Aretha terpana melihat bangunan yang berada didepannya, bagaimana tidak rumah ini sungguh besar walaupun tidak sebesar rumah keluarga Revan Dirgayuza, tetapi bila hanya ditinggalkan oleh dua orang saja bukannya terlalu besar.
"Ini kartu untuk semua yang ada dirumah, kamar saya tepat berada disamping kamarmu." Kevin mengasih sebuah kartu, lebih tepatnya kartu untuk setiap pintu dirumah ini yang dijadikan menjadi satu dalam kartu tersebut.
Kartu berwarna silver tersebut langsung dibuat oleh Kevin, dibikin khusus dan hanya ada tiga saja. Pertama dipegang oleh Kevin, kedua dipegang oleh orangtuanya dan yang terakhir dipegang oleh Aretha. Sedangkan untuk masalah pembantu ataupun penjaga itu diurus oleh orang lain.
Kevin masuk kesebuah ruangan yang tepat berada disamping kamar Aretha. Mereka memang sepakat untuk tidur berpisah.
Aretha membuka kamar tersebut, dia beberapa kali berdecak kagum melihat kamar baru nya. Bagaimana tidak kamarnya ini lebih besar daripada yang berada dirumahnya dulu bukan hanya itu, semua nya juga sesuai dengannya. Sederhana tapi elegan.
Dia berkeliling disekitar kamarnya, hingga pandangannya jatuh oleh beberapa pintu yang berada di kamar nya. Aretha membuka salah satu pintu tersebut, ternyata kamar mandi. Beralih ke salah satu pintu, saat dia membuka pintu itu betapa Aretha tercengang melihat isi yang berada diruangan tersebut.
Isinya berupa barang-barang mewah, kakinya melangkah ke salah satu lemari yang ternyata berisi perhiasan, sekali lagi dia menggeleng pelan tidak percaya dengan apa yang ada dihadapannya saat ini.
"Ini semua dari Bunda. Bunda menyiapkannya mulai dari kita akan melaksanakan pernikahan." Aretha tersentak kaget, langsung menghadap kearah sumber suara.
"Ini Bunda yang nyiapin?" Aretha berbicara tidak percaya, Kevin mengangguk saja.
"Serius?"
Kevin mengangkat salah satu alisnya heran. Kalau seorang perempuan dikasih barang-barang mewah bukannya senang, terus kenapa dengan muridnya ini, salah maksudnya istrinya ini. Begitulah yang ada dipikirkan Kevin.
"Bukannya senang dikasih barang mewah." Nada berbicara Kevin begitu datar, dia menduduki tubuhnya disalah satu sofa yang berada diruangan tersebut.
Aretha mengikuti Kevin duduk disofa. "Ya iya, tapi gak harus gini juga. Kalau masalah pakaian atau yang lain gak apa-apa, pak. Masa perhiasan juga, aku juga kan masih sekolah, pak"
"Kamu pikir keluarga kami gak mampu ngasih menantunya barang-barang mewah."
Tersadar siapa mertuanya, bagi mereka hanya hal kecil untuk sesuatu seperti ini. Bahkan kalaupun dia mau pesawat pribadi atau yang lainnya, itu mungkin saja bisa. Tetapi sayang Aretha tidak sama dengan beberapa perempuan lain, yang mungkin saja menyukai hal-hal yang seperti ini. Kehidupan mewah? Tidak ada di pikiran nya, mungkin pernah terlintas tetapi setelah dia memikirkannya kembali. Aretha lebih nyaman dengan memakai pakaian yang sederhana daripada yang 'wah' gitu.
Mertua sekaligus orangtua keduanya tersebut merupakan pengusaha sukses disetiap bidang industri pasti tertera nama mereka baik dalam negeri maupun diluar negeri.
Hanya satu yang membuat Aretha bangga dan ingin mengikuti jalan mereka yaitu selalu membantu mereka yang membutuhkan, tidak mengharapkan balasan. Menganggap semua orang memiliki derajat yang sama, tidak membeda-bedakan.
"Bukan gitu, maksudnya itu, gak harus gini amat, pak. Tetapi tetap Aretha harus berterima kasih." Aretha salah tingkah ketika mendengar ucapan dari Kevin, dia mengucapkan terima kasih dengan tulus.
"Terserah kamu," ucap Kevin beranjak pergi, dia mengucapkan sebuah kalimat yang membuat Aretha bingung. "Jangan panggil saya bapak, karna saya bukan bapak kamu kecuali disekolah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Archer |End|
RomanceAretha Olivia Khanza, adalah seorang gadis manis yang selalu ceria. Kehidupannya penuh dengan canda tawa. Namun,semua itu hanya ia jadikan tameng untuk menutupi masa lalunya yang kelam. Hidupnya baik-baik saja, sampai suatu hari ada orang asing yang...