Chap 1

4.5K 314 2
                                    

Sorry for typo

Sorry for typo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•●•●•

[Sudah direvisi]

Jimin pov

Disinilah aku, di atap apartemenku. Seperti biasa, selalu kusisihkan waktuku untuk mengunjungi tempat ini. Sesibuk apapun aku, akan selalu kusempatkan untuk mengunjungi tempat ini. Memang tempat ini tidak memiliki kenangan apapun tentang kehidupanku sebelumnya, tapi disini aku bisa menenangkan diriku.

Setiap kali aku kesini, selalu kupikirkan tentang perkataan orangtuaku, yang menyuruhku untuk selalu bersyukur, bahkan hingga akhir hayat mereka. Mengingat mereka membuat hatiku bergetar.

"Appa, eomma, aku akan selalu mengingat semua nasihat kalian. Akan aku laksanakan, jadi mohon bimbing aku. Kuharap walaupun kita berbeda dimensi kalian bisa mendengarku, semoga kalian bahagia disana," ucapku seraya menatap langit yang mulai menggelap, berharap melihat tanda-tanda bahwa mereka mendengarku.

"Kkk, jangan mengkhayal Park Jimin, mereka sudah tenang di alam sana, dimensi kita berbeda."

Aku pun segera masuk kedalam apartemenku, karena hari sudah gelap. Sungguh waktu berjalan dengan cepat, karena ternyata aku sudah menghabiskan di atap selama 3 jam.

•●•●•

"Aku pulang!"

Seperti biasa, tidak ada yang menjawab, yah tentu saja karena aku hanya tinggal sendiri. Tidak mau memikirkan yang tidak-tidak, segera saja aku menuju kamarku dan mandi.

Tak butuh waktu lama hingga aku selesai mandi. Akupun pergi ke dapur untuk memasak. Karena sudah malam akupun memutuskan untuk makan yang tidak terlalu berat, yakni kimchi, nasi, dan ramyeon. Makanan itupun habis dalam waktu yang lumayan cepat, maklum aku sedang lapar.

Selesai makan, aku segera membersihkan piring kotor dan yang lainnya lalu pergi ke kamar. Baru saja aku duduk sebuah telpon dari seseorang mengangguku.

Jeon is calling

"Ada apa?"

"........"

"Mwoya????!!"

"........"

"Oke, aku akan segera kesana."

Tuut

Ini benar-benar mendadak. Aku segara bergerak cepat, mengambil beberapa peralatan dan segera turun kegarasi bawah. Aku masuk kedalam mobil hitamku dan segera saja kutancap gas.

Untung hari sudah malam sehingga jalanan sepi. Jika tidak, aku tidak bisa membayangkannya.

Sekarang aku mengendarai mobilku dengan kecepatan lumayan tinggi untuk segera sampai ke rumah sakit.

Ya, bisa dibilang aku adalah salah satu dokter bedah disana. Tadi yang menelponku adalah sahabatku sekaligus teman seperjuanganku. Dia juga dokter yang akan menemaniku menjalankan operasi. Tadi dia mengabari bahwa ada pasien yang baru saja kecelakaan parah di sekitar rumah sakit, sehingga langsung dipindah ke ruang operasi.

Semoga saja aku tidak telat.

•●•●•

Tap....tap....tap

Langkah kakiku terdengar cepat dan tergesa-gesa. Tentu saja karena ada seorang pasien yang sedang kritis dan harus segera menjalankan operasi. Aku tidak mau jika pasien tersebut meninggal karena aku datang terlambat.

Akhirnya, setelah menaiki beberapa lantai (menggunakan lift) aku sudah berada di ruang operasi. Setelah mensterilkan tubuh dan menggunakan baju steril, aku dan Jeon atau Jungkook memulai operasi. Pasien kali ini adalah seorang ibu-ibu, dia mengalami pendarahan di perutnya, dimana itu sangat mengkawatirkan.

Aku dan Jungkook pun mengerahkan seluruh tenaga dan pikiran untu menyelamatkan nyawa pasien. Dan bersyukurlah Tuhan ikut membantu sehingga nyawa pasien yang sebelumnya kritis bahkan sangat kritis telah selamat. Aku dan Jungkook pun ikut merasa lega dan bahagia karena kondisi pasien telah membaik.

Operasi pun selesai, aku dan Jungkook segera mengganti pakaian dan istirahat. Kami pun menyempatkan waktu untuk mengobrol.

"Hyung," panggil Jungkook.

"Hmm."

"Apakah kamu sudah punya kekasih Hyung?" tanya Jungkook.

"Uhuukk...Aku belum punya, tumben sekali kamu menanyakan tentang hal itu?" balasku, salah satu tanganku mengambil tisu untuk mengelap air di bibirku.

"Tidak, hanya saja aku penasaran. Apakah Hyung tidak apa-apa sendirian terus?" tanyanya.

"Aku tidak apa-apa, Kuk. Aku tetap bersyukur. Mungkin aku memang belum bertemu dengan jodohku, ingat jodoh nggak akan kemana mana, jadi aku hanya perlu bersabar dan menunggunya."

"Baiklah, semangat!" dukung Jungkook.

Aku segera mengusak rambutnya gemas. Sungguh dia bocah polos tapi suka bahas kaya ginian.

Tbc

Be Grateful ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang