PART 31: YANG SEBENARNYA TERJADI

22.7K 3.7K 914
                                    


by sirhayani

part of zhkansas

...

Riri terus menggeleng-geleng berusaha melupakan kejadian beberapa saat lalu. Pemaksaan Orlando dan kedatangan Malvin. Kenapa akhir-akhir ini terasa berat? Kehadiran cowok-cowok itu benar-benar membuat hidupnya lebih banyak masalah.

Riri menyandarkan kepalanya di tiang halte, lalu tatapannya tak sengaja melihat ke beberapa senior cewek yang berjalan menuju halte. Wajah Riri langsung kaku. Tiga senior itu terus berjalan hingga berhenti di dekat Riri.

Padahal Riri sangat berharap Shinta dan kedua temannya itu tidak ke halte itu.

"Ada, ya, cewek yang nggak puas sama satu. Sekarang pacar sepupunya juga diembat," sindir Shinta, membuat mata Riri berkaca-kaca.

"Siapa?" tanya salah satu teman Shinta.

"Ada, deh. Cewek yang kegenitan banget," balas Shinta dengan suara pelan. Dia diam-diam melirik Riri yang sedang menunduk.

"Ih, nggak banget cewek kayak gitu. Perusak hubungan banget," kata temannya yang lain. Sebuah mobil merah berhenti di depan halte. Shinta dan kedua temannya naik ke sana.

Riri mengangkat wajahnya perlahan dan tepat saat mobil ditutup, Shinta memandangnya dengan tatapan sinis dari dalam mobil itu.

Riri terang-terangan menangis. Rasanya tak kuat lagi dan membiarkan Shinta melihatnya yang semakin kalah. Riri menunduk lagi berusaha menyembunyikan air matanya dari orang-orang.

Suara motor yang berhenti di depannya dia pikir adalah ojek yang dia pesan. Dia salah. Malvin yang baru saja turun dari motor dan membuka helm. Cowok itu mengambil helm lain dan membawanya di depan Riri. Riri hanya diam saat Malvin duduk di sampingnya,

Malvin memakaikan helm di kepala Riri. "Maaf, kegedean," kata Malvin.

Riri tak peduli lagi bagaimana jantungnya sekarang. Dia hanya terus memandang wajah Malvin dengan air mata yang terus mengalir keluar.

"Tadi gue udah bayar ojek lo. Terus gue suruh pulang," kata Malvin. Riri langsung mengecek ponselnya. "Mau gue anter nggak?"

Riri refleks memegang kepala. Helm kebesaran sudah terpasang di sana sejak tadi. Sementara Malvin sudah berjalan lebih dulu dan naik ke motornya. Dia memakai helm, lalu memandang Riri yang masih tak bersuara sejak tadi. Riri menghampiri Malvin dan naik ke motornya dengan ragu.

"Jangan bikin deg-degan," ucap Riri pelan di belakang Malvin yang sedang kebingungan.

Malvin memperbaiki spion hanya untuk melihat wajah Riri di sana. "Maksudnya jangan ngebut?"

"I... iya. Maksud gue gitu."

Malvin tersenyum.

Senyum itu lagi. "Anter ke rumah sakit, ya?"

"Siapa yang sakit?"

"Om."

Riri tak tahu kenapa. Kenapa dia terlalu menurut?

***

Erfan duduk diam di atas motornya sejak tadi memperhatikan Malvin dan Riri. Dia langsung membuang muka sambil tertawa kecil setelah melihat kepergian dua orang itu. Padahal dia sudah berniat untuk mengantar Riri pulang dan mengambil kesempatan untuk mengambil hati cewek itu.

"Ah, bikin badmood aja," gumamnya, lalu segera mengendarai motornya menuju sekolah lain untuk menjemput seseorang.

Tiba di depan sekolah itu, dia langsung menemukan orang yang dia cari. Senyumnya mengembang sempurna dan dia melambaikan tangan.

Game Over: Bull's EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang