● awal ●

119K 8.9K 629
                                    


Siswa berseragam SMP itu menjadi perhatian para penumpang bus. Meski dia sudah memakai topi SMP, tetapi luka-luka di wajahnya jelas masih terlihat. Seragamnya kotor. Dia juga tidak sedang memakai kaus untuk membuka seragamnya yang terdapat bercak cokelat di mana-mana.

Setelah turun di halte, dia lanjut berjalan tak tentu arah sampai menemukan sebuah taman. Terus menunduk menyembunyikan wajahnya adalah hal utama yang dia lakukan sejak tadi. Wajah penuh luka, siku berdarah, lutut tergores, dan kulit yang lebam. Dia tak mungkin pulang ke rumah dalam kondisi seperti ini setelah kabur dari papanya yang tadi menghukumnya karena bolos sekolah. Kalau papanya tahu dia dikejar dan dihajar habis-habisan oleh preman-preman, hukumannya akan dua kali lipat lebih berat dari biasanya. Dia sudah lelah dengan semua hukuman-hukuman itu.

"Lihat, tuh. Habis berantem, tuh. Masih SMP aja udah berantem. Gimana gedenya." Seorang wanita paruh baya berumur sekitar 40-an jelas sedang menyindir Malvin. Ibu itu segera menarik anak laki-lakinya menjauh dari sana.

Malvin melirik ibu itu dengan tatapan lelah. Semua emosinya yang terpendam sudah di puncak. Sudah sejak pagi tadi dia menahannya.

Tak jauh darinya, ada wanita paruh baya lain yang sedang memperhatikan Malvin tanpa dia sadari. Dia duduk di bangku taman bersama anak perempuannya. Wanita itu menunjuk Malvin dan bergumam, "Lihat. Kayaknya dia luka-luka."

Anak perempuannya menoleh. "Siapa?"

"Tuh." Wanita itu menunjuk Malvin dengan dagunya. Dia berdiri menarik tangan anaknya dengan lembut. "Ayo."

"Ke mana, Ma?" Anak perempuan itu ikut berdiri dan menggandeng lengan mamanya. "Ambil obat."

Anak perempuan itu berjalan bersama mamanya dan menoleh ke belakang untuk melihat siswa SMP yang masih tak bergeming di bangku itu. Dia dan mamanya segera ke mobil untuk mengambil kotak obat.

Setelah kotak itu ada di tangan wanita tersebut, seorang lelaki paruh baya tiba-tiba datang tergesa. "Kakek kritis! Kita ke rumah sakit sekarang," kata lelaki paruh baya itu sebelum masuk ke mobil.

"Aku mau pergi sebentar," sahut si wanita.

"Biar aku aja yang kasih, Ma." Anak perempuan itu mengambil kotak obat di tangan mamanya. "Aku jago lari!"

"Oke," balas mamanya cepat. Perasaannya tidak tenang setelah mendengar kabar buruk. Anak perempuan itu berlari menuju bangku yang tadi ditempati oleh si siswa SMP.

Anak perempuan itu berhenti di depan siswa SMP itu yang masih menunduk. "Hai! Kamu luka—"

"Pergi lo. Sialan."

Malvin mulai merasa ketenangannya terganggu. Bahkan saat ucapan itu terucap, dia sudah tak peduli apa pun. Sedangkan si anak perempuan termenung sesaat. Anak perempuan itu menaruh kotak obat di samping Malvin dengan takut-takut.

"Kata Mama, kamu luka-luka. Harus diobati cepet biar nggak infeksi."

Malvin terdiam. Dia mengangkat sedikit kepalanya dan melihat wajah panik anak perempuan itu. Malvin kembali menunduk dan menghela napas. Tanpa sadar, tadi dia berkata kasar.

"Thanks." Malvin bergumam.

"Sama-sama," jawab anak perempuan itu dengan suara pelan.

"RIRI!"

Suara teriakan dari jauh menarik anak perempuan itu untuk pergi tanpa mengucapkan apa pun lagi. Malvin terdiam cukup lama sampai akhirnya dia mengangkat wajahnya dan melihat anak perempuan itu berlari menuju seorang wanita paruh baya. Dua orang itu terlihat berbincang, lalu anak perempuan itu menoleh kepada Malvin.

Anak perempuan itu menatap ke depan. Berjalan pergi.

Kemudian tak terlihat lagi.

***

NOTE:

Waktu itu aku kasih tahu judulnya kan yang awalnya Game Over: With Mr., sekarang judulnya yang fix; Game Over: Bull's Eye

Game over: bull's eye adalah game over 2. Sementara game over 1 judulnya falling in love ❤️ silakan lihat penjelasan di perihal/tentang profil akun ini.

Sampai ketemu di part selanjutnya~

thanks for reading!

love,

sirhayani


Game Over: Bull's EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang