40. mencari

701 47 6
                                    


Kevin menutup pintu mobil dengan tidak biasa. Dia melihat tempat ini hanya dikelilingi oleh jurang-jurang dan juga sangat jarang dilewati kendaraan.

Dia mengikuti jejak mobil, sampai pada sebuah pembatas jalan yang sudah hancur. Dengan pelan dia berjalan kearah jurang tersebut, hatinya berdetak kencang, otot dirahangnya mengejang.

Taksi? Taksi yang Aretha tumpangi mulai terbakar, pohon-pohon didekat taksi mulai terbakar.

"Aretha?" panggilnya pelan. "ARETHA!"

Saat kevin ingin berlari kearah mobil tersebut, dia langsung ditahan oleh teman-temannya yang baru sampai.

"Lepasin!" kevin memberontak, sedangkan badannya ditahan lebih kuat.

"Jangan kesana, kau bodoh atau gimana? Lihat mobil tersebut masih mau meledak." sentak temannya.

"Tapi Aretha.."

"Kalau kau kesana, terus ikut meledak bersama mobil itu. Kau mau berbuat apa? Masih bisa menyelamatkan Aretha? Diri sendiri aja kau susah." cetusnya. "Kau ini, kita tunggu.."

"Tunggu apa? Tunggu Aretha terbakar habis?" sentak kevin tidak senang, temannya menghela napas.

Duar!!

Bunyi ledakan terdengar diikuti benda-benda kecil dan abu yang tersisa berterbangan, membuat mereka terburu-buru berlindung.

Kevin tidak percaya apa yang baru saja dia lihat, badannya mati rasa, wajahnya menjadi kosong.

Dia berjalan dengan pelan saat kobaran api mulai dipadamkan oleh beberapa unit mobil pemadam. Untuk teman-temannya cerdas, sempat memanggil beberapa polisi dan pemadam kebakaran.

"Maaf, pak. Tolong menjauh dari sini." salah satu polisi menghadangnya.

Pupil matanya membesar, menatap tajam polisi didepannya. Kevin menyingkirkan tubuh didepannya dengan kuat hingga terlempar beberapa meter.

Saat polisi lain ingin memberhentikan, seseorang lebih dulu berbicara. "Biarkan saja!" perintahnya.

"Baik, pak aldo!"

Aldo mendekat kearah sahabatnya yang mulai mencari sesuatu. "Kevin, serahkan kepada kami saja."

Dia melirik sebentar sebelum memandang kembali kearah mobil yang hangus terbakar tersebut. Tanpa mempedulikan tangannya yang menyentuh bagian panas mobil, dia mencari seperti orang kesetanan.

Tapi setelah lama, lelaki itu belum juga melihat tubuh atau jasad istrinya maupun supir taksi.

Kemana Aretha maupun sopir taksi nya?

Sudut matanya berkerut, dia mulai memperhatikan dari atas jatuhnya taksi. Pandangannya fokus ke satu sisi, otaknya mulai berpikir.

'Bila Aretha memutuskan meloncat setelah menubruk pembatas jalan maka jatuhnya akan diantara...' Matanya mulai mengikuti jalan pikirannya, dengan seksama kevin memperhatikan, Aldo mengikuti kevin.

"Kevin, sini!" panggilnya saat menemukan sesuatu.

Kevin mendekat kearahnya. Aldo menunjuk sesuatu, bekas darah? Lelaki itu menunduk, mencium bau darahnya, Masih baru?

Dia dan Aldo mulai memandang satu sama lain, seakan-akan mengetahui Aldo memanggil beberapa polisi. "Mulai pencarian disekitar sini!" perintahnya.

Malam semakin gelap, pandangan mereka mulai terhalang. "Kita berhentikan dulu pencariannya, apalagi dibawah sana jurang tidak ada yang tau, jadi mulai subuh kita mencari lagi, sekarang istirahat sebentar."

"Kevin, pulang dulu. Mandi, istirahat sebentar besok kita lanjutkan kembali." Melihat kevin yang masih saja mencari, Aldo menghela nafas selalu saja begini.

Teman-teman di tentara mulai mendekat, salah satu dari mereka menepuk pundaknya. "Mari pulang dulu, kasih tau orang rumah." sarannya.

Dia mengangguk, berjalan kearah mobilnya. Tangannya memegang stir mobil dengan kuat, matanya dibanjiri air mata, menggigit bibir bawahnya menahan sesak didada nya.

Sudah beberapa kali dia tidak bisa melindungi istrinya sendiri. Sekarang haruskah dia kehilangan Aretha untuk selama nya? Tidak, dia tidak akan membiarkan hal tersebut terjadi.

Kevin memasuki rumahnya, kakinya terasa tidak sanggup untuk berjalan lebih dalam kembali.

"Lho sayang? Mana Aretha? Kenapa kamu pulang sendirian dan juga itu kenapa tuh baju kamu?" tanya wanita yang terbangun untuk mengambil minum.

Tanpa menjawab, Kevin langsung memeluk kuat wanita didepannya. "Hei, kamu...?"

Dia segera menghentikan ucapannya, saat tubuh Kevin bergetar sudah lama sekali dia tidak melihat anaknya seperti ini.

Sekitar beberapa jam kemudian Kevin melepaskan pelukannya, beralih jalan kearah kamarnya. Membuat sosok wanita tersebut kebingungan.

Kevin memasuki kamarnya, tangisnya tidak bisa ditahan. Kevin memegang kepalanya dengan kuat. Ingatan dia bersama dengan Aretha mulai berputaran seperti kaset.

Bagaimana mereka bertemu pertama kali? Bagaimana mereka dipersatukan? Bagaimana hari-hari mereka suka maupun duka?

Tidak. Dia tidak bisa terus begini.

Kevin membersihkan tubuhnya. Tanpa istirahat maupun makan, dia langsung pergi dengan mobilnya. Saat sampai disana sudah ada beberapa orang yang melakukan pencarian dan penyelidikan.

"Woy kevin, lo gak istirahat ya." tanya Aldo melihat sahabatnya yang sudah berganti pakaian.

"Senter." Pinta kevin tanpa menjawab. Setelahnya lelaki tersebut mulai melangkah kedalam hutan.

Beberapa kali tubuhnya terluka oleh tajam nya ranting tanpa memperdulikan rasa sakit dia terus membela hutan. Bagi nya hal ini belum seberapa dengan kemiliteran.

Senter yang dia pegang terus menyinari sekitar, matanya tidak pernah lengah. Suara hewan di hutan tak membuat lelaki tersebut takut, malah memberi kekuatan padanya.

Sinar matahari mulai memasuki dicela-cela daun dan pepohonan, keringat mulai bercucuran di badan nya. Tapi dia terus melangkah kedalam jurang.

Kevin melihat seperti kain diantara pepohonan. Dia melangkah mendekat, setelah memperhatikan dengan cermat itu tubuh seseorang.

Detak jantung kevin berdetak dengan cepat, napas nya memburu. Dia berpegangan pada salah satu pohon, mencoba menjangkau nya.

Setelah merasa aman, lelaki tersebut langsung mengembalikan badan seseorang tersebut.

Deg!

Jantungnya seakan-akan mau keluar dari tempatnya, sudut matanya sudah dipenuhi oleh air mata.

"Aretha, sayang." panggilnya lemah sambil menepuk pelan pipi Aretha. Tubuh yang berada di dekapannya penuh dengan luka yang sudah mulai mengering.

"ARETHA!"

Archer |End|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang