Mina membuka matanya perlahan, saat sepenuhnya terbuka, Mina yang tadinya tidur menyamping melihat ada sosok pria yang yang sangat tampan, ia adalah lelaki yang Mina rindukan selama ini.
Kenapa ia bisa sampai dirumah ini?
Wajah mereka saling berhadapan dan hanya berjarak sejengkal. Mina tau, ini bukanlah manusia nyata, ini hanyalah halusinasinya karena ia terlalu merindukan lelaki itu "Jahat kau" kata Mina.
Mina duduk dan kembali melihat bayangan yang tadi disampingnya.
"Kau manis sekali saat tidur, bibir itu, kenapa kejam sekali? Aku tau, yang kau katakan itu semuanya benar, tapi, tak bisakah kau menyampaikannya dengan baik? Caramu . . .itu menyakitiku" Mina berbicara dengan orang yang dia anggap halusinasinya.
"Ah? Masih belum hilang juga? Baiklah, mungkin begini caranya mengusirmu" Entah apa yang Mina pikirkan tapi Mina sangat ingin melakukan ini, karena sudah lama di tahannya, Mina sudah lama ingin menjotos wajah menyebalkan Jimin jadinya Mina menarik salah satu buku tebal di nakas yang pasti buku itu milik Jimin, melayangkan buku tersebut keatas langit lalu menepuk wajah tampan Jimin dengan kuat menggunakan buku tadi.
Plak!
"Aaaaakkkkhhh auuu"
'Mwoya? Bukan mimpi? Ini nyata?' Batin Mina.
"Aahh, YAK! Apa yang kau lakukan!" Pekik Jimin, ia mengaduh sakit dan masih mengelus- elus dahinya yang sekarang tampak sedikit biru, pasti sakit sekali, jelas lah, orang Mina mukulnya pake hati, tenaga dan perasaan.
Mina melepaskan buku tebal tadi langsung menutup mulutnya kaget.
"Kau . . .argh . . .apa lagi ini, pakai bajumu!" Jimin merentangkan tangannya didepan Mina, berusaha menutup tubuh Mina menggunakan tangannya agar ia tak dapat melihat keadaan Mina yang saat ini hanya menggunakan dalaman saja.
Mina langsung menutup tubuhnya menggunakan selimut mereka dan saat Mina berusaha beranjak dari kasur, tentu saja selimut itu juga ikut tertarik hingga tak menutupi Jimin, dan ternyata . . .
"YAK!!" Jimin memekik histeris.
Walaupun Jimin tidur menggunakan baju kaos putih bagian atas, tapi bagian bawahnya, ia tak menggunakan celana melainakan hanya celana dalam yang sangat ketat, dan itu membuat Jimin malu hingga secara spontan dan tidak sadar ia malah kembali menarik selimut yang Mina bawa.
Tentu saja kini Mina pula yang tak tertutupi apa- apa. Entah apa yang terjadi didalam kamar ini, saya tidak mengerti, kenapa Jimin sangat berlebihan, bukankah mereka suami- istri, so ya, biasa aja keles Jimin . . .
Mina alhasil hanya bisa berlari menuju toilet.
"Auh hah . . .hah . . .hah . . .mwoya? Apa- apaan tadi? Aarrkkkhhh . . ." Mina terlambat untuk berteriak kaget. Ia memekik didalam toilet dan dapat didengar Jimin dari kamar.
🐧😶🐣
"Aarrkkhh akh . . .pelan- pelan . . ." Jimin meringis kesakitan, dengan Mina sekarang sedang mengompres bekas pukulannya sendiri pada Jimin. Sudah membengkak, dan tampak biru.
"Apa sakit?" Tanya Mina.
"Menurutmu?! Aauuu" Jimin tanpa sadar memegang tangan Mina yang tengah daribtadi mengompres dahinya. Jadi tangan Mina megang kompresan di dahi Jimin trus saat merintih, Jimin malah ikut megang, jadi otomatis Jimin megang tangan Mina dong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Tears [END]
FanfictionTAMAT- 34 Chapter Jimin have a secret- wife. [ 20 Oktober 2019]