Jimin memilih salah satu minuman dingin dari mesin otomatis "Aku rasa bocah itu perlu mendinginkan kepalanya hihi" Jimin terkekeh, karena ia masih teringat bagaimana ekspresi kesal istrinya.
Istrinya memang selalu seperti itu, akan meluapkan emosinya tanpa segan dan tak peduli sekitar. Jika ia marah maka ia akan marah.
Kejadian tadi sama persis saat istrinya meminta penjelasan padanya tentang rumor kencan dirinya bersama Jennie. Bedanya kali ini bocah itu tidak menangis, untunglah.
Tapi kita juga gak tau ya, apa iya gak nangis atau nangis.
Saat minumannya sudah keluar dari mesin otomatis tersebut, ia mengambil dan berjalan dengan melihat kiri kanan, mencari keberadaan istri cantikknya yang sedang marah tersebut.
Jimin tersenyum lega, istrinya tidak menangis kali ini. Ia menemukan Mina sedang duduk dibangku dengan tangan yang menggengam tepian bangku yang dudukinya.
Seorang lelaki menghampiri Mina dengan membawakan sebotol minuman berwarna orange dan disodorkannya ke wajah Mina.
Pria dengan berawakan tampan, tegap dengan aura kejantanannya keluar ditambah senyumannya yang sangat membantu memberikan nilai tambah untuk dirinya dengan visual yang sangat mengangumkan.
Karena segan dan berhubung yang memberinya adalah seniornya didunia musik, Mina menerima tawaran minuman dingin tersebut, dan menunduk sikit memberi hormat tanda terimakasih.
"Boleh aku duduk?" lelaki yang menghampiri Mina tersebut mengkode dengan tangannya mengarah bangku yang mina duduki.
"Neh? Ne . . .ne . . .silahkan" Mina sedikit bergeser memberikan ruang untuk lelaki itu agar dapat duduk.
"Kenapa kau disini? Udah istirahat ya? Mana yang lain?" Mina tak pernah menyangka sunbae nya ini akan seramah ini, maksudnya, dengan wajah pangeran seperti itu, dan ini adalah pertama kalinya mereka berinteraksi, bagaimana bisa ia menanyakan banyak hal seperti tadi dan sedikit tidak penting, lebih mengarah ke basa- basi.
"Belum, masih latihan, hanya saja, saya . . .
"Lelah?" Bantu lelaki itu melengkapkan kalimat Mina.
Mina menangguk kecil dengan senyum dibuat, malu, ia dapat di tebak.
"Apa ada yang pegal? Mau ku bantu meringankannya?" Lelaki itu menawarkan pijatan kecil pada Mina, dengan memperagakan gerakan memijat.
"Apa menurutmu sopan menyentuh wanita?" Tiba- tiba Jimin sudah berada didepan Mina, membuat keduanya mendongak untuk mencari tahu siapa yang mengganggu obrolan mereka, sial.
"Neh? Jimin hyung . . ." Lelaki itu dikenal dekat dengan Jimin langsung berdiri dan memberikan pelukan sapa sesama lelaki tapi segera dilepaskan Jimin.
"Aku bukan hyung mu,ck" Jimin mencebik kesal.
"Haha, baiklah sunbae, ohya sepertinya aku harus kembali, aku pergi dulu ya hyung, Mina_ssi? Sampai jumpa lagi" lelaki tadi melambai tangannya ke Mina dan memberikan kedipan mata.
Mina hanya meangguk sopan, dan seketika dirinya sontak kaget dibuat oleh jimin, yang secara tiba- tiba merampas minuman yang berada ditangannya sebelumnya, lalu Jimin melempar minuman pemberian dari lelaki tadi tepat masuk kedalam tong pembuangan 'sial kenapa keren sekali' mina sebentar memuji lemparan Jimin yang tepat sasaran dan dirinya kembali sadar, bukankah yang dilakukan Jimin ini tidak sopan.
"Yak! Kenapa kau membuangnya?" Mina berdiri bergantian menatap Jimin dan tong sampah yang barusan di isi botol minumannya.
"Wae?!" Tanyanya singkat dan memberi tatapan yang mengancam.
"Kenapa lagi emang? Aku mau meminumnya" Jawab Mina tak kalah seram.
Ia sama sekali tak mengerti dengan sikap Jimin yang berubah- ubah, sebentar ia tak peduli, sebentar ia lembut dan menggoda kemudian dingin dan kembali kasar seperti ini.
Mina sangat tidak suka Jimin yang sekarang, sama sekali tidak cocok dengan wajahnya yang imut.
Jimin lalu menyodorkan minuman tepat didepan wajah Mina, bahkan menyentuh hidungnya yang runcing, hingga ia sadar jika itu adalah minuman dingin.
Lihatkan dia kembali sok peduli, apa ini? Pikir Mina.
Mengingat dirinya yang tadi sedang kesal dengan Jimin, dia langsung menepiskan minuman yang menghalangi wajahnya untuk melihat Jimin.
"Kau kenapa?" Mina sedikit muak dengan Jimin.
"Kau haus bukan? Ini" Jimin menarik pergelangan Mina dan membuka telapak tangan kecil itu lalu menaruh minuman diatasnya.
Sekejap dipandangnya minuman yang berada ditangannya saat ini, bisikan iblis yang sangat mendominasi didalam dirinya berteriak untuk menolak pemberian Jimin, lalu dengan luar biasa tak terduga Mina melempar minuman tesebut ke arah tong sampah, tak masuk karena botol yang dilempar memantul dan jatuh disebelah tong.
"Sekarang tidak!" Kata Mina dengan mata merahnya, dan nafas tak beraturan.
Jimin membelalakkan matanya, bukan karena tindakan Mina barusan, tapi karena makna dibalik tindakan tersebut, Mina marah besar!
Tapi Jimin salah, mina bukan marah, hanya saja ia ingin menunjukkan jika Jimin harus memiliki pendirian. Siapa sebenarnya Mina dimatanya!
Kalau tak ingin keberadaanya dan hanya menyakiti perasaannya tinggalkan saja dirinya.
Karna ia tak sanggup meninggalkan duluan kecuali ditinggalkan.Ini adalah pertama kalinya pertikaian mereka sejak enam bulan lebih pernikahan berlangsung.
Mina jauh lebih suka saat dirinya tidak berada didekat Jimin. Ia sudah menduga jika akan ada hal buruk yang terjadi dalam waktu dekat ini jika ia bersama Jimin.
Jimin bukan tak mengerti Mina.
Mina bukan tak mengerti Jimin.
Tapi keduanya lah yang tak mengerti dengan diri mereka masing- masing.
Sesi tatap- tatapan yang lumayan lama.
Dulu Mina menatap Jimin penuh dengan cinta, kini tatapan itu bermakna marah.
Mereka kini penuh dengan rasa cemburu yang sangat buta.
Bukan rasa cemburu, tapi mungkin lebih mengarah rasa tidak percaya.
Kalau mereka tidak saling cemburuan artinya mereka saling percaya kepada sesama pasangan. Maka sebaik apapun perlakuan mereka diluar sana yang dicintainya tetap lah orang rumah nya.
Jika sudah ada rasa cemburu tak menentu dan menyebabkan perkelahian, bukankah itu artinya mereka saling tidak percaya?
Ah tidak, mereka bukan tidak percaya kepada pasangannya. Lebih tepatnya mereka tidak percaya diri sama diri sendiri. Rasa takut akan ditinggalkan lebih besar sehingga merelakan dirinya hina dengan mengatakan dirinya cemburu.
Jimin memejamkan matanya yang sipit dan menarik nafas yang dalam lalu kembali membuka kelopak mata menatap nanar Mina.
"Aku tak peduli jika kau tak menerima minumanku, tapi ingat! Jangan pernah terima minuman dari orang asing atau siapapun itu! Ingat!" Jimin menunjuk- nunjuk kearah wajah Mina dengan jarinya.
"Dan satu lagi, jangan pernah biarkan siapapun menyentuhmu!"
#Kira- kira siapa cowok tadi gaes🤔
Gak ada asupan kasih sayang di episode ini gaes, bye😘[TBC]
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Tears [END]
FanfictionTAMAT- 34 Chapter Jimin have a secret- wife. [ 20 Oktober 2019]