12. Perfect Tears

338 34 3
                                    

Episode sebelumnya

"Apanya yang biasa saja? Bukankah kau menikahi idolmu? Kakek benar benar menyayangimu nak" Ayah.

"Iya sih, dia. . .

Idol?

Idol?

Idol?

Tunggu tunggu wait. . .

Gawat!

Aku lupa. . .

Haaa si bodoh mina. . .

Tidak tidak tidak aaaaarrrggghhhhh

Mina dengan spontan langsung berdiri tentu saja membuat kedua orang tuanya kaget.

"Kenapa sayang?"

"Ada apa nak?"

"Ibuuuuuuuu matilah aku demi neptunus" Mina.

🐧🐧🐧

Ceklek. . .

'Apakah dia sudah tidur?' Mina mengintip kamarnya setelah membuka sedikit pintu kamar untuk dapat mengakses penglihatannya dari luar kedalam, yang terlihat adalah Jimin sudah dikasur dengan mata tertutup, berbaring miring menghadap pintu kamar dan salah satu tangannya di jadikan bantal.

'Hah, syukurlah dia tidur, apa dia selelah itu? Sampai tak menyadari ini semua? Apa karena waktu masuk dia tak menghidupkan lampu?' Mina dalam hatinya menebak nebak, mungkin saja Jimin masuk kekamarnya tanpa menghidupkan lampu dan langsung tidur, itu pikirnya.

Mina lalu melangkahkan kaki kecilnya perlahan lahan agar si pangeran manis itu tak terbangun karena pergerakannya, setelah berhasil masuk kedalam kamar, dengan cepat tapi tanpa suara tangannya sudah mencopot satu satu foto foto yang disangkutkan di lampu tumblrnya dan menanggalkan kan poster poster yang menempel didinding kamar, ia lolos mengambil semua foto kecuali poster, melepaskan poster didinding itu menghasilkan suara hingga Jimin ternyata sudah sedari tadi membuka kelopak mata, masih dengan posisi miring ke kanan tapi kali ini tangan kanan telapaknya digunakan sebagai sandaran kepalanya.

"Apa yang kau lakukan?" Jimin membuat mina menghentikan aktifitasnya dan berhasil membesarkan bola mata mina karena suara tegasnya.

Butuh lima detik mina tersontak kaget terlebih dahulu baru menoleh kearah sumber suara dan memberikan sedikit senyuman kikuk pada suaminya itu.

"Hehehe, mianh, maaf membuatmu terbangun, apa aku menganggungmu?" Mina.

"Tidak, tapi semua yang menempel didalam kamar inilah yang menggangguku, bagaimana aku bisa tidur nyenyak jika dia" Jimin menunjukkan handbanner wajahnya yang menggantung "dia dia dan dia, menatapku" lalu Jimin menunjuk poster wajahnya dan foto foto yang sedang berada di tangan mina.

"Ah, mianh, aku lupa menyimpannya" Mina.

"Kenapa banyak sekali?" Jimin bangkit dari posisi tidurnya dan duduk di tepi ranjang.

"Ah. . .itu karena teman ku yang kasih" Mina.

"Benarkah?" Jimin menyungkit alis matanya.

Perfect Tears [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang