PART 7: PESAWAT KERTAS

31.4K 4.3K 393
                                    


by sirhayani

part of zhkansas

.

"Bukan pertemuan pertama. Bukan...."

...

Riri ingat, cowok itu adalah cowok yang sama bertabrakan dengannya di hari pertama sekolah.

"Hai, Ri" sapa Orlando sambil tersenyum ketika Arandra memperhatikan mereka. "Lo kelas berapa?"

Riri ingin pura-pura tak mendengarnya.

"Ditanya, tuh, Ri," kata Andra.

"Um.... Sepuluh IPA 5," balas Riri pelan. Setelah itu, Riri menanggapi perkataan Andra dan Orlando hanya lewat ekspresi. Sepanjang perjalanan Riri hanya diam. Dia duduk tak nyaman karena sadar Orlando beberapa kali menatapnya lewat cermin.

"Kalian beda setahun, ya." Orlando menatap Arandra sesekali. "Shinta, lo, Riri."

"Ah, bukaaan, ih." Andra meralat. "Riri bukan adik kandung aku, tapi sepupu. Bokap Riri dan bokap aku saudaraan. Orangtua Riri udah meninggal. Jadi, tinggal di rumah. Udah aku anggap kayak adik kandung sendiri."

"Oh...." Orlando menatap Riri sebentar lewat spion dalam mobil. "Gitu."

Riri meremas sisi rok sekolahnya sambil menatap keluar jendela.

"Terus," Andra menyengir, "aku jahat banget kayaknya suka nyuruh-nyuruh Riri, tapi gimana, ya, suka refleks aja gitu. Kamu punya adik nggak? Pasti suka nyuruh-nyuruh adik kamu juga, yaaa."

"Punya, tapi daripada suka nyuruh-nyuruh dia, dia yang suka minta bantuan gue." Orlando tersenyum penuh arti. "Tapi gue nggak bakalan nurutin kemauannya kalau kemauannya itu nggak nguntungin gue."

"Kebalik, dong. Biasanya kan kakak yang suka nyuruh-nyuruh adik." Andra menyerong sepenuhnya ke Orlando. "Tapi cara kamu hebat. Kalau nurutin kemauannya, tapi nggak nguntungin kamu ya sia-sia, dong?"

Orlando tersenyum singkat. Dia menatap spion dalam beberapa detik, menatap Riri yang sibuk dengan jendela. Riri masih bisa merasakan tatapan menelisik itu.

"Riri sendiri, udah punya pacar?" tanya Orlando.

Riri diam memainkan kukunya. Sungguh, dia ingin turun di tepi jalan sekarang juga.

"Riri deket sama cowok aja enggak pernah." Andra menoleh kepada Riri. "Gimana bisa punya cowok? Hidupnya lebih banyak di kamar. Terus, orangnya bodo amatan. Sama penampilan lah, sama sekeliling lah, bahkan sama cowok pun. Terus lebih banyak diem. Aku aja suka penat lihat dia di kamar mulu. Berapa kali aku bilang keluar kek ngehirup udara seger beberapa detik, dia tetep main di kamar bareng tikus-tikusnya yang menjijikkan itu."

"Andra." Riri ingin protes untuk segera mengakhiri pembicaraan tentang dirinya.

"Jadi, lo punya peliharaan tikus?" tanya Orlando.

Riri melihat senyum Orlando di spion yang terlihat palsu.

Dia kenapa, sih? batin Riri tak tenang.

"Iya, terus dia ngasih nama-namanya keren-keren pula. Alvin, Theo, apalah satu lupa."

"Gue suka tikus, sih, tapi bukan tikus got," kata Orlando serius.

Andra terbahak-bahak di samping Orlando.

Riri diam-diam menatap raut wajah Orlando yang berubah tak seperti sebelumnya saat Andra sibuk tertawa. Tatapannya dingin. Alisnya yang tebal menukik ke atas, seperti seseorang yang sedang kesal.

Game Over: Bull's EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang