Jadilah readers yang bijak dan menghargai karya dari orang lain, dengan cara klik bintang serta komen berfaedah dan tidak Meng-COPY PASTE-kan cerita ini!
Enjoy the reading!!
🍁🍁🍁
"Mau kemana lo Lin? Ini udah mau bel masuk," ucap Laras saat melihat Lintang yang berdiri dari bangkunya.
"Lintang gak tenang Ras, Lintang harus nyari Benua. Lintang khawatir Benua kenapa-kenapa," ucap Lintang.
"Tapi ini udah mau bel masuk loh, ntar lo bolos dong. Terus gue harus bilang apa ke guru? Gak kasihan lo ntar gue kena interogasi," dumel Laras dengan wajah memelas.
"Buat kali ini Laras bantu Lintang ya, bilang aja Lintang di UKS soalnya tadi emang rada pusing juga. Ok? Ya udah Lintang pergi dulu ya, dah Laras."
Setelah itu Lintang pergi meninggalkan Laras yang meneriaki namanya sampul menggerutu.
"Aish, dasar tuh bocah. Ck, ya udah deh gak papa, kali aja ngasih dia waktu buat ngerasain gimana namanya kisah cinta," gumam gadis berkuncir satu itu dengan senyuman manis di bibirnya.
__________
Lintang sudah mencari Benua ke tempat yang ia tahu dimana biasanya Benua hampiri. Tapi tetap saja ia tak menemukan cowok itu.
Bahkan ia sudah mencari ke kelas cowok itu, namun yang ia dapatkan dari Astro yang sekelas dengan Benua mengatakan jika Benua tak masuk sejak istirahat pertama tadi.
Sekarang cewek berambut sepunggung itu sedang duduk di depan UKS, ia tak tahu lagi harus mencari kemana.
"Lintang?" Suara itu membuat Lintang yang awalnya menunduk, menaikkan pandangannya dan mendapatkan Angga dan Rian yang berdiri sambil menenteng kresek yang isinya seperti cemilan.
"Hai Rian, hai Angga," sapa gadis itu tak bersemangat. Angga dan Rian yang melihat itu terheran, namun dengan cepat mengerti kenapa raut wajah pacar bos mereka itu lesu.
"Nyari Benua ya?" tanya Rian yang diangguki oleh Lintang. "Lintang udah nyari kemana-mana, tapi gak ketemu Benuanya. Lintang khawatir Benua kenapa-kenapa," ucap gadis itu jujur.
Mendengar itu Angga dan Rian saling berpandangan sambil tersenyum kecil. "Lo khawatir banget ya?" tanya Angga seolah memancing Lintang, ingin tahu sebesar apa rasa khawatir cewek polos ini terhadap sahabat-sahabatnya.
"Iya, Lintang takut nanti Benua kenapa-kenapa. Tapi dari tadi Lintang nyari gak ketemu-ketemu," keluh Lintang.
"Lo udah cek rooftop belum?"
__________
Lintang sudah berdiri di depan pintu rooftop sejak lima menit yang lalu. Dari sini, ia dapat melihat Benua yang sedang melemparkan barang-barang bekas yang ada di dekatnya.
Jujur saja, keringat dingin sudah mengalir di pelipisnya sejak melihat Benua mengamuk. Ia takut melihat Benua yang seram, namun secara bersamaan rasa khawatir menelusup. Ia khawatir jika ada apa-apa terhadap kekasihnya itu sampai membuat cowok itu menjadi monster seperti sekarang.
Tangan kanan Lintang menutup mulutnya, sedangkan tangan kirinya berpegangan pada tiang yang entah dari kapan berdiri kokoh di sana. Nafasnya sudah tak beraturan lagi, tapi ia tetap tak ingin mengeluarkan suara. Ia ingin mengawasi Benua, takut jika cowok itu melakukan hal di luar logika.
"Aarrghh!!" Teriakan Benua membuat Lintang jatuh terduduk akibat terkejut, dan itu masih tanpa suara.
"Kenapa mereka balik lagi?! Gak cukup apa bikin gue sama bokap gue hampir kayak orang asing?! Apa gak cukup bikin nyokap gue nangis tiap hari? Apa gak puas bikin keluarga gue hampir berantakan?! Kenapa mereka balik lagi ha?! Aarrghh!!"
Benua terus berteriak dan tanpa diketahuinya terus didengarkan oleh Lintang yang kini sudah menangis tanpa suara. Entah kenapa ia merasa sedih melihat Benua yang terlihat terluka seperti sekarang, ia merasa tak suka jika Benua tampak tak berdaya seperti ini.
Benua terduduk lemas di sofa. Tangannya bergerak menutup wajahnya lalu mengusapnya kasar. Sekarang ia merasa tertekan.
Sejak kedatangan tamu pada hari minggu kemarin, ia merasa naik darah. Apalagi tamu itu meminta untuk menginap di rumahnya, dan itu membuatnya semakin naik darah sampai ke ubun-ubun.
Tanpa disadarinya, seseorang bergerak maju dengan perlahan menghampirinya yang kini sedang kalut.
"Benua ... " Panggilan yang terdengar seperti cicitan itu membuat Benua mengalihkan perhatiannya pada seseorang yang memanggilnya.
Ia menemukan gadisnya dengan mata sembab dan senyum manis yang tercetak di bibir kecil itu.
"Lintang ... " panggilnya lirih. Ia pastikan jika gadis itu pasti melihat apa yang sudah ia lakukan.
Lintang tak menghiraukan wajah kebingungan Benua, gadis itu memilih untuk ikut duduk di sebelah cowok itu. Sedangkan Benua, ia masih menatap Lintang yang matanya bengkak.
"Ngapain ke sini?" tanya Benua yang tak memalingkan pandangannya dari Lintang. "Nyari Benua dari tadi, tapi gak ketemu-ketemu. Untung Rian bilangin kalau Lintang belum cek ke sini," jawab cewek itu.
"Terus mata lo kenapa?" Lintang menyentuh matanya yang terasa sedikit bengkak. "Oh, gak papa kok. Ini tadi kelilipan terus Lintang kucek-kucek, eh malah bengkak." Bohong, Benua yakin jika cewek itu berbohong.
"Asal lo tahu aja, gue paling gak suka kalau diboongin." Ucapan Benua membuat Lintang bungkam, dan itu semakin membuat Benua yakin jika gadis itu pasti kenapa-kenapa.
Lintang mengehela napas pelan, kemudian ia menatap lurus ke depan sebentar lalu menatap Benua kembali.
"Tadi pas Lintang sampai di sini, Benua lagi ngamuk. Ini baru pertama kali bagi Lintang liat orang marah besar, Benua tadi kayak ... Monster," ujar cewek itu dengan suara kecil di ujung kalimatnya.
Mendengar itu membuat Benua tertegun, apakah ia terlalu berlebihan? Sampai membuat Lintang ketakutan.
"Lo takut?" tanya Benua pelan dengan kepala tertunduk. Lintang yang melihat itu segera meraih tangan Benua untuk ia genggam dan menggeleng kuat.
"Enggak, Lintang gak takut. Tadi Lintang cuma shock aja, Benua gak serem kok. Jadi Benua jangan sedih, Benua tetep ganteng kok lebih ganteng dari Rian. Serius deh Lintang gak boong," ujar Lintang dengan nada memelas.
Benua yang tadinya kaget karena Lintang yang tiba-tiba menggenggam tangannya, tersenyum tipis melihat tingkah menggemaskan cewek itu.
"Iya, gue gak sedih." Benua menjawab sambil membalas genggaman tangan Lintang dengan lebih erat dan hangat. Entah kenapa, ia merasa sedikit tenang saat Lintang datang dan menggenggam tangannya, jangan lupakan senyuman manis yang entah sejak kapan menjadi vitamin baginya.
Lintang bernapas lega. Ia mengira Benua akan sedih jika ia mengatakan jika takut. Ia tersenyum lega saat melihat Benua sekarang baik-baik saja.
"Benua kenapa? Ada masalah ya?" tanya Lintang dengan hati-hati.
Benua yang mendapatkan pertanyaan itu menghela nafas panjang. Tanpa melepaskan genggaman tangannya, cowok itu bersandar pada sandaran sofa dan membawa tangan Lintang yang ada di genggamannya ke dadanya.
"Kayaknya gue butuh lo Lin."
🍁TBC🍁
Selamat menikmati yaa:)
Vote dan komen jangan dilupakan yaa. Karena akan lebih sakit dilupakan dari pada melupakan:)
-YuDwRy-
993 word
KAMU SEDANG MEMBACA
BENUA [Selesai]
Teen Fiction[sudah terbit - sebagian part diunpublish] __________________________ Benua Adijaya. Sebuah nama legend yang sudah sering didengar oleh para murid SMA Cemara. Seorang troublemaker, bad boy, prince shcool, dan most wanted Cemara, yang mempunyai tiga...