16. Perfect Tears

1K 72 5
                                    

Tittit. . .tililit. . .

Ceklek. . .

Mina memasuki rumah, dan yang pertama menjadi pemandangannya adalah Jimin tengah meniup- niup mata Soojung.

'Mwoya? Pemandangan apa ini? Aku akan melempar wanita itu' Mina lalu berlari mendekati kedua insan yang tengah berdekatan tanpa jarak tersebut dan ia menghempaskan tangan suaminya yang tadi berada di belakang kepala si pelakor lalu menjambak rambut bob si pelakor dan menggunjangkannya kekiri dan kekanan kemudian ia menyeret perempuan itu mengarah pintu keluar dengan ganas.

"Oeh? Kau sudah pulang" Jimin menyadari kedatangan istrinya lalu ia mendekati istrinya, meninggalkan Soojung yang masih terduduk dilantai.

Mina hampir saja meluapkan emosinya seperti yang barusan ia bayangkan tadi, tapi ia masih waras, untung saja posisi Jimin dan temannya itu menyamping, jadi ia tau kalau Jimin hanya tengah menolong temannya, coba saja view nya jelek, pasti Mina sudah berpikir yang tidak- tidak dan merealisasikan yang ada dikhayalannya tadi.

"Oh" Jawab Mina singkat tapi tak melihat Jimin, ia mamandang benci Soojung dan Jimin sadar itu.

"Kau pasti lelah, istirahatlah" Jimin menuntun istrinya untuk kekamar dengan membawa lengan istrinya tapi di tepis cepat oleh Mina.

Seakan ia menolak untuk disentuh saat suansana hatinya buruk 'Senggol dikit bacok' Batin Mina.
Lalu mina berjalan sendiri mengarah kamar tapi langkahnya terhenti saat mendengar penuturan Soojung.

"Kau benar- benar akan langsung tidur tanpa membereskan kekacauan ini?" Soojung menatap tajam Mina.

Mina menoleh kearahnya yang masih terduduk dilantai. Lalu ia mendekati wanita itu yang sontak saja membuat wanita itu tak sedikit gugup hingga ia memundurkan dirinya menjauh tatkala Mina makin mendekatinya, gerakannya berhenti karena punggungnya sudah stak di meja yang berada depan televisi, Soojung lalu menengok sebentar kebelakang dan kembali melihat Mina yang kini sudah berjongkok dengan salah satu lutunya menyentuh lantai dan satunya sebagai penyanggah tangannya, ia sedikit membungkuk sehingga wajah mereka sudah sejajar.

Jimin yang melihat keduanya hanya terdiam seolah tak tau harus bagaimana, dia tak tega dengan temannya yang tampak sedikit ada rasa kekhawatiran tapi dilain sisi ia tak berani menyentuh Mina, karena demi apa Jimin tau bagaimana Mina kalau marah, alhasil ia membiarkan mereka berdua, dan memilih menjadi penonton, ia percaya Mina tidak akan sebrutal yang ia takutkan.

Setelah menepatkan wajahnya pas di wajah risau Soojung, Mina sedikit menarik nafas dan tangannya melayang dari atas dan mengarah kebelakang kepala Soojung, ternyata ia mengambil serpih- serpih isian balon yang meletus tadi berada di kepala Soojung.

Setelah membantu Soojung membersihkan kepalanya, ia lalu berdiri dan mengemas ruang tengah.

Bohong jika jantung Soojung baik- baik saja, ia pun berdiri dan ikut membantu membersihkan ruangan tersebut, kemudian Jimin mendekatinya "Gwencanha?"

"Oh, gwencanha" Jawab Soojung sedikit bergetar, ia tak pernah menyangka akan segagap ini hanya karena bocah?

Atau karena ia mulai mengakui bahwa anak tadi adalah istri temannya, sehingga ia merasa sedikit bersalah, mungkin?

Setelahnya membereskan rumah, mereka berakhir duduk di meja makan.

Tapi hanya ada Jimin dan Soojung, Mina pamit duluan masuk kekamar, katanya ia sangat lelah dan hanya istirahat.

Perfect Tears [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang