08. sakit

1.1K 118 18
                                    


"Kenapa kamu disini? mau bolos?" suara tersebut terdengar dingin dan tegas ditelinganya. Aretha langsung mengalihkan pandangannya kearah laki-laki laki-laki .

"Pak kevin?" Aretha terkejut melihat orang didepannya, sebelum bertanya dengan pelan. "Gak ikut rapat, pak?"

Tanpa mendengar jawaban dari Kevin, Aretha melanjutkan ucapannya kembali. "Udah masuk ya, pak? Kalau gitu Aretha permisi dulu."

Saat ingin berdiri, kaki Aretha gemetaran, kepalanya terasa berputar-putar. Kevin yang kebetulan berdiri didekat Aretha, dengan sigap menangkap tubuhnya yang ingin jatuh. Aretha ingin menolak tetapi tubuhnya seperti tidak bertenaga sama sekali.

"kamu belum makan Aretha? tunggu disini." Kevin membantu Aretha menyenderkan kembali tubuhnya ke sofa.

"Gak usah pak, saya ke kelas aja udah masuk juga," tolak Aretha dengan lemah.

"Dasar keras kepala." gumam kevin yang masih didengar Aretha, kalau saja dia tidak begini sudah dipastikan mereka akan berperang.

"Sekarang kamu diam disini, jangan bergerak kemana-mana!" Perintah Kevin tegas. Aretha hanya bisa pasrah saja, dia memejamkan matanya, kepala nya bertambah pusing.

Kevin kembali dengan nampan yang berisi makanan dan minuman, memandang Aretha yang tidur membuat dia bingung. Harus dibangunkan apa tidak?

Akhirnya dia memutuskan untuk membangunkan Aretha, dia menepuk pelan pipi Aretha agar terbangun.

"Makan dulu setelahnya minum obat, baru boleh tidur."

Aretha mencerna ucapan kevin. Apakah orang didepannya ini Kevin atau tidak Bagaimana tidak Kevin berbicara yang biasanya berbicara dingin, tegas, tidak mau dibantah. Sedangkan sekarang, dia sedikit lembut dan perhatian.

Masa bodoh lah, Aretha hanya menginginkan tidur saat ini, kepalanya masih terasa sakit.

"Udah." Aretha menjauhkan sendok yang dipegang Kevin padahal baru beberapa suap saja makanan masuk kedalam mulutnya.

Sebenarnya, Aretha ingin makan sendiri tapi sendok yang dia pegang selalu ingin jatuh akhirnya Kevin yang membantunya makan.

"Satu suap lagi, ya." Aretha menggeleng pelan sambil menutup mulutnya.

Kevin menarik napas, perempuan sungguh merepotkan tetapi dia harus sabar menghadapi Aretha yang sedang sakit.

"Kalau gitu minum obat aja," ucapnya memberikan beberapa obat kepada Aretha untuk diminum.

Selanjutnya, Aretha sudah memasuki alam mimpi, ternyata pengaruh obat sangat cepat untuk meredakan rasa sakit. Kevin yang melihat aretha sudah tidur segera menyelimutkan gadis tersebut.

Tempat mereka sekarang -rooftop- memang bersebelahan dengan ruangannya -ketua yayasan- yang sebelumnya digunakan oleh Yoga.

Kevin mengusap wajahnya kasar. Ada apa dengan dirinya akhir-akhir ini? Sepertinya dia harus lebih banyak mendekatkan diri kepada Tuhan, agar lebih tenang.

Kevin yang sedari tadi menunggu Aretha tidur sambil memantau perkembangan di anggota nya takut ada masalah yang serius walaupun dia lagi masa libur, tapi tidak menutup kemungkinan besar bisa terjadi sesuatu. Hal tersebut lah yang selalu membuat Kevin harus selalu siaga.

Kevin melirik kearah Aretha yang merasa tidak nyaman dalam tidurnya, ternyata wajahnya terkena sinar matahari. Kevin berdiri, menghalangi Aretha agar tidak terganggu istirahatnya. Tidak beberapa lama suara adzan dzuhur berkumandang. Kevin ingin melaksanakan shalat tapi bagaimana dengan salah satu muridnya ini?

Aretha samar-samar mendengar suara adzan membuat dia mengedipkan matanya pelan, menyesuaikan dengan cahaya. Tatapan Aretha beradu dengan kevin, lelaki itu baru sadar kalau Aretha memiliki warna mata yang mempeson -biru- yang sangat jarang ada di negara mayoritas Islam ini. Di satu sisi Aretha tenggelam dalam mata coklat Kevin.

Sadar dengan apa yang mereka lakukan, Kevin dan Aretha langsung membuang muka. Terlihat warna merah di pipi Aretha, membuatnya terlihat menggunakan Blush on.

Kevin berdeham menghilangkan suasana canggung diantara mereka beberapa saat. "Kamu shalat atau enggak?"

"Shalat pak," Aretha mencoba berdiri dari sofa, walaupun dia sudah istirahat tapi pusing masih terasa dia rasakan.

Kevin memegang badan Aretha yang ingin terjatuh, "jangan dipaksakan kalau tidak kuat."

Aretha merona mendapat perlakuan dari Kevin, dia melepaskan dengan pelan tangan Kevin yang masih di badan nya. "Gak apa-apa, pak." Aretha menjawab perkataan Kevin dengan sopan.

"Diruangan saya kamu bisa berwudhu dan shalat," Kevin menawarkan ruangan nya untuk digunakan oleh Aretha.

"Terus bapak?" Aretha bertanya dengan bingung.

Jika dia shalat diruangan nya terus kevin dimana?

"Saya akan shalat di masjid. Lagi pula, laki-laki diwajibkan untuk shalat di masjid selagi mampu," jelas Kevin melangkahkan kakinya dibelakang Aretha yang berpegangan pada sekitar, seolah-olah dia bisa jatuh kapan saja.

"Masa Aretha sendirian, pak. Kalau ada yang hilang bagaimana?"

Dia tidak ingin kalau di cap sebagai pencuri, oh no! Aretha tidak mau!

Kevin menggeleng pelan, apa yang dipikirkan oleh muridnya satu ini? Masih bisakah tidak memikirkan hal-hal lain saat ini.

"Kamu ini gak ingat kalau lagi sakit, masih saja memikirkan hal yang seperti itu."

Sebenarnya Aretha ini terbuat dari apa sih? keras kepalanya tidak bisa berubah walaupun sedang sakit, begitulah yang ada dipikiran Kevin.

"kita shalat berdua, saya yang pertama wudhu baru kamu." final Kevin akhirnya. Dia berjalan disamping Aretha takut-takut nanti hampir jatuh seperti tadi. Mereka sampai diruangan, Kevin segera mengambil wudhu baru setelahnya Aretha.

"Itu mukena punya Prisil, kamu pakai itu aja." Kevin menujuk mukena dan sajadah yang telah dia letakkan dibelakang nya, sedangkan Aretha hanya menurut saja.

°°°

Kevin mengucapkan salam sambil menoleh ke kanan dan ke kiri diikuti oleh Aretha. "Assalamu alaikum wa rahmatullah wa barakatuh."

Mereka membaca shalawat kepada rasulullah shollallahu 'alayhi wasallam dan menengadahkan tangan selayak berdoa kepada Allah swt.

Sungguh pemandangan yang indah untuk dipandang, bukan. Kalau orang lain yang melihat mereka berdua pasti beranggapan hubungan suami-istri yang harmonis.

Aretha meletakkan mukena yang dia gunakan dilemari. "Pak, Terima kasih untuk makanan dan obatnya, dan juga terima kasih telah mengizinkan Aretha."

"Hmm."

"Kalau gitu Aretha kembali ke kelas, pak. Permisi."

Baru beberapa langkah Aretha berjalan dari tempatnya, harus dia urungkan mendengar sebuah suara dari belakangnya. Aretha memutar kembali badannya menghadap kearah gurunya tersebut, terpancar raut bingung seakan-akan dia bertanya, "ada apa?"

"Tunggu sebentar, saya selesai kan ini dulu." Kevin mengutak-atik laptop didepannya.

Aretha ingin berbicara tetapi Kevin sudah lebih dahulu melanjutkan ucapannya. "Bunda mau saya yang mengantar kamu pulang, jadi tunggu sebentar."

Aretha cuman bisa mengangguk pasrah, kalau bunda Artika sudah dibawa-bawa dia tidak sanggup untuk menolak. Akhirnya Aretha cuman bisa menunggu Kevin yang asik dengan laptop nya tersebut.

Terlalu bosan menunggu tidak sabar dia tertidur kembali di sofa, mungkin juga di karena kan kepalanya yang masih pusing.

Kevin yang sama sekali tidak mendengar suara Aretha maupun pergerakannya. Membuat dia menatap ke sekeliling mencari Aretha. Ternyata gadis yang dia cari sedang tertidur puas di sofa.

'Pantas gak ada suara.' batin Kevin.

Kevin berjalan ke arah Aretha, ia membenarkan posisi tidur Aretha agar badannya tidak sakit serta menyelimutinya.

Archer |End|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang