5. Rasa (a)

16.7K 1.1K 30
                                    

Jadilah readers yang bijak dan menghargai karya dari orang lain, dengan cara klik bintang serta komen berfaedah dan tidak Meng-COPY PASTE-kan cerita ini!

Enjoy the reading!!

🍁🍁🍁


Benua memberhentikan motornya di depan gerbang rumah Lintang. Setelah mematikan mesin motor dan Lintang turun dari motornya, Benua membuka helm yang ia pakai.

"Makasih ya, Benua. Benua mau mampir dulu?" tanya Lintang. Benua terlihat berpikir sebentar.

"Di rumah lo ada siapa aja?" tanya cowok itu tanpa menjawab tawaran dari Lintang.

"Hm... Cuma ada Lintang, bi Inah sama mang Asep," jawab gadis itu sambil menghitung menggunakan jarinya. Ia kembali menatap Benua yang juga menatapnya.

Benua manggut-manggut. Dilihat kembali kondisi rumah gadis itu, apakah aman jika ia mampir sekarang.

"Gak sekarang deh, kapan-kapan aja. Hari ini gue ada janji sama sahabat-sahabat gue," ujar Benua akhirnya.

"Oohh... Ya udah, Lintang masuk dulu ya?" Benua mengangguk pelan menjawabnya.

Setelah melambai kecil Lintang berniat membalikkan badannya untuk masuk rumah, namun ia merasakan cekalan lembut di lengan kanannya.

"Ya, Benua?" tanyanya setelah Benua melepaskan cekalan di lengannya.

"Gue boleh minta ID Line lo?"

__________

"Ini si Benua mana sih? Tumben ngaret tuh anak," gerutu Rian yang sudah terlihat kesal, sedangkan Bryan dan Angga hanya menggeleng-gelengkan kepala.

"Ya sabar aja sih, lagian gak bakalan berlumut juga lo nunggu dia. Nunggu Benua kek gini gak sesakit saat lo nunggu si Rara yang gak peka-peka," seru Angga yang berhasil membungkam mulut Rian.

Bryan hanya melihat malas perdebatan kedua sahabatnya itu. Namun ia juga sedikit heran, kenapa Benua belum sampai juga?

Beberapa detik kemudian, terdengar lonceng pintu Caffe yang mereka datangi berbunyi. Serentak ketiganya mengalihkan perhatian ke arah pintu, dan mendapati Benua yang sekarang berjalan ke arah mereka.

"Lama," ujar Bryan sedikit sinis setelah Benua mengambil duduk di sebelahnya. Sedangkan Benua hanya mengangkat bahu merasa tak berdosa.

"Tumben lo ngaret, ngapain dulu lo? Wah... Lo lakuin hal itu dulu ya?" Benua langsung menatap tajam Rian yang asal menuduhnya.

"Sekali lagi lo nuduh gue tanpa bukti, habis lo sama gue!" Ancaman Benua berhasil membuat Rian mengangkat tangan dan nyengir. "Gue becanda Bos," ujarnya.

Angga yang melihat Rian ketakutan, menahan tawanya agar tak tersembur. Ia sungguh senang jika melihat sahabatnya yang satu ini ketakutan.

Rian yang melihat gelagat Angga langsung menjitak kening sahabatnya itu. "Lo kalau mau ketawa, ketawa aja! Gak usah sok-sok nahan gitu, kentut lo baunya minta di hajar tahu gak?" sinis Rian.

Akhirnya Angga langsung menyemburkan tawanya. Ia tertawa terpingkal-pingkal, membuat Rian semakin dongkol.

Benua dan Bryan yang melihat tingkah kedua sahabat mereka itu, hanya menghela nafas panjang.

Bryan beralih ke arah Benua. "Dari mana aja lo?" tanyanya. Benua menatap sekilas Bryan, kemudian menyamankan lagi duduknya dengan bersandar.

"Gue nganterin Lintang dulu," ujar Benua tanpa beban. Tapi berbeda dengan Rian yang mendengar jawaban Benua.

"DEMI?! LO DEKET LAGI SAMA CEWEK, NJIR."

Benua, Bryan, dan Angga serentak melotot ke arah Rian yang suaranya tidak bisa direm itu. Setelah itu, mereka sama-sama pura-pura sibuk dengan ponsel masing-masing. Mencoba membuat pelanggan lain yakin bahwa Rian sedang tidak berteriak pada mereka.

Rian yang menyadari keadaan, langsung melihat sekeliling dan meminta maaf pada pelanggan yang melihat ke arah meja mereka. Setelah itu ia nyengir ke arah ketiga sahabatnya itu.

"Sorry, gue lupa ngerem. Maaf ya," ujarnya dengan berbisik.

Tak sampai sedetik setelahnya, sebuah jitakan yang cukup keras mendarat di keningnya. Rian mengaduh kesakitan, ingin sekali ia mengumpat pada Bryan yang ternyata adalah pelakunya. Namun ia urungkan karena merasa memang ini kesalahannya.

"Makanya, besok kalo ngomong oli rem dikasih. Gak asal gas ae lo," cerca Angga dengan tatapan sinisnya.

"Ya kan namanya juga shock, Ga. Mana ada orang shock joget-joget." Angga hanya memutar bola matanya malas karena sudah tak ingin berdebat lagi.

Benua hanya menghela nafas kasar. Sebenarnya apa dosanya sehingga mendapatkan sahabat seperti Rian?

🍁TBC🍁

Selamat menikmati yaa:)

Vote dan komen jangan dilupakan yaa. Karena akan lebih sakit dilupakan dari pada melupakan:)

-YuDwRy-

601 word

BENUA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang