14. Perfect Tears

1K 80 6
                                    

Tit. . .tililit. . .

Ceklek. . .

"Apa- apaan ini? Siapa yang bertengkar didalam rumah ini?" Saat Jimin masuk ia melihat kondisi ruang tengah nya sudah tak benyawa, sangat berantakan kertas dimana- mana, ada terompet, balon di setiap sudut bahkan di atas langit- langit juga ada yang sudah meletus.

Saat menoleh ke kiri, yaitu dapur, kurang lebih sama keadaannya dengan ruang tengah, sangat berantakan, meja makan dan meja masak penuh dengan alat dan bahan, Jimin tau itu adalah kebutuhan membuat cake tart.

"Mana anak itu? Mina, ya minaya, oeddiya?" Jimin mengecheck semua ruangan dalam rumah nya tapi tak didapatinya keberadaan istrinya itu.

"Apa ia sudah pergi? Hm, mentang- mentang kusuruh jangan tunggu, emang gak di tunggu" Jimin melihat jam dinding menunjukan jam empat pagi.

"Ahh sudah subuh ternyata, haha pantas saja, ia pasti lelah menunggu ku sampai merusak semuanya, kenapa ia kekanakkan sekali, sepertinya ia marah sekali, haha lucu, aaaakkkhhhh" Tiba- tiba kepala Jimin sakit sekali dan tubuhnya perlahan- lahan tumbang ke sofa didepan tv.

Brugh. . .

🐧🐧🐧

'Kenapa hatiku risau sekali ya?' Batin Mina.

Rasanya kek mau balik lagi kerumah, padahal lo baru satu jam yang lalu ia balik dari rumah itu.

Tapi perasaannya sangat tidak enak, dan tak tau kenapa, ia juga tidak mengerti.

Apa ia lupa mematikan kompor? Hei jangan bercanda.

"Yok kita berangkat" Kata manager yang tengah masuk kedalam mobil membuyarkan renungan Mina.

Semua member masuk kedalam mobil.

Mina pun ikut masuk tapi dengan perasaan ragu tak tentu arah ia tak mengerti ia saat ini tengah mencemaskan apa ia kesal sendiri ia tak tau apa yang terjadi didalam hatinya sendiri seperti menjerit "Pulang kerumahmu sekarang"

Begitulah kira- kira tanpa tau alasan kenapa ia harus kembali kerumahnya.

Sepertengahan jalan 'ini adalah jalan terdekat menuju rumah kami' batin Mina.

"Tunggu. . . . . . . . .

Tiba- tiba dia berteriak tentu saja semua anggota terkejut sampai manager yang tengah menyetir saja mengerem mobilnya.

"Wae wae wae? Apa ada yang tertinggal?" Tanya manager.

"Iyaaaaa adaaaaa, aku harus kembali sekarang, oppa mianh" Mina dengan cepat membuka pintu mobil untung saja ia duduk dikursi tengah dekat pintu, maka tanpa hambatan ia dapat lolos dengan mulus, yang di dalam mobil hanya terpelongo dengan apa yang baru saja mereka lihat, anak gadis itu keluar dari mobil dan berlari kencang, sekarang mereka tak dapat lagi menjangkau dimana punggung anak itu, sudah menghilang ia benar- benar sudah menjauhi mobil, laju sekali larinya, pikir mereka.

🐧🐧🐧

"Aaaak, apa yang aku lakukan? Dasar Mina! Kenapa kau kemari?!" Mina merutuki dirinya sendiri, kesal kenapa ia mengikuti kata hatinya daripada akal sehatnya.

"Apa aku kembali ke lokasi aja kali ya" Mina masih bimbang antara kembali ke lokasi atau masuk kedalam rumah, ia saat ini masih berdiri didepan pintu luar apartement.

Berhubung sudah terlanjur, ia memutuskan masuk kedalam rumah.

Tit. . .tililit. . .

Perfect Tears [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang