17. Perfect Tears

1K 88 12
                                    

"Lalu bagaimana dengan kado ulang tahunku?" Jimin mengengadahkan salah satu tanganya ke wajah Mina.

'Oh tuhan, bagaimana ini, gak mungkin kan aku melakukannya sekarang disaat aku sendiri tengah merajuk, gengsi dong' Batin Mina.

"Ah, soal itu, miahn aku lupa" Mina menundukkan kepalanya menghindari kontak mata dengan Jimin.

"Haha, kecewa sekali diriku" Jimin tertawa.

"Ehm ngomong- ngomong, kakek tadi menelponku" Jimin.

"Benarkah? Kapan? Kenapa tidak menelponku? Apa katanya?" Mina kembali mendongak bahagia mendengar nama kakeknya dan sedikit bingung kenapa keluarganya lebih sering menghubungi Jimin dari pada dirinya sendiri, walaupun Jimin itu adalah suaminya tetap saja, ia merasa tak enak hati karena ia tau Jimin terpaksa menikah dengannya ditambah lagi kenapa Jimin harus bertingkah baik kepada keluarganya, bukankah itu beban, maksudnya, kasihan Jimin, begitulah pikirnya.

"Oho, satu- satu sayang" Jimin mengipas- ngipas tangannya didepan Mina dengan senyum manis karena melihat lucunya Mina.

"Up, miahn" Mina menangkup bibirnya dengan tangan mungilnya.

"Ia menelpon dihari ulangtahunku" Jimin.

'Mwoya . . . Telepon kakek diangkat, kok aku nggak?' Batin Mina.

"Miahn, aku tak bisa memberimu kepastian saat itu bisa pulang apa tidak" Jimin tersenyum seolah mendengar suara hati istrinya.

Mina menaikkan alismatanya.

"Dan kau tau dia bilang apa?" Jimin menggendikkan alis matanya dibalas gelengan Mina.

Jimin mengeratkan pelukannya dan mendekati bibir plumnya tepat di telinga kanan Mina, sebentar ia menarik nafas yang dalam dan menghembuskannya kembali lewat hidung pelan- pelan kemudian karbon dioksida yang ia keluarkan masuk secara otomatis di liang telinga istrinya sehingga badan Mina bergetar kuat dan di sadari Jimin, terlihat dari senyuman smirk Jimin yang licik itu, hebat sekali Mina masih mempertahankan kesadarannya saat ini, dalam otaknya sudah memerintahkan agar menendang suaminya itu menjauh karena sudah kurang hajar menggoda dirinya yang sangat lemah tak berdaya ini akan semua tindakan yang dulu hanya di khayalannya dan kini menjadi kenyataan dan jauh lebih menyebalkan karena ia tak dapat bergerak akibat menahan malu.

"Kakek minta cucu" bisiknya.

Tumpah sudah pertahanan Mina.

#Maaf ya gaes, noona baru balik dari pengabdian, Jadi harap maklum chapter ini sedikit dan lama up

[TBC]

Perfect Tears [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang