11. Perfect Tears

1K 75 0
                                    

Mina pov on

Sudah seminggu sejak kejadian skandal Jimin dan sudah diberi klarifikasi yang awalnya banyak sekali ARMY yang sedih jadi tenang sekarang tidak ada lagi tanda tanya dalam hati.

Tapi ngomong ngomong apa ya kabar anak itu, soalnya aku rindu banget, apalagi kami sama sama sudah menyelesaikan comeback yang berarti kami tidak ada nampil di atas panggung lagi.

Huem, aku ingin melihat wajahnya sekarang juga.

Ibu
Calling. . .

Mina
Halo ibu?

Ibu
Nak, datanglah kerumah, ayahmu sakit

Mina
Apa? Baiklah ibu aku berangkat sekarang juga

Setelah menutup telepon aku panik setengah mati karena tidak biasanya ibu menelpon langsung to the point tanpa basa basi, ayah pasti sakit sekali.

Dengan tergesa-gesa aku menyiapkan diri tanpa membawa apapun kecuali ponsel dan dompet.

"Onniedeul maafkan aku, sepertinya aku harus kembali kerumah sekarang juga ayahku sakit" Tentu saja aku permisi terlebih dahulu dengan para member.

Untung saja para member dengan cepat merespon iya tanpa banyak tanya, mereka mengerti jika aku saat ini sangat terdesak dan terburu buru.

"Ya, hati hati dan titip salam buat keluargamu, semoga ayah lekas sembuh"

"Ne gumawo onnie" lalu aku turun dari dorm dan menuju halte terdekat.

🐧🐧🐧

Sudah hampir 15 menit aku menunggu bis, tapi tidak ada satupun yang datang, tidak hanya bis, aku juga melambai lambai pada setiap taxi yang lewat tapi tidak ada satupun yang berhenti semua penuh.

Aku harus bagaimana ini, aku sungguh khawatir bagaimana dengan keadaan ayahku sekarang, oh tuhan tolonglah aku.

Aku melompat lompat geram, karena tidak ada tumpangan umum dari tadi, tapi tiba tiba ada mobil yang aku sangat kenal tapi lupa punya siapa mendekati ku.

Tin. . .

Mobil itu mengklakson, dan kaca nya turun perlahan dari luar nampak seorang lelaki didalam mobil itu.

Ah dia

Park Jimin, ya ampun pantas saja aku yakin mengenal mobil ini, bodohnya kenapa aku lupa.

"Cepat naik" Jimin.

Aku masuk kedalam mobilnya dan langsung mengenakan seatbelt.

"Bolehkah aku minta tolong?" Aku merapatkan telapak tanganku memohon padanya.

"Mengantarmu kerumah kan?" Jimin.

"Bagaimana bisa kau tau?" Aku terkejut karena ia tau kemana tujuanku, jadi tak heran mengapa ia sampai disekitar dormku.

"Kau lupa? Aku kan suami mu, jadi apa yang tidak aku ketahui?" Jimin.

"Hm baiklah, terimakasih dan maaf sudah merepotkanmu, tidak semestinya kau. . ."

"Kenapa? Kau mau menunggu berapa lama lagi sampai ada bus atau taxi?" Jimin benar, lebih baik aku diam saja daripada banyak bacot ntar di suruh keluar kan ga lucu baru masuk ni lo.

Perfect Tears [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang