21. Let's play (a)

8.7K 576 22
                                    

Jadilah readers yang bijak dan menghargai karya dari orang lain, dengan cara klik bintang serta komen berfaedah dan tidak Meng-COPY PASTE-kan cerita ini!

Enjoy the reading!!

🍁🍁🍁

Benua terus menggenggam tangan Lintang yang sekarang duduk di sebelahnya, sedangkan gadis itu hanya tersenyum polos kepada Benua. Sungguh menggemaskan, kiranya seperti itu yang dipikirkan Benua.

Sedangkan di hadapan mereka ada Reva dan Mario yang saling melempar senyum.

"Ben, lo mau pandang-pandangan aja gitu sama Lintang? Gak mau ngenalin calon menantu bonyok lo?" celetuk Rian yang ternyata berada di sofa bagian kanan Benua. Cowok itu duduk bersama Bryan dan Angga.

Benua langsung menoleh pada kedua orangtuanya yang mungkin saja sedari tadi melihatnya yang saling berpandangan dengan Lintang.

"Ehem! Bun, yah, ini Lintang pacar Benua." Cowok itu terlihat gugup saat melihat respon orangtuanya yang tersenyum menggoda padanya.

"Halo tante, om, Lintang seneng ketemu tante sama om. Maaf tadi Lintang diem aja, soalnya Astro ngajarin ke Lintang gak boleh nyela orang lain kalau lagi debat. Jadi maafin Lintang ya karena dari tadi cuma diem aja, Lintang gak sombong kok." Ucapan polos dari gadis itu membuat Rian dan Angga melongo, Benua dan Bryan yang terkekeh, serta kedua orangtua Benua tertawa.

Reva berdiri dari duduknya dan berjalan menuju Lintang lalu duduk di sebelah gadis itu.

"Astaga sayang, gak papa kok. Malahan tante makasih sama kamu udah mau nenangin Benua, jadi Lintang gak perlu minta maaf. Ya ampun kok kamu ngegemesin sih," ujar Reva sambil mencubit pelan pipi Lintang yang memang chubby.

Lintang tertawa kecil karena cubitan dari bunda pacarnya itu. "Cielah Ben, udah dapet lampu ijo tuh. Duh ... Lintang imut banget sih pen unyel pipinya deh."

Belum sempat tangan Rian sampai ke pipi Lintang, sebuah sepatu sudah mendarat tepat di kening cowok itu.

Rian mengaduh sambil mengusap keningnya yang terasa sakit, sedangkan Angga langsung berucap "Mampus lo!" Dan dilanjutkan dengan tawanya.

"Tega amat lo Ben. Itu sepatu berat tahu, sakit nih muka gue." Rian terus mengelus keningnya sambil melihat Benua yang juga menatapnya dengan sinis.

"Mau habis lo sama gue?" tanya Benua datar yang langsung digelengi oleh Rian. Angga kembali tertawa saat melihat wajah melas Rian dan kemudian berucap, "Makan tuh sepatu. Lagian lo asal pengen cubit pipi orang ae, akhirnya apa? Kena sialnya kan."

Reva dan Mario tertawa melihat tingkah para sahabat anaknya itu. Sedangkan Lintang terkekeh geli melihat wajah kesakitan Rian yang terus mendumel pada Benua yang sama sekali tak menghiraukannya.

Bryan yang dari tadi diam menggelengkan kepalanya.

Emang cuma gue yang waras deh, batinnya.

Keesokan harinya di kantin sekolah waktu istirahat, Benua sedari tadi mengedarkan pandangannya mencari seseorang.

Riang yang jengah dengan tingkah sahabatnya itu langsung berucap, "Kepala lo udah kayak kepala burung hantu ya, muter-muter. Ngapain sih? Lo nyari Lintang?"

Benua menatap Rian sinis, ternyata cowok itu masih kesal soal kemarin saat Rian ingin mencubit pipi gadisnya.

Rian yang mendapatkan tatapan itu meringis. "Ya elah Ben, gue kan udah minta maaf. Kemaren tuh gue khilap. Habis si Lintang ngegemesin sih," ujar Rian lagi namun tak dihiraukan oleh Benua.

"Sabar ya bro! Gue selalu di samping lo kok–" Angga menggantungkan kalimatnya saat melihat Rian yang menatapnya dengan tatapan terharu namun setelah itu ia melanjutkannya, "–buat ngetawain lo. Hahaha!"

Seketika wajah Rian berubah masam. "Bangke lo tai!"

Bryan menghela napasnya melihat tingkah kedua sahabatnya itu. Kadang ia berpikir, apa kesalahan yang ia perbuat sampai ia mendapatkan sahabat seperti Rian dan Angga.

"Gue ke Lintang dulu." Benua bangkit dari bangkunya setelah mengatakan itu, dan berlalu ke arah Lintang yang duduk berdua dengan Laras.

"Si kunyuk asal tinggal ae dah, mentang-mentang gak jomblo." Rian menggerutu sambil melihat Benua yang mengusap kepala Lintang.

"Makanya cari pacar, gak ngejomblo terus!" Angga menyahut sebelum menyeruput jus jeruknya. Rian menatap Angga tak percaya lalu berucap keras, "Heh toa rusak. Gak nyadar diri lo? Lo juga jomblo bambwang, mirror gih mirror!"

"Udah deh kalian. Dari tadi ribut amat kek emak-emak," ujar Bryan dengan tenang. Rian dan Angga hanya bergumam tak jelas, mungkin mereka saling mengumpat.

"Kak Bry." Panggilan dari seorang gadis mungil yang berdiri di dekat meja mereka, membuat ketiganya mendongak.

"Airin? Kenapa?" tanya Bryan heran saat melihat kekhawatiran di wajah gadis itu. Namun gadis yang ternyata bernama Airin itu hanya diam sambil sesekali melihat Rian dan Angga yang juga melihatnya penasaran.

Paham dengan gelagat gadis itu, Bryan segera bangkit lalu menggenggam tangannya. "Gue cabut duluan," ujar Bryan kemudia berlalu dengan menarik Airin untuk pergi.

Angga yang melihat itu menggeleng takjub seraya berkata, "Gue masih belum percaya kalau si kutub udah duluin kita. Malah gak ngundang-ngundang lagi, serius gue kaget banget pas tahu tuh bocah udah nikah."

Rian mengangguk setuju membenarkan ucapan Angga. Ia juga tak menyangka jika Bryan yang terkenal paling kalem diantara mereka berempat ternyata akan menikah duluan, disaat mereka masih sekolah. Dan yang paling membuat ia, Angga dan Benua teekejut adalah Bryan menikah dengan adik kelas mereka yang tak lain dan tak bukan adalah Airin tadi.

"Kalau liat mereka berdua, jadinya gue pengen nikah juga kan." Mendengar itu Angga menatap Rian aneh.

"CARI CEWEK DULU BEGO!"

Langkah Nadia terhenti yang diikuti oleh keduanya temannya yang ada di belakangnya.

Tiba-tiba saja dadanya naik turun dengan wajah memerah seperti menahan emosi, membuat Vina dan Gina yang ingin berbicara memilih bungkam saja.

Di depan sana ada Benua dan Lintang yang terlihat mesra. Benua yang menyelipkan rambut Lintang ke telinga gadis itu saat ia sedang menunduk untuk menulis.

"Gue udah cukup sabar liat kalian manis-manisan tiap hari, tapi sekarang gue udah gak tahan lagi. Tunggu aja, rencana gue sekarang bakal lebih gila dari obsesi gue sama Benua. Gue pastiin itu," ujar Nadia menahan geram.

Vina dan Gina yang mendengar itu saling memandang dengan raut khawatir sambil menggeleng pelan.

Perasaan gue bilang ini gak bakal jadi sesuatu yang baik buat lo Nad, batin Vina.

Gue harap gue masih mau temenan sama lo Nadkalau nanti lo beneran gila,batin Gina.

🍁TBC🍁

Semoga suka yaa:)

Vote dan komen jangan dilupakan yaa. Karena akan lebih sakit dilupakan dari pada melupakan:)

-YuDwRy-

948 word

BENUA [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang