16. Firasat (a)

10.3K 653 11
                                    

Jadilah readers yang bijak dan menghargai karya dari orang lain, dengan cara klik bintang serta komen berfaedah dan tidak Meng-COPY PASTE-kan cerita ini!

Enjoy the reading!!

🍁🍁🍁


Hari-hari telah terlewati. Semua terlihat baik dan tak ada yang aneh. Begitu pula dengan hubungan Benua dan Lintang, keduanya semakin hari semakin dekat. Bahkan sudah meminta maaf secara langsung kepada Astro, jika bukan karena paksaan Laras yang menakutinya bahwa saudara kembar Lintang itu tidak akan merestui hubungannya dengan Lintang.

Tapi tidak dengan Nadia. Cewek itu tidak baik-baik saja, malah ia merasa semakin gerah dengan kedekatan Benua dan Lintang.

"Ck! Si Alvaro itu kapan sih jalanin rencana dia? Gue udah gerah liat keromantisan mereka berdua," geram Nadia sambil melihat Benua dan Lintang yang sedang duduk di tribun penonton lapangan basket indoor.

Vina dan Gina yang seolah melihat asap dari telinga Nadia dengan cepat menarik bahu cewek itu dan membawanya pergi dari sana.

"Udah, mending sekarang lo sabar aja dulu. Jangan sering liatin mereka, entar makin cemburu. Gue yakin rencana lo sama Alvaro pasti sukses, dan sekarang dia lagi matengin tuh rencana. Jadi lo sabar dulu," ujar Vina menenangkan.

"Bener tuh kata Vina. Kalau lo kayak gini malah bikin rencana lo berantakan. Mending sekarang lo tanya sama Alvaro kapan rencana lo itu dijalanin," tambah Guna yang disetujui Vina.

"Huh! Oke, gue bakal tanya Alvaro. Pokoknya gue mau kalau Benua sama Lintang itu pisah, dan Benua cuma buat gue. Enak aja tuh cewek, gue yang duluan suka sama Benua tapi malah dia yang dapetin," ujar Nadia disertai smirk di bibirnya.

Melihat itu Vina dan Gina hanya menggeleng lemah.

Gue emang sahabat lo Nad, tapi gue gak bakal biarin lo lakuin rencana gila yang bakal ngebahayain nyawa orang- Vina.

Lo emang cewek gila Nad, tapi gue gak bakal biarin lo jadi gila beneran. Ya kali gue sahabatan sama orang gila- Gina.

__________

Seperti yang disarankan oleh kedua sahabatnya, Nadia menghubungi Alvaro dan meminta bertemu di Caffe dekat sekolahnya.

Sesampainya di sana, ia menemukan Alvaro yang sudah duduk manis di dekat jendela lebar Caffe itu.

"Gue kira bakalan gue yang nunggu," ujar Nadia setelah sampai dan duduk di depan Alvaro.

Alvaro mengalihkan pandangannya yang tadi menatap luar jendela menjadi ke arah Nadia.

"Gue juga ada urusan di sini," sahut Alvaro singkat. "Mata-matain Benua? Emang gak cukup apa si Tomi yang jadi mata-mata lo?" tanya Nadia yang hanya dianggap angin lalu oleh Alvaro, ia juga memaklumi jika Nadia tahu bahwa Tomi adalah mata-matanya di SMA Cemara.

"Jadi kenapa lo minta ketemuan sama gue?" tanya Alvaro mengalihkan pembicaraan. Nadia yang jelas mengetahui itu berdecih dan menggeleng takjub.

"Pengalihan klasik. Jadi gue minta ketemu sama lo, karena gue pengen rencana kita secepatnya dijalanin. Gue udah gerah liat tuh cewek murahan nempel terus sama Benua," ujar Nadia mencoba tenang.

Alvaro menghela nafas panjang, dia sudah menebak jika cewek agresif ini pasti akan menagih rencananya.

"Ck! Gue kira kerja sama bareng lo bakal nguntungin gue, ternyata malah ngerepotin. Nyesel gue," ucap Alvaro santai, setelahnya ia meminum Latte pesanannya.

"Apa lo bilang? Gue ngerepotin? Yang ada elo! Gara-gara lo kelamaan bikin rencana, Benua sama tuh cewek makin deket. Gue juga nyesel nurutin semua saran lo buat bully tuh cewek, yang ada gue yang kena labrak sama Benua."

BENUA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang