Waktu yang cepat berlalu atau dirinya yang tidak menyadari sangking merindukan apa yang ada di kota masa kecilnya.
Tidak terasa juga, bertepatan hari ini Aretha harus meninggalkan kota tersebut.
Dia akan selalu merindukan, orang-orang yang ramah, teman-temannya, masakan khas daerah yang ada, senyum sapa yang dipelihatkan mereka, kebersamaan, kekompakan yang terjadi walau dia hanya beberapa hari berada dikota sejuk nan indah ini.
"Jaga diri baik-baik disana, Ar." lisha memeluk Aretha sebentar. Sekarang mereka berada di bandara Fatmaw.ati Soekarno.
Aretha mengangguk. "pasti, Bun. Kenapa bunda gak ikut kami aja?"
"Nanti aku kesana, paling pas kuliah aja. Sekarang mau pokus ujian dulu." tolak lisha secara halus. "Jangan rindu ya, aku gak izinkan."
"Emang butuh izin, bun?" heran Aretha.
"Iya dong, nanti kalau kamu rindu. Aku gak bisa pokus ujian lagi." canda lisha.
"Udah sana, nanti ketinggalan pesawat." lanjut lisha.
"Iya, iya. Bye, bun" lambai aretha.
"Bye." balas lisha. "Jagain sahabat aku bang." pesan lisha kepada Kevin, yang dibalas deheman saja.
°°°
"Ar, mas pergi dulu ya. Ada kerjaan." pamit Kevin kepada istrinya saat sampai dirumah.
"Lho, kan baru sampai mas. Masa harus pergi lagi." rajuk aretha.
Kevin mendekatkan diri kepada Aretha. 'Lucu' itu kalimat yang selalu dirinya ucapkan dalam hati saat melihat sang istri merajuk.
"Harus gimana lagi? Aku kan ada kerjaan yang harus diselesaikan selama gak disini, sayang. Jadi, boleh ya?" bujuk kevin.
Aretha memalingkan pandangannya dari suaminya "ayolah, boleh ya. Nanti kamu mau apa pun itu, mas turuti."
"Bener ya?" kevin mengangguk. "Aretha mau pas mas pulang pakai baju tentara, pokoknya Aretha gak mau tau mas dapatnya gimana. Mau pinjam atau apa pun itu, Aretha gak peduli. Pokoknya mas pakai baju tentara." titah Aretha.
Jangankan pinjam dirinya memang mempunyai, lupa bahwa istrinya tidak mengetahui kalau dia salah satu dari anggota tentara.
Terkekeh pelan dan memeluk istrinya tersebut dengan penuh kasih sayang. "iya-iya nanti mas turuti, jadi boleh pergi nih?"
"Ya udah, mas boleh pergi. Eh satu lagi, saat pulang nanti bawa kan mangga muda ya mas. Soalnya aretha mau banget saat di pesawat tadi." sekarang terbalik, Aretha yang membujuk suaminya.
Kevin tertawa pelan, melihat tingkah Aretha. "iya nanti di belikan. Oh ya, para pembantu besok mereka datang. Nanti kalau ada apa-apa telpon aku atau gak Satria dan Yoga aja, oke." pesan kevin.
"Siap, kapten." Aretha mengangkat tangan sebelah kanannya hingga memperlihatkan sebuah hormat kepada kevin.
Sekali lagi dirinya tertawa melihat sikap Aretha, walau bagi orang tidak ada yang lucu tapi dimana kevin semuanya terbaik.
Kebahagiaan Aretha adalah prioritasnya, apapun akan dia lakukan. Walaupun begitu keutamaannya tetap negara.
"Mas pergi dulu ya." kevin menegakan tubuhnya.
Aretha menyalim tangan kevin yang dibalas ciuman di pipi dan puncak kepalanya.
"Hati-hati, mas."
Kevin mengangguk dan menjalankan mobilnya ke markas. Harusnya dirinya menghadap beberapa hari yang lalu, tapi karena pergi jadi baru bisa sekarang.
Pasti dirinya akan dikenakan hukuman, tapi tidak apa-apa. Dia juga pergi demi istrinya dan juga selama libur dirinya sering dipanggil jadi anggap aja membalas hari liburnya yang terpakai.
Setelah mengganti baju, Kevin segera menghadap. Tidak tau mengapa hatinya terasa gundah? Tidak enak, ada apa ini? Mencoba tetap berpikir positif, pasti tidak akan ada yang terjadi.
Bukan soal dirinya yang dipikirkan tapi soal Aretha yang berada dirumah, ingin menelphon Leon untuk mengawas dirumah tapi Leon dia suruh untuk menggantikan adiknya di perusahaan sedangkan penjaga dan pembantu dia libur kan sementara.
Kevin segera menyelesaikan tugasnya di ketentaraan setelahnya membelikan yang Aretha mau. Semoga saja istrinya itu baik-baik saja, sungguh diri ini sangat mencemaskan.
Sejak kevin pergi yang Aretha lakukan cuman tiduran disofa ruang tamu, ditemani oleh siaran tv dan berbagai macam cemilan tapi yang sehat karena kevin sangat mengetahui istrinya akhir-akhir ini banyak makan jadi dirinya sengaja menyediakan makanan maupun cemilan yang sehat-sehat.
Aretha segera berlari ketoilet saat perutnya ingin mengeluarkan sesuatu.
Merasa lega saat sudah dikeluarkan, bukannya sudah tapi dia malah banyak mengeluarkan makanan yang dia makan tadi.
"Huekk." Aretha terus mengeluarkan makanan dari mulutnya.
Setelah merasa baikan, suara bel terdengar.
"Iya bentar!" teriak Aretha, sadar bahwa dirinya sendirian dirumah besar ini jadi dia yang pergi melihat siapa tamunya.
"Siapa?" tanya Aretha sambil membuka pintu, tapi dirinya tidak melihat siapa-siapa?
Saat ingin menutup pintu, dia melihat kebawah kakinya seperti menendang sesuatu, ternyata ada kotak berwarna merah darah.
Aretha melirik ke kiri ke kanan tapi tetap tidak menemukan siapa-siapa. Mengambil kotak tersebut, melihat namanya tertera di kotak tersebut.
Aretha membawa kedalam, penasaran siapa yang kasih dan apa isinya? Sangking penasaran dia sampai lupa menutup pintu kembali.
Membuka dengan pelan kotak berwarna merah darah, sangat berhati-hati. Bisa saja bom kan.
Tangannya langsung gemetaran hingga menjatuhkan benda yang sudah berada ditangannya. Wajahnya memucat, air matanya mulai meneteskan air mata dengan sendirinya, kepalanya langsung terasa pusing. Potongan gambaran mulai terekam kembali seperti kaset-kaset yang rusak.
Rasanya badan ini tidak sanggup untuk melakukan apapun, dia diam membeku ditempat.
Siapa yang mengirim ini kepada dirinya? Siapa yang berbuat seperti ini? Cukup, cukup. Jangan tambah menganggu hidupnya, dia mohon. Cukup, cukup sampai disini saja.
Cukup rasa bersalah selama ini yang terus menghantui dirinya.
Dia tidak bergerak sama sekali, melihat isi dari kotak berwarna merah darah tersebut. Isinya sebuah miniatur jalan raya terdapat satu mobil berwarna hitam yang sudah berubah berwarna merah darah dan juga sebuah boneka laki-laki yang tergeletak tidak jauh dari mobil tersebut penuh dengan cairan seperti darah. Salah. Tapi itu memang benar cairan darah manusia.
"Lo senang hadiah dari gue, calon adek ipar."
Suara penuh dengan kebencian dan amarah, terdengar sangat dekat.
Dia mengarahkan pandangannya kearah suara, terkejut melihat sosok perempuan memandang dirinya dengan sorot mata penuh dendam. Ditambah dia mengenal sosok tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Archer |End|
RomantikAretha Olivia Khanza, adalah seorang gadis manis yang selalu ceria. Kehidupannya penuh dengan canda tawa. Namun,semua itu hanya ia jadikan tameng untuk menutupi masa lalunya yang kelam. Hidupnya baik-baik saja, sampai suatu hari ada orang asing yang...