10. telat

911 98 12
                                    

Kejadian yang terjadi pada saat Aretha sakit sudah berlalu. Sekarang bertepatan dengan hari jumat, kegiatan yang dilakukan adalah senam bersama yang dilanjutkan dengan bersih-bersih.

Bukannya bersiap-siap untuk pergi kesekolah, Aretha masih asik dengan bunga tidurnya ditambah selimut tebal yang menutupi tubuhnya.

Alarm yang terus berbunyi tidak membuat gadis tersebut bangun, dia semakin menarik selimut lebih tinggi hingga menutupi seluruh tubuhnya.

Suara ketukan diluar pintu kamar sama sekali tidak mengusik tidurnya, hingga beberapa menit terdengar suara laki-laki memanggilnya. "sayang udah bangun belum?"

"Kebiasaan gak dikunci." gumam laki-laki tersebut saat membuka pintu kamar. Melihat adiknya yang masih tidur membuat dia menggeleng pelan, melangkahkan kakinya mendekat kearah Aretha.

"Sayang, ayo bangun udah siang loh. Emang gak sekolah." suara lembut menyapa digendang setiap yang mendengarnya. Dia membuka sedikit selimut Aretha agar tidak sesak. Terdengar gumaman tidak jelas yang dibalas oleh adiknya.

"Ayo bangun, jangan malas." Dia mengguncang tubuh Aretha, tidak begitu kencang tapi bisa mengusik tidurnya.

"5 menit lagi." suara serak terdengar menjawab lelaki tersebut, tetapi mata nya masih terpejam.

Suara yang penuh kelembutan diganti dengan suara yang tegas dan penuh perintah. "Gak ada lima menit lagi, bangun sekarang juga. Ingat hari ini senam dan bersih-bersih!"

"Gak sekolah yang bang, males." ucapnya, mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum menatap laki-laki didepannya yang tidak lain Satria.

"Gak ada, sana mandi bau banget. Adek siapa sih?"

"Emang Aretha adek siapa? Aretha juga gak tau." suaranya dibuat seimut mungkin.

"Gak usah sok imut, sana siap-siap abang tunggu diruang makan."

"Bang gak sekolah ya," bujuknya, bukannya menjawab Satria malah mengangkat adiknya ke kamar mandi setelahnya mencipratkan air.

"Pakai sabun, biar harum gak bau seperti bunga bangkai."

Setelahnya dia berlari keluar kamar, tidak lama terdengar teriakkan dari kamar mandi. "BANG SAT!"

Satria tertawa keras mendengarnya, sungguh menjailkan adiknya merupakan sesuatu yang paling menyenangkan.

Sekarang Aretha sudah berada digerbang sekolah yang tertutup rapat, dirinya telat padahal Satria sudah menawar untuk mengantar Aretha, hanya saja Aretha menolak sebab terlanjur ksal dengan abangnya.

Di gerbang tidak ada siapa-siapa biasanya ada beberapa murid atau osis yang berdiri, tapi ini sama sekali tidak terlihat. Bagaimana tidak Aretha sudah telat bahkan hampir setengah jam. Beginilah jadinya kalau tidak ada nian bersekolah.

Aretha ada niat untuk belajar tapi bukan untuk olahraga, dia sangat anti bahkan bisa dikata benci dengan jenis kegiatan semacam ini.

Aretha menghela nafas Apa yang harus dia lakukan? Pulang? Yang ada diomeli oleh abangnya karna tidak masuk sekolah.

Terus apa? Bolos? Hah dia males berurusan dengan pak kamil guru BKnya, pasti kalau tidak bersihkan toilet disuruh lari lapangan, Aretha tidak suka. Terus bagaimana?

Lebih kurang begitu lah isi pikiran Aretha, hingga sebuah ide muncul di kepala nya. Kenapa tidak lewat gerbang belakang saja yang jarang ada orang lewat? Disana juga lumayan sepi.

Aretha bergegas menuju gerbang belakang. Setibanya disana sesuai dengan perkiraannya, tidak ada yang menjaga tetapi Aretha tetap harus waspada hingga dia memutuskan untuk berjalan mengendap-ngendap.

Archer |End|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang