PART 17: DIA DATANG

24.4K 3.9K 634
                                    


by sirhayani

part of zhkansas

...

Satu tahun yang lalu, kakak kandung Aneta yang satu tahun lebih tua darinya pernah berpacaran dengan Erfan. Kakaknya bodoh. Dia tahu dimanfaatkan dan tahu Erfan selingkuh, tetapi dia selalu memaafkan Erfan dan menganggap Erfan pasti tidak akan mengulang kesalahan yang sama. Aneta tidak tahu apa yang ada di otak kakaknya itu. Apa pun yang Erfan minta pasti selalu dia berikan.

Kakaknya selalu meminta sejumlah uang kepada kedua orangtua mereka dan berbohong untuk membeli buku dan sejumlah peralatan sekolah. Uang itu tidak terhitung sedikit, tetapi apa pun yang menyangkut sekolah orangtua mereka pasti akan berikan. Kakaknya pernah marah kepadanya karena Aneta mengadu apa yang terjadi sebenarnya. Mereka bertengkar hebat. Rumah itu dipenuhi teriakan. Kakaknya ditampar berkali-kali oleh Papa dan jujur saat itu Aneta takut. Entah dia mengambil langkah yang tepat atau justru sebaliknya.

Sehari setelah pertengkaran, kakaknya kabur dari rumah. Selama berhari-hari dia tidak pulang dan sampai sekarang Aneta tidak tahu di mana dia menumpang saat itu. Papa berusaha keras membujuk kakak Aneta untuk kembali dari rumah dan papa meminta maaf, bukannya kakak Aneta yang mengucapkan kata maaf itu.

Aneta sangat marah kepada Erfan. Kakak Aneta tidak pernah memberontak sebelum mengenal Erfan.

Lalu, saat Erfan yang memutuskan kakak Aneta dan tidak ingin menemui kakak Aneta lagi, kakak Aneta frustrasi. Dia tidak masuk sekolah selama beberapa hari. Yang dia lakukan hanya menangis di kamar, lalu drama berikutnya dia pindah dari STARA dengan alasan tidak ingin melihat Erfan yang bisa membangkitkan luka di hatinya.

Bodoh. Kakaknya benar-benar bodoh dan Aneta tidak mengerti apa yang Erfan lakukan hingga membuat kakaknya seperti itu.

Sementara cowok itu tanpa merasa bersalah kembali berpetualang dengan calon-calon mangsanya.

Aneta menghentikan langkah saat hampir menuruni tangga. Dia berbalik dan memaki dirinya dalam hati karena sadar telah meninggalkan Riri begitu saja. Tadi dia langsung pergi karena muak melihat Erfan secara langsung. Hanya melihat Erfan saja tangannya sangat gatal untuk melayangkan benda keras di wajah cowok itu.

Aneta berlari menuju kelasnya dan terkejut dengan banyaknya siswi yang berkumpul di koridor. Dua senior cowok berdiri di depan pintu kelas seperti penjaga. Dia berhenti di depan dua orang itu saat satu dari mereka merentangkan tangan.

"Nggak boleh masuk." Rana, cowok itu menatap Aneta sambil merentangkan tangan. Arvi di sampingnya mengangguk-angguk.

"Itu kelas gue." Aneta membelalak menyadari sesuatu. "Temen lo mana?"

"Siapa? Erfan? Oh, lagi mau ngapa-ngapain temen kelas lo, tuh," balas Rana sambil mendorong bahu Aneta yang hampir menerobos untuk membuka pintu.

"Kak, Kak! Emang Kak Erfan ada apa-apa, ya, sama Riri?" tanya salah satu siswi kelas X IPA 5.

"Enggak, kok. Enggak." Rana menendang kaki Arvi. "Ya nggak, Vi?"

Arvi mengangguk. "Jadi, tuh, jelasin, Ran."

"Pokoknya si Riri Riri itu ada masalah sama Erfan waktu itu. Jadi, Erfan cuma pengin buat perhitungan doang," balas Rana.

Siswi-siswi itu mulai mengatakan berbagai opini mereka. Aneta menatap mereka dengan dingin.

"Ya, kan. Nggak mungkin Riri yang target. Yang bener tuh di kelas X IPA 6."

"Ih, pasti Riri sengaja cari perhatian, tuh, sama Kak Erfan. Nggak banget, kan?"

Game Over: Bull's EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang