Chap 4

2.5K 252 2
                                    

Sorry for typo

Sorry for typo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•●•●•

"Namaku Park Jimin, panggil saja Jimin, kamu?"

•●•●•

[Sudah direvisi]

"Namaku Roseanna, salam kenal Jimin," balas Rose .

"Nama margamu?" tanya Jimin.

"A~ah, aku tidak memiliki marga," jawab Rose agak ragu.

"Maaf," ucap Jimin penuh dengan nada penyesalan.

"Tidak apa-apa, lagi pula ini tidak terlalu berpengaruh bagiku. Oh ya, apakah aku boleh bertanya?"

"Kamu sekarang sudah bertanya Rose."

"Uuhh, baiklah. Aku ingin menanyakan apakah kamu tau salah satu tempat kerja yang sedang membuka lowongan?" tanya Rose.

"Hmm..sebenarnya ada banyak. Apakah aku boleh menanyakaan satu hal, apa hobimu?" tanya Jimin.

"Hobi? Hobiku menulis, membaca, olahraga, makan, dll. Kenapa?" balas Rose.

"Bagaimana kalau kamu jadi penulis saja disalah satu penerbit buku?" usul Jimin.

"Menarik. Kalau boleh tau, penerbit buku yang apa?"

"I.S, you know I.S right?"

"Seriously, I.S? Awesome, aku ingin mendaftar!" balas Rose heboh.

"Kkk~ Kamu sangat suka persuahaan penerbit buku itu apa?"

"Tentu saja! Buku terbitan mereka semuanya bagus, kudengar pemiliknya masih muda, Aaaa!!!!" teriak Rose.

"Kalau begitu berusahalah. Perusahaan itu tidak asal menerima orang, kudengar ujian masuknya sangat sulit. Oh ya, besok akan aku antar mendaftar," ucap Jimin.

"Terimakasih Jim, padahal kita baru saja bertemu tapi kamu sudah membantuku banyak hal. Masuklah, ada yang ingin kubicarakan padamu," ajak Rose, sebenarnya sejak tadi mereka berada di luar, karena tidak enak Rose mengajak Jimin masuk ke dalam.

"Baiklah, maaf merepotkan."

•●•●•

"Baiklah, sebagai balas budi akan kuceritakan kenapa aku bersedih,"  Rose pun mulai bercerita. (Ceritanya sama dengan yang di chap 2)

"Nah, jadi gitu deh," ucap Rose. Sekarang matanya berkaca-kaca.

"Maaf. Karena telah membuatmu mengingat hal seperti itu, tapi aku yakin dibalik itu semua pasti ibumu menyembunyikan sesuatu. Bisa jadi dia melakukan ini semua karena sayang kepadamu," ucap Jimin.

"Aku sudah berusaha, Jim. Tapi semakin aku mengingatnya aku semakin percaya bahwa ibuku tidak menyayangiku lagi," isak Rose.

"Itu tidak mungkin seorang orang tua tidak menyayangi anaknya sendiri. Aku yakin Ayahmu dan Ibumu masih menyayangimu," ucap Jimin.

"KAMU TIDAK TAU PERASAANKU, KAMU ENAK ORANG TUAMU PASTI SANGAT MENYAYANGIMU, SEHINGGA KAMU TIDAK PERNAH MERASAKAN PENDERITAANKU!!" teriak Rose.

"Siapa bilang? Mungkin aku memang selalu disayang oleh orangtuaku. Aku juga belum pernah merasakan penderitaanmu. Sampai sekarang pun, aku masih disayang oleh kedua orangtauku walau aku dan mereka berbeda alam," ucap Jimin, nada suaranya tidak berubah tetap lembut, walau tadi dibentak oleh Rose.

"Setiap orang pasti diberikan cobaan dari Tuhan. Mau itu bentuknya terkena penyakit, nggak lulus masuk sekolah, atau broken home kaya kamu. But, every trial there is a way out, masalahnya adalah kamu mampu menemukan jalan keluarnya atau tidak."

"Akan kuberi tips untuk jalan keluarnya, bicarakan baik-baik dengan Ibumu. Aku akan selalu membantumu. Walau kita baru bertemu, tapi apa salahnya membantu orang? Humans live to help, help each other, give advice when things go wrong, because humans live interdependently with one another."

Rose terdiam cukup lama mendengar ucapan Rose. Kenapa dirinya bisa begitu gegabah? Kenapa dirinya bisa berfikir negativ berlebihan? Kira-kira itulah yang Rose pikirkan.

"Sekarang aku sadar, terimakasih Jimin. Aku minta maaf karena telah membentakmu," sesal Rose.

"It's okay, kalau begitu semangat! Semuanya tergantung keputusanmu. Aku yakin kamu tidak terlalu suka orang yang suka ikut campur urusan pribadimu. Aku juga minta maaf jika aku terkesan ikut campur urusan pribadimu, karena aku pribadi juga tidak terlalu suka dengan orang yang seperti itu, hehe. Wah, sudah jam segini? Aku pulang dulu," pamit Jimin.

"Tunggu, ini sudah masuk jam makan malam. Aku akan memasakkanmu makanan, tapi disini kulkas masih kosong. Emm, apakah di kamarmu ada bahan-bahan makan?" tanya Rose.

"Ah, ada kok. Kenapa?"

"Baiklah, biarkan aku memasakkanmu makanan. Tenang saja, aku tidak suka menambahkan racun ke dalam makanan," canda Rose.

"Haha, aku percaya kok. Ayo!"

Tbc

Be Grateful ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang