—Devon Woody
Kulirik sekilas wajahnya dari samping. Jujur, dia cantik dan menggairahkan. Masih muda, segar, sangat menawan.
Kejantananku ikut liar sejak tadi, ketika dia duduk di atas pangkuanku. Namun, hebatnya, aku selalu bisa menjaga diriku. Hatiku, cintaku.
“Kita harus pergi dari sini. Hujannya semakin deras.” Aku memberitahunya. Seperti tersadar dari lamunan, tubuhnya yang canggung bergerak menjauhiku dengan cekatan.
“Okay.” Santai. Dingin. Tidak terbaca.
Banyak kelebihan yang tergambar jelas pada diri wanita muda ini. Mungkin dia lebih cocok jadi adik dari salah satu teman-temanku atau bahkan keponakan mereka.
Jelas dari wajahnya pun, dia tampak semuda itu.
Rambut hitam melewati bahu dengan warna mata yang sama pekatnya.
Dia tidak ragu atau canggung saat membantuku berjalan. Padahal, Otis dan Jack ada di sini. Jauh lebih bisa diandalkan.
“Ambil mayat di dekat semak-semak, berikan pada Tyga.” Sambil memberi perintah, aku menangkap keterkejutan di sepasang mata gelapnya itu, walau tidak bisa kubaca ekspresi apa pun di wajahnya.
“Jangan lupa juga untuk mengeluarkan mobil Nona ini dari semak-semak.” Kembali memberi perintah, kurasakan tubuh kami merapat karena wanita ini menghindari genangan air di dekat kakinya.
Kami tiba di pinggir hutan. Tempat Otis memarkir jeep milikku.
Wanita ini melepasku setelah jarak kami dengan mobilku sudah dekat.
Dia berdiri tidak jauh dari mobilku. Tidak mendekat.
“Kau akan menunggu mobilmu di sini?”
Dia mengangguk. Bahkan anggukkannya terlihat pelit. Sangat singkat.
“Tyga kadang suka berkeliaran sampai ke pinggiran hutan, walau tidak keluar dari wilayah ini. Dua anak buahku pasti akan meninggalkanmu sendirian di sini bersama mobilmu. Apa menurutmu, kau akan baik-baik saja?”
Lihatlah. Betapa mempesonanya tatapan sedingin es itu. Seakan memberi jawaban yang pasti bahwa dirinya tidak kenal takut. Tidak peduli apa pun. Meski aku tahu dan bisa merasakan, tubuhnya selalu gemetar di saat bahaya datang.
“Aku akan ikut denganmu kalau begitu. Kau bisa minta mereka mengantarkan mobilku ke tempat di mana aku turun nanti.” Dia berjalan mendekat. Benar-benar tidak terlihat sedang gelisah, padahal jelas sekali dia ketakutan. Wanita muda yang luar biasa.
Tangannya merebut kunci jeep dariku. “Aku pengemudi yang baik.”
“Senang mendengarnya.” Alih-alih mengatakan hal yang bertolak belakang dari keinginan hatiku, kubiarkan dia masuk dan duduk di balik kemudiku.
Padahal, selama jeep itu menjadi milikku, hanya boleh aku atau Jack yang mengemudikannya.
Sekarang, bahkan seorang wanita kubiarkan menjinakkan mobil kesayanganku itu.
Dia memang mahir. Selalu fokus. Tidak banyak bicara.
Tidak mirip dengan seseorang dan aku juga bukan sengaja mengingatnya ketika melihat wanita ini.
Bukan tentang ‘dia mengingatkanku pada seseorang’ bukan, karena memang tidak ada yang mirip di antara mereka berdua. Hanya membandingkan, sedikit.
“Lurus atau belok?”
Aku tidak sadar. Dia mengemudi sudah sejauh itu. Atau sebenarnya aku yang terlalu menikmati isi kepalaku yang dipenuhi oleh wanita ini.
“Lurus saja. Terobos sedikit semak belukar seratus meter di depan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐄𝐕𝐈𝐋: 𝐃𝐄𝐕&𝐋𝐈𝐋𝐀
Romance𝟐𝟏+ 𝐀𝐫𝐞𝐚 𝐝𝐞𝐰𝐚𝐬𝐚. 𝐓𝐞𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐃𝐞𝐯 𝐝𝐚𝐧 𝐋𝐢𝐥𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐫𝐣𝐞𝐛𝐚𝐤 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐡𝐮𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐩𝐞𝐫𝐧𝐚𝐡 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐫𝐞𝐤𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐭𝐚𝐧𝐠𝐠𝐮𝐧𝐠𝐣𝐚𝐰𝐚𝐛𝐤𝐚𝐧.