"Kalau gitu kita ikuti taksinya sampai depan rumah kak Windy."unar Athalla.
"Benar. Gue setuju sama lo."ucap Agung.
Mereka menunggu di depan jalan besar. 30 menit mereka sudah menunggu tapi tidak ada satu pun kendaraan yang lewat.
"Jalanan ini terkenal sepi, pagi sampai sorenya jarang di lewati kendaraan, apalagi malam."ucap Agung.
"Kenapa baru bilang, Gung! Minta di sleding sama Reta?"kesal Fahriza.
"Hehehe sorry-sorry."ucap Agung.
"Oh ya kalian bagaimana bisa menemukan tempat kami di culik?"tanya Windy.
"Awalnya kami juga enggak tau kak kalau kalian di culik, tapi aku liat bang Andre dan bang Agung lagi panik."ucap Athalla.
"Saat bel setelah pendalaman materi, ponsel gue di penuhi panggilan dari mamanya Reta, katanya Reta izin enggak PM dulu tapi belum sampai rumah juga sampai maghrib. Gue pikir Reta lagi di mall kan yaudah gue balik telepon ke mamanya, akan cari Reta. Tapi tiba-tiba Andre ngagetin gue karena heboh saat tau lo enggak PM, dia ke kelas lo berdua trus salah satu teman lo bilang, kalian juga izin enggak PM. Nah dia udah nelepon lo berdua ponsel aktif tapi enggak ada yang menjawab akhirnya kita pergi ke kelasnya Mola buat minta bantuan lewat pacarnya yang pintar teknologi. Pacarnya Mola melacak ponsel kalian dan dapat deh tempatnya, lalu kami berlari dan bertemu Athalla yang lagi nunggu Fahriza selesai PM, akhirnya dia menawari diri untuk ikut."jawab Agung menjelaskan.
"Oohhh."
"Trus sekarang gimana? Taksi enggak ada, berarti kita enggak bisa pulang?"tanya Reta sedih.
"Bisa. Apa mau ganti-gantian gue nganter Reta dulu abis itu nganter Windy?"ujar Agung.
"Yaudah deh."ucap Windy setuju.
Reta naik ke motor Agung, saat itu mereka melihat sebuah motor mendekat ke arah mereka.
Ternyata Andre kembali lagi.
"Lu kenapa balik lagi Ndre? Bukannya tadi baper?"tanya Agung meledek.
"Diam lo! Naik buruan!"titah Andre kasar.
"Enggak!"tolak Windy.
"Ck."Andre mendecak sebal, lalu menatap Athalla dan Agung tajam.
"Ret, kita langsung pulang aja, Windy udah ada Andre."ucap Agung.
"Oke. Win, kita duluan ya."pamit Reta.
"Ah...iya."balas Windy pasrah.
"Kak ayok."ajak Athalla.
"Win, maaf kita juga duluan ya."pamit Fahriza.
"Za...jangan tinggalin gue sendiri, please."mohon Windy.
"Win, itu udah ada Andre. Untuk saat ini aja lo juga jangan egois, ok? Mau pulang kan, naik sama Andre."ucap Fahriza menepuk bahu Windy.
Windy menunduk sedih.
"Gue tunggu lo besok di sekolah, jangan sampai enggak masuk ya."lanjut Fahriza lalu menaiki motor Athalla.
Kedua motor sudah melaju pergi, tinggal motor Andre. Andre hanya memerhatikan tingkah Windy yang masih menunduk.
"Mau sampai kapan kayak gitu? Enggak mau pulang?"tanya Andre dingin.
Windy mengulurkan tangannya meminta helm. Andre memberikan helm satunya.
Andre sudah stand by di motor tapi Windy tidak naik juga.
"Ck. Buruan!"ketus Andre.
Windy melirik Andre lalu menaiki motornya. Andre menarik tangannya agar tangan Windy melingkar di pinggangnya.
"Di lepas, enggak tanggung jawab kalau jatuh."ucap Andre.
Windy tak membalas. Andre menjalankan motornya.
"Akhirnya benar diantar, gue kira dia mau ditinggalin lagi."ucap Reta.
"Enggak bakal lah. Andre itu cinta banget sama Windy. Dia enggak bakal merubah perasaannya hanya karena perasaan Windy. Dia akan merubah perasaannya jika Windy sudah milik orang lain."balas Fahriza.
"Lu tau darimana?"tanya Agung dan Reta.
"Gini-gini, gue teman curhatnya Andre. Walau sering berantem di luar, tapi saat sampai rumah, kami saling curhat."jawab Fahriza.
"Yaudah yuk pulang."ujar Athalla.
Mereka bersembunyi di gang untuk memantau Andre dan Windy.
Lalu di jalan...
Andre mengendarai dengan kecepatan 60 km/jam. Windy memeluk Andre erat.
Windy tiba-tiba menyenderkan kepalanya dan menangis. Andre tidak sadar bahwa Windy menangis.
Sesampainya di perumahan Sanjaya, mereka di periksa sebelum masuk. Setelah itu Andre lanjut mengendarai motornya menuju rumah keluarga Windy.
Motor berhenti tepat di depan rumah keluarga Windy. Windy melepas pelukannya lalu turun dari motor.
Melepas helm dan memberikannya ke Andre.
"Makasih."ucap Windy lalu memasuki perkarangan rumahnya.
Andre terkejut dengan wajah Windy yang sembab, lalu dia memegang jaket bagian belakangnya.
"Basah. Dia habis nangis."ucap Andre lalu Andre memasuki perkarangannya.
Di rumah keluarga Windy...
"Assalamu'alaikum. Aku pulang."ucap Windy.
"Wa'alaikumsalam. Ya Allah Windy. Kamu enggak apa? Ada yang sakit?"tanya Dea-mama Windy.
"Enggak apa ma."jawab Windy datar.
"Kamu pulang sama siapa Win?"tanya Irwan-papa Windy.
"Andre."jawab singkat Windy.
"Lalu penculiknya gimana dek? Udah di kasih ke polisi?"tanya Celli-kakak pertama Windy.
"Penculik? Kakak tau darimana?"tanya balik Windy.
"Dari Andre. Papa di beri tau sedari jam 5 sore setelah dia pulang PM. Katanya kamu izin enggak PM dulu."jawab Irwan.
"Win, jawab pertanyaan kak Celli."ujar Cella-kakak kedua.
"Penculiknya udah di kalahin. Enggak di lapor polisi karena cuma sesama anak SMA yang punya dendam."jelas Windy.
"Dendam? Sama siapa? Kamu? Atau Fahriza? Atau Reta? Kata Andre mereka ikut diculik juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
ketos gila [END]
De Todoapa jadinya saat ketos naksir anggotanya padahal dalam ketentuan OSIS di sekolahnya, dilarang pacaran bahkan saling suka. #readthenvote