"Tidur disini aja ya, sayang," bujuk bunda Artika yang sedang asik mengelus rambut Aretha. Sekarang mereka sedang berkumpul diruang keluarga, baru saja selesai melaksanakan acara makan malam, setelah melaksanakan keharusan seorang muslim.
Aretha menutup matanya, menikmati sensasi kelembutan tangan seorang wanita di kepala nya. "kapan lagi bisa merasakannya," batin Aretha lirih.
"Gak bunda, kasian bang Satria dirumah sendirian," tolak Aretha secara halus. Padahal dia sangat ingin menikmati lebih lama bersama keluarga ini, tetapi apa boleh buat Aretha juga harus kembali kerumahnya karena masih ada seseorang menunggu kehadiran pulangnya.
"Tapi abang kamu udah besar sayang, dia bisa jaga dirinya sendiri." Bunda Artika masih mencoba membujuk Aretha membuat gadis tersebut sulit untuk menolak, tapi tetap harus dia tolak.
"Jangan malam ini ya, bun. Janji deh kapan-kapan Aretha tidur disini."
"janji?"
Aretha melingkarkan jari kelingkingnya dengan jari bunda Artika. "janji."
Orang yang berada didekat mereka, cuman menjadi penonton kemesraan seperti anak dengan ibu kandung, padahal mereka berbeda.
Memang kalau mereka sudah berdua, tidak ingat yang lain bukan berarti mereka melupakan.
Bagi seorang anak memang pasti ada rasa iri, saat melihat ibu mereka dekat dengan orang lain. Sampai mereka berdua tidak memperdulikan anak sendiri, sama halnya dengan prisil ada sedikit iri, kesal, marah tapi dia buang jauh-jauh semua itu. Malah sekarang dia senang, bahagia bisa berbagi sebuah kebahagiaan kecil bersama sahabatnya tersebut.
Aretha melihat kearah jam tangannya. "Bun, udah malam. Aretha pulang dulu ya." Pamit Aretha sambil berdiri dari duduknya.
"Udah mau pulang sayang, diantar sama Kevin aja ya."
What? No! Yang benar saja?
"Gak. Gak perlu bun, aretha naik grab aja." Tolak Aretha sehalus mungkin.
Bagaimana bisa aretha pulang sama kevin? sedangkan dia udah bilang tidak akan dekat-dekat sama kevin."No! Kamu itu anak gadis, gak boleh pulang malam sendirian. Biar Kevin yang antar aja ya sayang." final bunda Artika. Kalau sudah begini Aretha tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Aretha memandang kearah yang lain. Berharap kepada Yoga dan ayah Revan, dia tidak akan berharap sama Prisil yang ada mereka nabrak pembatas jalan seperti beberapa hari yang lalu.
Melihat pandangan Aretha, ayah Revan langsung berucap, "Yoga, ke ruang kerja ayah sebentar. Ayah mau membahas tentang proyek yang akan datang." Alibinya sambil berjalan kearah Aretha.
"Hati-hati yang sayang, kalau udah sampai jangan lupa telpon ayah, oke." ucapnya sambil mengelus kepala Aretha.
Dia beralih kearah anak pertamannya. "Jaga Aretha baik-baik, son." setelah nya berlalu pergi, sebelum benar-benar pergi ayah Revan menyempatkan mencium istrinya.
"Hati-hati, Dek." peringat yoga kepada Aretha, dia beralih ke ada abangnya, mengucapkan beberapa kalimat ancaman. "Abang jagain adek kesayangan ku, awas kalau kenapa-napa!"
Kevin hanya memutar bola matanya malas, tidak menanggapi ucapan tersebut, terlalu malas dan membuang-buang kalimatnya.
"Kevin antar Aretha pulang, gih."
"Tapi ...." kevin ingin menolak, sayangnya sudah keburu dipotong bunda Artika ucapannya.
"Gak usah nolak, Aretha tuh kesayangan bunda kalau dia kenapa-napa dijalan bagaimana hm? Kamu mau tanggung jawab? Gak usah mikir-mikir lagi, kelamaan. Buruan langsung antar Aretha aja. Kamu gak lihat dia udah ngantuk, apalagi besok dia mau sekolah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Archer |End|
Lãng mạnAretha Olivia Khanza, adalah seorang gadis manis yang selalu ceria. Kehidupannya penuh dengan canda tawa. Namun,semua itu hanya ia jadikan tameng untuk menutupi masa lalunya yang kelam. Hidupnya baik-baik saja, sampai suatu hari ada orang asing yang...