PART 13: MENGUTARAKAN PERASAAN

28.5K 3.9K 353
                                    


by sirhayani

part of zhkansas

...

Riri merasa ada dalam situasi yang tak seharusnya. Tatapan mata Rubiana seperti tatapan kecewa seorang kekasih.

"Nggak jadi. Jadinya, bareng dia." Vernon menunjuk Riri dengan dagunya.

"Siapa...?" tanya Rubiana sambil menatap Riri. Riri mencoba untuk tersenyum. Dia jadi bingung harus mengatakan apa. Apakah mungkin harus menceritakan yang sebenarnya?

"Namanya Riri. Adik kelas yang gue ajakin masuk KIR minggu lalu."

Senyuman Riri menghilang setelah mendengar jawaban itu. Kenapa justru KIR (Karya Ilmiah Remaja) yang Vernon katakan?

"Oh...." Ruby mengangguk singkat kepada Riri dengan senyuman kikuk. Riri membalas sama canggungnya. Tatapan Ruby beralih kepada Vernon. "Mau pulang bareng nggak?"

"Kayaknya enggak." Vernon memandang Riri singkat. "Gue udah janji mau nganterin Riri pulang."

Tatapan kecewa terpancar dari mata Ruby. Riri tak berkutik. Riri baru akan protes, tetapi melihat bagaimana dua orang di dekatnya berinteraksi membuatnya kembali bungkam.

"Gue duluan," kata Vernon sambil mengusap pelan rambut Ruby. "Mau nyari buku dulu, kan? Lanjut di chat. Oke?"

Ruby tersenyum cerah. "Oke."

Tatapan Ruby mengarah kepada Riri. Ruby kembali tersenyum kaku. Riri membalasnya sama. Setelah Ruby pergi, Riri mengembuskan napas karena merasa lega berhasil keluar dari situasi yang tak pernah dia lalui sebelumnya.

Riri mengikuti langkah Vernon saat cowok itu tiba-tiba berjalan tanpa bicara. Riri tetap berdiri di belakang Vernon saat mereka berada di antrian kasir.

"Lo nggak tanya dia siapa gue?" tanya Vernon dengan tatapan yang fokus ke depan.

Riri menatap punggung Vernon yang masih membelakanginya. Dia tidak pernah berpikir untuk menanyakan hal-hal yang tidak penting, seperti pertanyaan yang baru saja Vernon katakan.

"Pacar, mungkin?" tebak Riri asal.

"Bukan," balas Vernon cepat.

Jawaban Vernon membuat Riri menaikkan alis. Dia salah menebak? Mereka terlihat seperti sepasang kekasih. Atau mungkin adik kakak? Dari interaksi yang Riri lihat, Vernon dan Ruby terlihat seperti pasangan. Makanya tadi dia sangat canggung di antara mereka setelah menyadari itu.

Riri memilih diam. Tak perlu mengonfirmasi hubungan mereka, kan?

Setelah selesai membayar satu buku yang Vernon beli sebagai bukti, Riri berjanji dalam hati untuk menggantinya. Riri mengambil buku itu cepat.

"Gue pulang sendiri, ya," katanya saat berbalik.

"Gue udah janji nganterin lo, kan," kata Vernon cepat.

"Nggak usah. Nggak apa, kok." Riri berhenti dan menoleh. "Makasih walaupun gue agak heran. Kenapa lo bisa tahu nama panggilan gue?"

Vernon hanya diam membisu di tempatnya.

"Kalau gitu, makasih sekali lagi. Nanti gue ganti bukunya," kata Riri dan mempercepat langkah sebelum Vernon berhasil mengejarnya.

Namun, saat sudah keluar dari toko buku, Vernon masih mengejarnya. Riri berbalik dan memandang Vernon dengan gelisah. Cewek itu menggenggam erat tali tasnya takut. "Lo kenapa?"

Vernon menatap ke lain arah. Wajahnya menggambarkan sedikit kekhawatiran. "Kalau gitu, lo mau nggak bagi kontak lo yang bisa dihubungi? Setidaknya gue punya sesuatu dari lo yang bisa bantu gue untuk keluar dari situasi ini."

Riri mengernyit. "Maksud lo?"

"Bisa ngasih ... atau nggak?" tanya Vernon lambat.

"Gue ... ma .. sih ngerasa aneh." Riri terbata. "Dan lagi, gue nggak punya nomor. Gue nggak punya media sosial."

Vernon menaikkan alis. "Bener nggak bener, kalau gitu, tetep mau ketemu gue kalau gue ajakin mau, kan?"

"Alasannya bukan karena pengin ngajakin gue masuk olimpiade, kan?" tanya Riri. Riri sudah merasa sangat tidak nyaman sejak awal Vernon datang tiba-tiba menawarkannya untuk masuk olimpiade hanya dengan alasan terlihat pintar. Ditambah saat Vernon menyebut KIR di depan Ruby, bukan olimpiade. "Terus alasannya apa?"

Vernon menatap tepat ke mata Riri. "Gue suka sama lo."

*


 

Game Over: Bull's EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang