu sih? Aku kan khawatir, bunda gak pernah ngasih aku kabar."

"Loh, kan surprise. Ceritanya bunda kasih kejutan gitu ke kalian."

"Udah, yang penting bunda sekarang udah di rumah, keadaannya sehat. Oke?

.

.

"Udah Jimin, aku bisa cuci sendiri kok. Kamu sana aja, makan buah bareng yang lain." Ucap Seokjin pada pria di sampingnya yang memaksa untuk membantunya mencuci peralatan makan yang tadi mereka gunakan.

"Kak, kalo lagi hamil muda tuh gak boleh terlalu capek loh. Dulu kak Sungwoon pas hamil Jiwoo, dikit-dikit nyuruh aku. Kata dia gak boleh kerja berat-berat. Mending kakak yang duduk, biar aku selesain."

Prang!!

"Jinseok.....-" Seokjin dan Jimin terkejut mendengar barang pecah yang diikuti suara berat milik Namjoon. "Kamu, hamil?"

Namjoon yang ingin membawa piring kotor, tidak sengaja mendengar percakapan sang istri dengan calon adik iparnya.

"Hah? Ehm, anu Joon. Itu, aduh-" Seokjin melirik Jimin kesal. "Kamu sih, kenceng banget ngomongnya Jim..."

"Mom, Daddy lagi nanya sama kamu. Beneran kamu hamil lagi?" Seokjin yang sudah tertangkap basah hanya bisa mengangguk lemah.

"Iya, Joon. Udah tiga minggu, aku baru cek beberapa hari yang lalu sih. Niatnya mau ngasih tau nanti malem." Namjoon melangkah cepat, melewati pecahan piring yang ia jatuhkan sebelumnya, kemudian memeluk tubuh yang tak kalah tinggi darinya, tapi tetap lebih mungil.

"Makasih, sayang. Ya ampun, aku seneng banget. Makasih ya." Namjoon mengecupi wajah Seokjin lalu Kembali mendekap istrinya erat.

"Joon, ada Jimin ih. Malu." Ucap Seokjin dengan pipinya yang sudah memerah.

"Gak apa-apa kak, aku nggak liat kok." Jimin tertawa gemas, melihat Seokjin tersipu malu karena ulah suaminya.

.

.

.

.

.

.

.

Us

TBC

Book 1 : It's You by Reika_Rei and Chocolatesoup_

Hai? Ini yang nunggu lanjutannya ya. Hehe. Enjoyy.

Us (It's You, Book 2)Where stories live. Discover now