PART 10: BIMBANG

27.6K 3.8K 348
                                    


by sirhayani

part of zhkansas

...

Riri tetap diam.

Malvin semakin tak bisa menahan senyum melihat raut wajah itu. Riri memandangnya dengan tatapan bingung.

"Nama lo Mega, ya?" tanya Malvin, pura-pura tak tahu.

"Ri...." Riri langsung merapatkan bibir. Dia menutup bukunya keras, lalu pergi dari Ruang Terbuka tanpa kata. Suara pintu yang ditutup sedikit terdengar keras.

Malvin menaikkan alisnya dan tersenyum lebar. "Beneran lebih menarik?"

"Itu kenapa suara Riri nggak kedengeran, dah?" tanya Nata tepat saat Malvin menempelkan ponsel ke telinganya. Malvin kembali menuju pohon dan naik ke atas sana.

"Suaranya aja kecil. Ditambah lo budek. Nah."

"Ngejek lo, ya?"

"Kenapa Riri bisa jadi target?"

"Kan gue udah bilang, Erlang yang ajuin."

Malvin mengernyit. Dia menyandarkan punggungnya di dahan sembari menatap daun-daun, lalu teringat saat dia pertama kali ke markas dua tahun lalu. "Oh.... Gitu ceritanya."

***

Vernon senang dan selalu mengambil posisi duduk paling belakang di kelas dan dia selalu mendapatkan peringkat kelas bahkan peringkat satu seangkatan. Jika biasanya Vernon mendengarkan segala ucapan guru dengan baik, maka sekarang tidak. Pesan-pesan dari Nata mengganggunya sejak tadi.

Nata

Lo masuk GR, lo siap nerima apa pun risikonya.

Harusnya sejak lo mikir Game Over nggak sehat, ngapain lo tetep di Geng Rahasia? Lo bahkan udah mikir Tigris bangsat.

Dan lagi ngapain lo malah pacaran? Bagaimana pun lo sembunyiin, Tigris bakalan tahu

Sejak Tigris tahu Ruby itu pinter dan kalian sama-sama masuk peringkat umum seangkatan, Tigris ngincer Ruby woi. Mati lo.

Ma'am tuh cinta

Nih, foto yang tigris dapat gatau dari mana. kayaknya anak-anak diem-diem moto dia

Vernon berdecak. Sebuah foto Nata kirim di percakapan itu. Foto beberapa cewek yang duduk di bangku koridor. Salah satu cewek itu Vernon perhatikan lama. Cewek yang rambutnya melewati bahu, memakai kacamata, dan poni belah tengah yang tipis. Dia adalah Ruby, seorang siswi yang dipacarinya sejak kelas X.

Sudah pasti tujuan orang yang mengambil gambar tersebut adalah karena ingin mengambil foto Ruby untuk Tigris.

Tigris

Progres lo nggak kelihatan.

Maaf.

Vernon mengepalkan tangannya kesal saat dibacanya pesan Tigris kembali.

Tigris

Parah lo ngambil foto orang sembarangan.

Ini masih minggu kedua.

Nggak usah panik gue nggak ikut.

Kalau lo nggak menang, cewek lo bakalan jadi target selanjutnya ikhlas, kan?

Ini cuma permainan.

Bentar

Bukannya syaratnya cewek yang belum pernah pacaran?

Lo lupa? Pengecualian untuk satu target istimewa.

Istimewa?

Ruby istimewa, kan? Dia pacar dari salah satu anggota geng rahasia.

Ck. 

Vernon menutup ruang percakapannya dengan Tigris.

Dia ingat kejadian bodoh yang dilakukannya hari itu. Dia berakhir di mal setelah berhasil mendapatkan keputusan yang dia pikirkan selama berjam-jam di sekolah. Dia terpaksa mengikuti Riri seperti seorang stalker andal. Setidaknya, dia terlihat menjalankan permainan dibanding diam saja dan membuat Tigris mengambil keputusan yang sangat tidak diinginkan olehnya.

Nyatanya, usahanya tetap membuat Tigris berpikir bahwa progresnya tak terlihat.

Vernon waktu itu terpaksa berakhir di mal melakukan hal bodoh. Pura-pura melihat judul-judul novel pada rak fiksi remaja yang tak dia minati sama sekali. Riri sedang asyik membaca. Sementara Vernon terus memutar otak bagaimana dia bisa memulai pendekatan secara halus.

Dia gagal.

Dia memang tak pernah berhasil melewati perkenalan pertama yang mulus dengan lawan jenis.

Vernon menatap teman sebangkunya dan membisikkan sesuatu saat guru membelakangi para murid. Setelah itu, teman sebangkunya pergi menghampiri Ruby. Ruby yang duduknya paling depan segera menoleh ke belakang. Ruby mengambil alat-alat tulisnya dan bertukar tempat dengan siswa itu. Dia sedikit kebingungan saat berjalan menuju Vernon.

Setibanya di bangku samping Vernon, dia berbisik, "Katanya ada yang penting?"

Vernon menarik tangan Ruby dan menggenggamnya di bawah meja. Pipi Ruby memerah dan terlihat salah tingkah.

"Cuma pengin gini, sih," kata Vernon, lalu menatap guru yang sedang bicara.

Namun, pikirannya tidak fokus pada apa yang diucapkan guru.

Melainkan, berpikir, bagaimana cara untuk memutuskan Ruby secepat mungkin?

***


NOTE:

SATU KATA BUAT VERNON=


 

Game Over: Bull's EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang