Chap 14

1.6K 140 18
                                    

Sorry for typo

Sorry for typo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•●•●•

[Sudah direvisi]

Tok...tok...tok

Rose mengetuk kaca jendela Jimin, karena tanpa Jimin sadari mobilnya telah terkunci sehingga Rose tidak bisa masuk.

Aslinya, Rose tidak ingin mengganggu Jimin yang tampak serius, karena Rose bisa merasakan aura disekitar Jimin tidak mengenakkan. Gimana ya, kecewa, sedih, rindu, marah bercampur menjadi satu.

Rose memang tidak tau kronologis dari kematian kedua orang tua Jimin karena memang Jimin belum pernah memberitahunya. Tapi Rose tau kalau orang tua Jimin sudah meninggal. Jadi, Rose berkesimpulan Jimin sedang merindukan kedua orangtuanya.

Dibandingkan dengan Rose, Rose merasa bahwa hidup Jimin lebih berat darinya. Maka karena itu, Rose selalu menuruti nasehat yang diberikan Jimin, karena memang Jimin lebih berpengalaman tentang masalah hidup.

Rose terpaksa mengetuk karena diluar sudah dingin sedangkan dia menggunakan baju yang tidak tebal, jadi dia merasa kedinginan.

Jimin yang mendengar ketukan kaca jendela langsung terbangun dari lamunannya tentang masa lalu. Dia melihat Rose mengetuk kaca jendela dengan pipi memerah dan mulut terbuka, yang Jimin ketahui Rose pasti kedinginan. Dengan segera ia membuka kunciannya dan menyuruh Rose segera masuk.

"Maaf, aku tidak sadar jika aku menguncinya. Maaf ya, kamu jadi kedinginan. Ada selimut di bawah kursimu, pakailah," ucap Jimin, nadanya penuh penyesalan. Sejail apapun dia, dia tetap punya hati nurani.

Rose hanya tersenyum lalu mengambil selimut di tempat yang tadi ditunjukkan oleh Jimin. Rose tidak ingin membuat Jimin merasa semakin bersalah. Jadi, dia segera memakainya tanpa penolakan, tidak seperti biasanya.

"Aku tau kamu merindukan orang tuamu," Rose membenarkan posisi duduknya serta selimutnya agar bisa menghadap Jimin, "biasanya kamu yang selalu menghiburku, biarkan aku menghiburmu kali ini."

Rose memegang pipi Jimin dengan kedua tangannya yang dingin, lalu menekannya sehingga bibir Jimin mengerucut, "Kau tampak menggemaskan jika terbengong seperti ini, kkkk," ucapnya diselingi kekehan.

Tidak seperti biasanya, Jimin tidak memberontak. Biarlah, khusus untuk malam ini Jimin membiarkan dirinya dikendalikan oleh Rose.

Jimin menunduk sebentar, lalu mengangkat kepalanya kembali, wajahnya yang rupawan sudah dihiasi dengan senyuman tipisnya yang tulus.

"Kau benar, aku memang menggemaskan, kau mengingatkanku dengan eommaku," ucap Jimin lirih, matanya terpejam merasakan tangan Rose yang dingin tapi Jimin bisa merasakan kehangatan bersembunyi disana.

Rose ikut tersenyum, tidak dapat dipungkiri Rose merasa bahagia karena Jimin menganggap dirinya seperti eommanya. Setidaknya itu bisa membuat Jimin merasa lebih baik.

Be Grateful ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang