by sirhayani
part of zhkansas
.
"Aku pertama kali melihat itu dan sadar bahwa setiap manusia punya sisi baiknya sendiri."
***
Riri memandang cowok itu dengan bingung. Dari mana cowok itu tahu namanya? Itu yang terlintas di benak Riri sekarang. Tak mungkin cowok itu tahu dari nametag di kemeja sekolahnya karena hanya ada Mega Elinel yang tertulis di sana.
Lalu pandangan Riri tertuju ke tangannya di mana cowok itu memegangnya di sana.
"Lepas," kata Riri pelan sambil menyentakkan tangannya. Cowok itu melepaskannya cepat. Riri menatap cowok itu waswas. Dia sedang dalam situasi yang rumit. Cowok-cowok asing itu mengelilinginya. Riri mundur dan mengambil langkah cepat untuk kabur dari sana.
***
Malvin menaikkan satu alisnya bingung menyadari bagaimana Riri memandangnya tadi. Apa Riri tak mengenalnya sama sekali?
Malvin pikir mungkin memang pantas. Itu sudah dua tahun yang lalu. Saat itu pun Malvin lebih banyak menunduk. Lagipula, jika Riri tahu mereka pernah bertemu sebelumnya, apa yang Malvin harapkan dari fakta itu?
Malvin mengikuti permainan ini karena menurutnya seru. Lebih seru lagi kalau menang di dua permainan sekaligus.
Jika dia berhasil mendapatkan hati Riri, maka itu hanya bonus, pikirnya.
"Gara-gara lo sialan!" seru Erfan tak terima sembari memandang kepergian Riri yang sebentar lagi menghilang di belokan koridor.
Malvin menatap Erfan. "Lo udah tahu targetnya siapa, kan?"
"Gue nggak peduli," balas Erfan kesal. Dia kemudian menyipitkan mata karena sadar sesuatu. "Maksud lo bahas soal target?"
"Tuh. Cewek yang tadi itu target," balas Malvin sambil melangkah pergi.
Erfan tertawa mengejek. "Oh? Lo lagi cari perhatiannya, ya?"
"Enggak juga, sih." Malvin menatap awan. "Mendung, ya?" gumam Malvin kemudian melanjutkan langkahnya.
Rana memandang Malvin sambil tertawa. "Dia anak aneh yang suka bikin ulah itu, ya? Pantesan ngomongnya aja nggak nyambung."
Erfan tak membalas. Dia hanya menatap Malvin yang semakin menjauh. Erfan kemudian mengajak dua temannya untuk segera pergi sebelum ketahuan oleh guru karena berkeliaran di jam pelajaran.
***
Riri berdiri di halte karena tempat duduknya sedang penuh. Dia bicara sangat pelan karena Arandra meneleponnya.
"Lo di mana? Gue jemput, nih. Bentar lagi gue keluar sekolah," kata Arandra. Riri jelas ingin menolak mengingat dengan siapa Arandra sekarang. Sudah beberapa kali Riri menjadi menumpang di mobil pacar Arandra saat dia masa SMP. Namun, bagaimana pun dia bersikeras menolak, Arandra pasti akan memaksa untuk menjemput.
"Ah, nggak usah. Gue mau ke toko buku dulu soalnya," balas Riri pelan.
"Nak rajin banget, sih. Ya udah. Ini nanti gue jemput lo di toko buku. Mal nggak? Soalnya gue mau jalan dulu. Kasih tahu di mana, ya, lewat WA. Bye."
"Iya, gitu aja," balas Riri sambil menjauhkan ponsel karena Arandra langsung mengakhiri panggilan.
Riri memandang sekelilingnya dan tatapannya berhenti kepada wanita tua renta yang berdiri di pinggir trotoar sedang ingin menyeberangi jalanan. Riri memalingkan wajah. Dia ingin bergerak membantu, tetapi di sisi lain dia berusaha untuk tidak peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Game Over: Bull's Eye
Teen Fiction[2] TERBIT 📖 - Game Over adalah nama lain dari taruhan. Game Over sedang berlangsung, tetapi tidak ada yang tahu tentang Game Over bayangan. Riri dihadapkan oleh sesuatu yang tidak biasa, yang tidak disadarinya. Tentang permainan aneh bernama Gam...