KG 21

131 10 0
                                    

Andre menepuk pelan bahu Windy memberinya semangat.

Windy membalas dengan senyuman tipis.

Andre memukul lengan Fahriza.

"Ap--"

"Minta maaf!"

Andre memberi isyarat ke Fahriza sebelum Fahriza menyelesaikan ucapannya.

"Win, maaf gue enggak bermaksud begitu."ucap Fahriza sungguh-sungguh.

Windy tersenyum.

"Enggak apa. Gue aja yang ke bawa perasaan."balas Windy.

"Nah kak, bang, ini dia tempatnya."ucap Athalla.

"Uwaaaahh baguus banget!"sorak mereka bertiga.

"Ini halaman belakang rumah keluargaku. Ayah ku membuatkan taman bacaan sedari aku kecil sekaligus tempat menyendiriku. Tenang saja yang tau tempat ini hanya aku dan ayah ku. Saat ini ayah ku sedang di kantornya jadi dia tidak akan kesini untuk mengganggu."jelas Athalla.

"Oke."ucap mereka senang.

Ini adalah taman outdoor yang di beri atap transparan dengan taman asli yang subur dan lemari berisi buku-buku.

Mereka segera mengambil buku yang berada di taman bacaan. Setelah itu mereka duduk di tamannya.

"Rumputnya subur banget."ucap Fahriza.

"Aku setiap hari menyiramnya."ucap Athalla memberitahu.

"Ini bunga nya tumbuh sendiri atau lo tanami bibitnya?"tanya Windy.

"Ada yang di tanam bibitnya ada yang enggak dan muncul tiba-tiba."jawab Athalla.

"Euh~"helaan nafas Andre saat tiduran menggunakan paha Windy sebagai bantalan.

"Enggak baik woy baca nya tiduran."tegur Fahriza.

"Berisik! Terserah gue!"balas Andre tak peduli.

"Gak apa kak, aku juga sering baca sambil tiduran karena lebih nyaman."sambung Athalla.

"Ck. Di kasih tau. Ini juga kamu Thal. Mulai sekarang jangan baca sambil tiduran, ngerusak mata tau."omel Fahriza.

"Mataku emang udah rusak kak. Mata ku ini udah minus."ucap Athalla.

"Hah? Serius!"terkejut Fahriza.

"Iya. Nih aku tunjukkan."ujar Athalla.

Athalla mencuci tangannya lebih dulu di wastafel lalu melepas softlen yang berada di matanya.

"Coba kakak kasih unjuk berapa jari kakak nanti aku jawab."ujar Athalla.

"Nih..berapa?"tanya Fahriza menunjukkan 10 jarinya.

"Hm...enggak jelas. Aku liatnya ada banyak jari."jawab Athalla.

"Terbukti. Eh?! Bola mata mu warna biru?!"terkejut Fahriza.

"Hehehe iya. Aku keturunan orang berdarah biru."ucap Athalla malu.

"Lo anak bangsawan!"terkejut Andre dan Windy.

"Coba jelasin silsilahnya biar aku tau."pinta Fahriza.

"Bundaku keturunan bangsawan, dia adalah putri pertama dari kerajaan Louis di Inggris. Pernikahannya dengan ayah ku adalah rahasia keluarga. Makanya agar tidak ketahuan, bunda ku mengganti nama dan penampilannya. Nama asli bundaku Isabelle Kathrine France Louis. Dan sekarang namanya Kayla Shavana."jelas Athalla.

Mereka bermain di taman bacaan milik Athalla hingga larut malam.

Banyak panggilan telepon yang masuk ke ponsel keempatnya dari kedua orang tua mereka.

"Hallo bun."

"Kamu dimana sih? Udah larut malam Thal."

"Aku di belakang rumah, dari pagi tadi sama kak Fahriza dan bang Andre dan kak Windy."

"Pulang."

"Iyaiya."

Panggilan berakhir.

"Athalla kita pulang dulu, udah dicariin."ucap Windy.

"Ah iya kak, sama bang Andre kan? Hati-hati ya."balas Athalla.

"Hati-hati Win, Ndre."ucap Fahriza.

"Iya. Kami duluan."balas mereka.

"Kak, mau pulang sekarang?"tanya Athalla.

"Ayok dah. Udah jam 11 juga nih."jawab Fahriza.

Athalla mengambil motor terlebih dahulu setelah itu mengantar Fahriza pulang.

Lalu di depan gerbang perumahan Sanjaya...

Terlihat kedua keluarga dari pihak Andre maupun Windy telah menunggu.

"Kemana saja kalian?"tanya Irwan.

"Main sama Fahriza dan Athalla di rumahnya Athalla."jawab Windy.

"Besok kalian mau nikah. Kalau ada kejadian yang tidak diinginkan gimana? Telepon baru diangkat tadi."tambah Akbar memarahi.

"Pah sudah."ucap Dea.

"Ayah sudah."ucap Lyn.

Andre dan Windy memasuki perumahan lebih dulu dengan wajah kesal.

Esok hari tiba...

Di kamar rias Windy...

Windy telah di dandani dengan sangat cantik dan natural. Windy menatap dirinya dalam cermin.

"Sebenernya ini bukan pemaksaan, karena aku ataupun Andre saling mencintai. Hanya saja salah waktu dalam pelaksanaan."ucap Windy dalam hati.

Tiba-tiba dia jadi tidak tenang, mengingat setelah ini mereka sudah sah menjadi suami-istri.

"Andre berarti akan lebih macam-macam."ucap Windy.

"Jangan nuduh dulu dong."tegur seseorang.

Windy terpelonjat kaget, di dapatinya Andre sedang berdiri diambang pintu.

Andre memasuki kamar rias lalu berdiri di belakang Windy menatap cermin.

"Win, mau punya anak berapa?"

Spontan Windy menampar mulut Andre.

"Jaga ucapan ya Ndre! Gue masih mau lulus dan kuliah!"tegas Windy.

"Eh? Enggak papa lah, ada kok kuliah sambil hamil."ucap Andre.

"Andre sumpah mulut lo."kesal Windy.

"Win, cara kita bicara lebih baik ubah deh. Enggak enak loh udah suami-istri ngomongnya lo-gue."ujar Andre.

"Nanti aja kalau lo udah lewatin ijab kabulnya."

ketos gila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang