PART 24: CURHAT

20.7K 3.6K 1K
                                    

Mereka saling memandang dan keheningan tercipta selama beberapa saat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka saling memandang dan keheningan tercipta selama beberapa saat. Bibir Riri bergerak pelan, lalu mengucap kata-kata secara terbata. "I... ya. Dan dari mana .. dari mana lo tahu nama gue?"

Tatapan mata Gafi berpaling ke lain arah. Dia menunduk sebentar dan tersenyum saat itu juga. Tak berapa lama dia berdiri sambil menyandarkan gitarnya di pohon.

Gafi ikut bersandar di pohon. "Bukannya lo yang jadi Tuan Putri di teater? Kita bakalan satu panggung. Salam kenal. Gue Gafi."

Riri sampai mengembuskan napas lega. Semalam dia hampir gila menghubungkan kejadian yang dialaminya dengan permainan Game Over.

"Salam ... kenal," kata Riri ragu-ragu. "Kenapa kalian nggak latihan? Kak Javas dan Kak Ella bilang kalau latihan kalian terpisah. Kalau kayak gitu bisa-bisa pentasnya hancur."

"Kalian? Siapa?"

"Lo bareng empat lagi yang perannya ... ehm ...jadi pangeran," balas Riri kikuk. Tiba-tiba, empat cowok berpakaian pangeran-pangeran muncul di bayangannya.

"Oh. Surprise? Kata ... Javas, sih." Gafi mengangkat bahunya. Dia duduk di tempatnya semula. Dagunya mengarah ke rumput di samping Riri. "Duduk."

Seperti terhipnotis, Riri segera melakukan seruan itu. Dia duduk bersila sembari memangku naskahnya. Riri tak mengelak bahwa beberapa kali dia memperhatikan setiap pahatan wajah cowok itu.

Ternyata kegantengannya nggak sampai buat gue deg-degan, ya, batin Riri. Sumpah, tapi dia ganteng banget.

Gafi menoleh kepadanya. Riri menunduk salah tingkah. Untung saja Gafi tak menangkap basah dirinya.

"Gue nggak bisa akting. Lo bisa ngajarin gue? Sepertinya lo lebih berpengalaman."

Riri terkejut. "Berpengalaman apanya?"

Gafi menyerong sehingga saat ini mereka saling berhadapan. "Kita bisa ketemu tiap hari di sini sambil latihan. Lo juga pasti kesulitan karena harus latihan sendirian. Jadi, belajar bareng, mau?"

Riri tak akan menolak. Itu adalah kesepakatan yang menguntungkan baginya. Dia akan memanfaatkan waktu istirahat yang diberikan Ella untuk ke taman ini dan latihan bersama Gafi secara diam-diam.

"Mau," balas Riri sambil mengangguk setuju.

"Itu apa?" Gafi menaikkan alis. "Yang di tangan lo?"

Riri melirik naskah di tangannya. "Oh, ini naskahnya."

"Ah, gue dan yang lain belum ada. Katanya nanti H-1."

"Apa?" Riri menatap Gafi tak percaya.

"Boleh gue lihat?" Gafi mengulurkan tangannya sehingga Riri mau tak mau memberikan naskah itu. Beberapa saat setelah membaca sebuah bagian di naskah itu dia tersenyum kecil. "Mau coba latihan bagian ini bareng gue?"

Game Over: Bull's EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang