02. Perfect Tears

1.7K 109 0
                                    

Acara pernikahan berakhir dengan lancar, kedua mempelai mengucapkan janji pernikahan didepan Tuhan, keluarga dan para tamu undangan lainnya.

Apa yang barusan terjadi?

Benarkah ini sudah selesai?
Ah tidak, ini baru saja dimulai.

Kenapa tiba- tiba merasa seperti?

Gelisah dengan kenyataan ini?

Seharusnya aku bahagia di hari pernikahan, seperti sebelumnya, aku sungguh bahagia. Ya benar, bahagia sekali, tapi bahagianya terhenti tepat ketika kata- kata yang Jimin keluarkan ternyata menyakiti hatiku. Aku sudah mengeluarkan airmata tadi saat dikamar sebelum mengikat janji, tapi kini setelah janji pernikahan itu selesai, kenapa aku masih meneruskan tangisan ini.

"Ya ampun nak, lihatlah dirimu. Sebahagia itukah kau menikah dengan Jimin? Kau memang harus berterimakasih pada ibunya Jimin karna telah melahirkan lelaki yang sempurna untukmu" Ibuku mengira airmata yang keluar ini adalah tangisan bahagia, 'tidak ibu, ini adalah tangis kesedihan' batinku, tapi aku tetap tersenyum agar keluargaku tidak khawatir, senyuman seolah membenarkan dugaan mereka.

Aku melihat kearah Jimin, sepertinya hanya dia satu- satunya yang tau alasan aku menangis.

Tapi tunggu, kenapa tiba- tiba dia tersenyum kepada ibuku, dan sungguh senyumannya itu adalah yang paling indah.

Serta tingkah lakunya berbincang dengan keluargaku sangat natural sekali, dan lembut seperti biasanya yang dia lakukan pada fansnya(army).

Sikap Jimin seperti inilah yang aku kenal.
Tapi kenapa tadi dia mengatakan hal seperti itu, aku sangat terkejut dan tidak percaya hingga aku tak tau yang mana mimpi, apakah kata- kata Jimin atau pernikahan ini yang mimpi?

Tapi kenapa tadi dia mengatakan hal seperti itu, aku sangat terkejut dan tidak percaya hingga aku tak tau yang mana mimpi, apakah kata- kata Jimin atau pernikahan ini yang mimpi?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia menyapa semua tamu undangan dengan senyuman yang sangat manis, seolah ia sangat bahagia dengan pernikahan ini.

Apakah benar ia bahagia?
Kalau iya, kenapa dia berkata seperti itu?
Kalau tidak, kenapa ia menikmati acara pernikahan ini?

Tak ada sedikitpun ekspresi wajahnya yang mengatakan ia benci pernikahan ini.

Seusainya acara, aku sudah pasti automatis seatap dengan pria ini.

Kami mengedarai mobilnya menuju apartement.
Dimobil kami hanya diam, hening, sunyi, senyap, bahkan dia tak menghidupkan musik.
Apakah masih jauh tujuan kami?
Aku berharap cepat sampai, karna saat ini suasananya sangat canggung.
Dia hanya diam, dan fokus menyetir.
Tampak muka lelahnya, akibat melayani para tamu saat pernikahan tadi.
Ya dia yang melayani semua, dia yang ambil alih semua, aku tak semangat dengan acara pernikahan tadi, aku sibuk mengusap air mata dan duduk saja.

Sampainya di apartement, dia menunjukkan password pintu dan memberikan aku kunci mobil.

"Nah, pakailah kapanpun kau mau" katanya tanpa melihat kearahku.

Perfect Tears [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang