Chap 5

2.3K 247 3
                                    

Sorry for typo

Sorry for typo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•●•●•

[Sudah direvisi]

"Permisi," ucap Rose.

"Dapur ada disana, kamu mau masak apa?" tanya Jimin.

"Rahasia. Nanti juga kamu tau, sekarang kamu duduk. Jangan liat kearah dapur awas lho ya," ancam Rose. Rose bahkan memincingkan matanya tajam berusaha mengancam Jimin.

"Iya-iya," pasrah Jimin padahal dalam hati dia sudah mencak-mencak, "Ini kan apartemenku berasa apartemennya dia."

•●•●•

"JIM!!! Bantuin bawain makanannya!!" teriak Rose dari arah dapur.

"Iya iya,sebentar," ucap Jimin masih fokus dengan Hpnya.

"Sekarang, nanti makanannya jadi dingin!!!" teriak Rose lagi.

"Haah... iya nih, aku kesana," ucap Jimin menyerah. Dia segera pergi ke arah dapur untuk membantu Rose membawakan makanan.

"Woah!!!!" kejut Jimin.

"Maaf ya, cuman bisa masak segini. Bahan yang ada di kulkasmu cuman bisa untuk buat ini," ucap Rose menjelaskan.

"Tidak, ini sungguh fantastis. Ternyata bahan-bahan yang ada di kulkas bisa diubah jadi makanan bintang lima seperti ini," ucap Jimin tanpa menghilangkan nada keterkejutannya.

"Sudahlah, ayo cepat dimakan. Kalau dingin nggak enak lho, aku juga udah nyiapin makanan pencuci mulut di kulkas," jelas Rose. Dirinya mengambil beberapa piring lalu dipindahkan ke meja makan.

"Ck, kamu sudah seperti Ibuku," balas Jimin setelah berdecak.

"Owh, sungguh terhormat bisa disamakan dengan Ibumu yang aku yakin sangat berbudi pekerti baik dan berhati lembut. Tapi sepertinya kalau aku disamakan dengan Ibumu rasanya tidak, ehm, tidak pas denganku yang diluar dari kriteria baik dan lembut," sergah Rose dengan diselingi tawa.

"Kamu terlalu merendahkan dirimu, Ros. Kuyakin kamu perempuan yang baik-baik," elak Jimin menyangkal perkataan Rose.

"Hah.. sudahlah percakapan ini tidak akan selesai kalau terus dilanjut. Sebaiknya kita makan!!" ucap Rose tangannya mengangkat sendok dan garpu, bersiap siap untuk makan.

"Kuyakin kamu pasti sudah lapar," tebak Jimin.

"Tentu saja, saat memasak hampir saja air liurku menetes," ucap Rose dengan jujur.

"Benarkah?!?! Kalau begitu aku tidak jadi makan deh," ucap Jimin. Menjauhkan piring dengan tangan, wajahnya dibuat-buat seperti meliaht sesuatu yang menjijikan.

"Ishhh...aku kan bilangnya hampir bukan sudah," bela Rose.

"Hahaha!!" tawa Jimin.

"Serah, aku mau makan," ucap Rose kesal.

"Yayaya."

•●•●•

Setelah selesai makan malam, Jimin dan Rose segera membersihkan meja makan sekaligus memindahkan piring-piring kotor ke tempat cucian. Karena mengerjakan bersama sama, semuanya pun selesai dengan cepat.

Karena lelah, mereka pun merebahkan tubuh mereka di sofa ruang Tv.

"Mau menonton?" tanya Jimin.

"Tidak usah, ini sudah malam, mending kamu tidur saja,ayo," ucap Rose. Kemudian ia berdiri dan mengulurkan tangannya di depan wajah Jimin.

"Hah?"

Tanpa menjelaskan apa apa, Rose segera menarik tangan Jimin agar berdiri, tidak memedulikan tatapan bingung Jimin yang nyerempet polos padahal kagak.

"Dimana kamarmu?" tanya Rose mengedarkan pandangannya kesekeliling.

"Kamarku disana, emang ada apa?" tanya Jimin dengan jarinya yang menunjuk salah satu pintu yang ada diruangan itu.

"Baiklah, ayo!" ucap Rose semangat.

Mereka segera pergi kearah pintu yang ditunjukkan oleh Jimin. Hingga akhirnya mereka tiba di depan pintu itu. Segera saja Rose membukanya tanpa permisi dan langsung masuk, seakan itu adalah kamarnya sendiri, wkwkwk.

Setelah mengamati semua furnitur dan desain kamar Jimin, Rose membalikkan badannya yang semula membelakangi Jimin, "Kamu sudah mandi, Jim?"

Jimin mendudukan badannya di pojok kasur, "Belum, tadi aku baru pulang dari kantor. Kenapa?"

"Kalau begitu kamu mandi sana, aku siapin bajunya."

"Baiklah, terimakasih," Jimin pun langsung menuju kamar mandi.

Sambil menunggu Jimin mandi, Rose menyiapkan bajunya. Setelah itu diletakkannya baju itu di keranjang depan kamar mandi.

"Jim, bajumu ada dikeranjang!" teriak Rose agak keras agar Jimin bisa mendengarnya.

•●•●•

Cklek

"Sudah selesai? Sini duduk aku keringin rambutmu," ucap Rose lalu menghampiri Jimin untuk mengeringkan rambutnya yang basah.

"Terimakasih Rose. Ngomong-ngomong kenapa kamu tiba-tiba jadi seperti ini?" Bagaimana tidak heran kalau seorang wanita tanpa malunya masuk kedalam kamar laki-laki yang baru dikenalnya, apalagi laki-laki itu masih berstatus jomblo.

"Hanya ingin membalas semua kebaikanmu, kau tidak suka?"

"Bukan begitu, hanya saja sudah lama aku tidak diperlakukan seperti ini," ucap Jimin memejamkan matanya karena pijatan yang Rose berikan ketika jemari lentik milik Rose mengeringkan rambutnya yang basah.

"Kenapa?"

"Sejak kematian orang tuaku tidak ada yang memperlakukanku seperti ini. Rasanya setelah aku bertemu denganmu aku kembali merasakan kasih sayang ibu."

"Maaf, telah membuatmu teringat tentang ibumu," sesal Rose.

"Tidak apa-apa. Ngomong-ngomong aku akan memberitahumu salah satu kata-kata favoritku."

•●•●•

Rose pov

Ucapan Jimin masih terngiang-ngiang dikepalaku. Ucapan itu seakan menamparku yang selama ini tidak pernah bersyukur. Selalu saja aku merasa bahwa aku yang paling bawah, paling rendah, paling menderita diantara manusia yang lain, padahal kenyataannya tidak.

"Nobody is forever sad or happy, but if we are sad do not dissolve in sadness, your life is too precious to be dissolved in sadness."

Lagi-lagi aku berutang kepada Jimin.

Tbc

Be Grateful ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang