23. Let's play (c)

7.7K 556 1
                                    

Jadilah readers yang bijak dan menghargai karya dari orang lain, dengan cara klik bintang serta komen berfaedah dan tidak Meng-COPY PASTE-kan cerita ini!

Enjoy the reading!!

🍁🍁🍁


Benua menghela nafas panjang untuk kesekian kalinya, tangannya terus memijit pelipisnya. Kepalanya terasa pusing memikirkan Lintang yang belum juga ditemukan.

Bryan, Rian dan Angga cukup prihatin dengan keadaan sahabat mereka itu. Keadaan Astro juga tak jauh beda dari Benua, kembaran Lintang itu sudah hampir seperti orang stress. Maka dari itu, hari ini Astro memilih untuk tidak masuk sekolah dan memilih untuk mencari Lintang.

Awalnya Laras tidak setuju karena melihat keadaan Astro yang tidak mendukung, namun karena tidak tega akhirnya cewek itu memilih untuk ikut. Dan tentu saja kabar itu diberitahu oleh Laras kepada tiga sahabat Benua itu.

"Ben, yuk kita balik. Sekolah udah sepi, kita juga udah lama banget di sini. Mending lo pulang sekarang takutnya nyokap lo khawatir lagi." Akhirnya Rian bersuara setelah terdiam dengan durasi yang sangat lama.

"Rian bener, mendingan kita balik sekarang. Seenggaknya setelah istirahat bentar, kita bisa nyari Lintang lagi. Bisa aja bokap lo atau paman Astro udah nemuin dimana keberadaan Lintang," ujar Bryan yang diangguki oleh Angga dan Rian.

Benua menatap ketiga sahabatnya bergantian, sebelum memilih untuk bangkit dari bangkunya dan menuruti saran Bryan.

__________

Benua keluar setelah mematikan mesin mobilnya. Ia melangkah menuju pintu utama rumahnya, tapi langkah itu berhenti setelah melihat seorang wanita seumuran dengan bundanya menggedor-gedor pintu rumahnya.

Setelah tahu siapa wanita itu, Benua kembali melangkah dengan santai serta tatapan tajam.

"Keluarga saya tidak ada yang berhutang hingga anda bisa bertingkah seperti rentenir di rumah ini," ujar Benua yang membuat wanita itu berhenti menggedor pintu dan berbalik kepadanya.

"Enggak sopan ya kamu sama tante sendiri," balas wanita itu yang ternyata adalah Lina, adik bunda Benua.

"Lebih tidak sopan mana dengan anda yang menggedor-gedor pintu rumah orang seperti kesurupan."

Kurang ajar memang, namun Benua sudah tak tahan lagi dengan tingkah tantenya itu. Ia tak ingin lagi keluarganya kembali retak. Katakan saja ia trauma pada kesalahan ayahnya, tapi memang itu kenyataannya.

Lina terdiam, menatap Benua dengan tatapan tajam. Ia tak menyangka jika keponakannya yang dulunya penurut, sekarang berubah menjadi pembangkang semenjak remaja di depannya ini mengetahui perselingkuhannya dengan Mario.

Pintu yang terbuka mengalihkan perhatian keduanya. Di sana berdiri Reva dan Mario yang terkejut dengan kehadiran Lina. Namun tatapan Mario langsung berubah tajam, sama seperti Benua.

"Ngapain lagi kamu ke sini?" tanya Mario dingin. Reva yang mendengar itu langsung menatap suaminya, lalu kembali menatap Lina.

"Aku ke sini ingin mengambil hakku," jawab Lina yang membuat tiga orang di hadapannya bingung.

"Hak?" Tanpa sadar Benua bertanya yang langsung disambut senyuman miring oleh Lina.

"Iya. Saya ke sini ingin mengambil hak saya. Mas Mario adalah hak saya semenjak tiga tahun lalu, sejak kesalahan terindah itu terjadi."

Mata Reva sudah berkaca-kaca mendengar penuturan adiknya itu. Bukan, bukan karena ia takut suaminya direbut lagi oleh Lina, ia sangat percaya pada Mario jika pria itu tidak akan pernah mengkhianatinya lagi.

BENUA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang