⭕
.
.
."Bun... Bunda... Hp Evlin Bun" pagi-pagi Evlin sudah memakai baju putih abu-abu. Rengekan seperti anak kecil itu terdengar oleh pembantu-pembantu nya, dan membuat mereka sedikit tertawa karena evlin membuntuti terus bundanya yang tidak peduli dengan rengekan nya itu. Saat bundanya akan memakai sepatu, Evlin masih saja memohon-mohon agar ponselnya dikembalikan.
"Bun, kasih ajalah. Berisik. Nanti Evlin gak mau makan lagi" papanya datang dengan kemeja yang ditutupi jas dan dasi yang sedang dibenarkan agar terlihat rapih.
"Papa mau, anak kita kecanduan game dan meninggal, kaya berita itu?" bundanya langsung berdiri tegak sudah seperti pemimpin tentara yang sedang memarahi anggotanya. Dan memberitahu berita itu, berita seorang gamer yang terus bermain game membuat gamer itu meninggal. Tapi dipikiran Evlin, itu takdir jadi gak ada hubungannya. Dan tetaplah ia menjadi gamer sejati.
"Ish, Bun. Jangan ngomong yang nggak-nggak" Evlin hanya melihat mereka dan mendukung papanya dengan anggukan ria.
"Iya Bun, bunda mau Evlin meninggal?" Evlin mendukung papanya kembali. Itu akan terus berlangsung jika bundanya belum memberikan ponselnya.
"Bunda gitu karena bunda sayang Evlin" evlin tertunduk, dan memasangkan muka bersalahnya. Tapi bundanya langsung menatap Evlin dan berdecak kesal. Akhirnya, Evlin sangat senang. Ponselnya bunda simpan dimeja.
"Nih, jangan main game terus. Kamu anak satu-satunya, jadi bunda gak mau sesuatu terjadi" pesan bundanya ia anggukan kepala dengan begitu banyak. Tapi itu hanya bohong, pastinya Evlin akan tetap menjadi gamer.
"Makasih Bun. Bunda emang yang terbaik" pujian untuk menutupi sifat membangkang nya pada orang tua. Untuk lebih meyakinkan, Evlin memeluk bundanya yang malah memutarkan kedua bola matanya dan menghela nafas panjang.
"Ya udah, bunda sama papa kerja dulu. Assalamualaikum" segera bundanya melepaskan pelukannya bersamaan Evlin lalu pergi.
Hari ini, Evlin akan diantarkan oleh supir ke sekolahnya. Di Hillary High School. Sekolah yang memiliki kualitas murid tinggi, artinya gak ada murid dilevel bawah dan fasilitas yang digunakan memungkinkan. Sekolah ini hampir kalah saing dengan sekolah Zadiv High School, yang termasuk sekolah peringkat 2 se-Indonesia. Dan yang pertama adalah sekolah yang memiliki kualitas anak tinggi serta fasilitas yang sangat baik, akan terus dibanggakan Evlin, Hillary High School.
Saat tiba disebuah gerbang yang menjulang tinggi, Evlin turun dari mobilnya dan menghampiri Keyza yang ada didekat gerbang. Nama lengkapnya Keyza Faven. Dia cantik, banyak yang suka.
"Key,"
"Hei. Ayo masuk!" menarik lengan Evlin ke arah kelasnya. Dikoridor, Evlin mengambil teman yang sangat ia cintai dalam hidupnya. Ponsel. Dan mulai menekan jarinya ke layar, lalu masuk ke sebuah aplikasi game online. Lagi. Tak ada penyesalan sekali saat ponselnya disita bunda.
Keyza yang tadinya berpandangan lurus jadi menoleh menatap layar ponsel Evlin, yang sedang memainkan game online nya itu. Namun Keyza memutarkan bola matanya. Karena ia tak menyukai game online. Dia hanya menyukai game offline, seperti game Barbie-barbie-an.
"Kalo masih jalan, jangan main Hp" celetuk Keyza yang langsung menatap lurus, sedangkan Evlin hanya terkekeh dan tidak menyimpan ponselnya, malah terus bermain kembali.
Dan saat tiba dikelas pun, Evlin masih main. Hingga ia tersandung oleh kursi karena tak melihat.
"Aduh!"
"Gue juga bilang apa, kalau lagi jalan jangan nge gaming terus. Kena azab kan lo" celoteh Keyza yang sudah duduk di kursinya.
"Ish, nanggung tau" Evlin juga langsung duduk disebelah Keyza. Dan ia menyimpan teman sejatinya itu ke dalam saku bajunya. Lalu menatap Keyza dengan senyuman yang hampir matanya tertutup. Itu yang tidak disukai Keyza, Evlin orangnya gak kapok-kapok dan menunjukkan senyuman itu.
"Good morning Everybody" sapa ibu guru yang akan mengajar kelas 12-Mipa A b.Inggris. Pelajaran yang sangat disukai Evlin. Saat ulangan tiba, nilai nya selalu besar. Bukan hanya b.Inggris, semua pelajaran nilainya tinggi. Evlin juga sering belajar, dia gak semua waktu dihabiskan untuk bermain Game Online.
"Ok, sekarang buka hal. 43. Kita bahas Chapter 3." semua mengeluarkan buku b.Inggris nya dan mulai membuka halaman per halaman untuk menuju nomor 43. Dan ketemu, Bu guru tersebut langsung menjelaskan. Murid-murid ada yang tidak mendengar kan, ada yang tidur ditutupi oleh buku yang dibuka dan dibiarkan berdiri, ada yang mendengarkan tapi gak ngerti. Beda sama Evlin, otak dia mencerna dengan baik. Sehingga otaknya berjalan dengan lancar.
🎮
Bunyi bel membuat murid-murid di Hillary High School menuju kantin. Dengan alasan pasti lapar. Namun beda dengan Evlin, dia malah nge gaming. Mengajak teman-teman nya itu MaBar. Mau laki-laki, perempuan, semua duduk di satu meja yang memang dari kelas 10 tempat mereka. Ada Kevin, Reksi, Bimo, Tama, Yudi, Dea, Rena, Risma, dan masih banyak lagi. Kalau Keyza, dia memilih untuk kekantin sebentar dan kembali lagi ke kelas untuk memainkan ponselnya dikelas.
"Wei, sekarang kita main Game apa?" tanya evlin yang langsung duduk tanpa aba-aba.
"Ada permainan baru. Bisa mabar, bisa juga kita nge-chat sama temen Mabar kita" ucap Tama dan pastinya Evlin seneng. Semakin banyak Game semakin bahagia hidupnya.
"Mana mana?" Evlin mendekat ke layar ponsel Tama. Dan Tama menyodorkannya pada evlin. Wajah Evlin ber-waw ria. Ia tertarik dengan Game Online itu.
"Ok, gue download dulu"
"Mana gue liat" serentak semua melihat ke layar ponselnya Tama dengan sumringah. Tidak lama-lama, mereka langsung mendownload dan sayangnya, waktu istirahat habis. Terpaksa mereka akan memainkannya di rumah atau dimobil.
"Yahh, kok cepet banget sih istirahat nya" Rena mengeluh dan decakan-decakan terdengar saat mereka pergi menuju kelas masing-masing.
"Kenapa?" tanya Keyza yang tertawa kecil melihat temannya sedih. Keyza sudah menebak, dia sedih pasti gara-gara Game.
"Istirahat cepet banget, jadi gak bisa Mabar deh" Evlin mengerucutkan bibirnya dan duduk menenggelamkan wajahnya ke meja.
"Yaelah, cuma Game doang"
"Tapi masalahnya, ini Game baru key. Gue kan jadi penasaran" lalu wajahnya diangkat melihat Keyza.
"Serah lo deh"
"Siang anak-anak" sapa pak guru yang akan mengajar IPS. Oh, sejarah. Pasti cerita lagi. Evlin berdecak dan mendengus kesal, karena ingin cepat-cepat melihat dan memainkan Game itu.
Dan akhirnya, bel yang ditunggu-tunggu para gamer itu, berbunyi. Mereka berlari menuju gerbang dengan langkah kaki yang lebar. Dimulai dari ada yang main dimobil, termasuk Evlin. Saat dia dijemput oleh supirnya, langsung ia menyalakan ponselnya dan menekan jemarinya pada aplikasi yang baru saja didownload nya. Perasaan senang muncul dan baru saja dirinya akan menekan tombol Play, ponselnya meninggal. Mati disaat yang tidak tepat. Rasanya Evlin ingin berteriak, ponselnya lobat. Ia baru sadar, karena dari berangkat sekolah sampai istirahat, dirinya memainkan ponselnya terus. Terpaksa harus di charger dulu dimobil. Ia menyilangkan kedua lengan didadanya. Mendengus kesal. Dan ia akan berjanji, besok akan membawa power Bank.
🎮
.
.
.
.Aduh, pasti kesel ya...
Ada yang pernah ngerasain kaya Evlin?

KAMU SEDANG MEMBACA
Game Online
RomancePenasaran sama cinta nya gamers sejati? _______________ 9AME ONLIN3☝ _______________ Highest Rank #1 (keluar) Copyright©2019 [Don't Copy My Story] Instagram : @heyits_tsal Follow akun Wattpad : @MoetMpiet (Thx!)