KG 2

277 15 0
                                    

Windy mengangguk takut.

"Hm...hukumannya apa ya?"bingung Andre.

"Gimana lo berdua jadi pendamping gue disaat gue kesusahan."ucap Andre.

"Setuju Ndre."balas anak yang lain.

"Ish dasar jahat!"ketus Windy lalu pergi keluar ruangan OSIS.

"Yah dia marah."sedih Andre.

"Tembak kenapa sih bang langsung. Kesian kalau dibuat menderita dulu."ucap Vian.

"Justru itu yang buat gue senang. Melihat dia menderita karena gue adalah hobi baru gue."balas Andre tersenyum licik.

"Dasar gila!"maki Mola.

"Deh? Sirik karena pacar lo enggak gila?"tanya Andre.

"Sok kenal sama pacar gue."ketus Mola.

"Kenal kok. Namanya Efendy kelas 12 Multimedia SMK Fav Random."ucap Andre.

"Ish. Dasar stalker!"kesal Mola lalu pergi keluar ruangan OSIS.

"Cewek gampang banget marahnya."keluh Andre.

"Maklum Ndre. Daripada gue, pacar gue lebih parah kalau marah."ucap Gilang.

"Lu pada enak banget sih pacaran diam-diam tanpa ketahuan guru dan juga pacar lo pada di sekolah lain lagi."iri Andre.

"Makanya buruan hapus tuh peraturan agar lo juga bisa pacaran apalagi sesama anak OSIS."ucap Edi.

"Iyaiya."balas Andre.

Pulang rapat...

Andre melihat Windy sedang berdiri di depan rumah makan nasi padang.

"Kan dia udah pulang daritadi, kenapa masih disini? Perasaan rumahnya enggak jauh banget."batin Andre bingung.

Lalu Andre melihat Windy ingin menyebrang dengan wajah kesal.

Andre segera menghampiri Windy.

Tin

"Astahfirullah. Kaget gue."terkejut Windy.

"Makanya jangan ngelamun. Lo kok belum sampai rumah?"tanya Andre.

"Mau tau aja."ucap Windy lalu menyebrang.

"Eh Win, tunggu! Gue belum selesai ngomong!"teriak Andre.

Windy tak menoleh sama sekali. Andre menyusul dengan motornya.

Andre berhasil menahan Windy, saat Windy ingin kabur, Andre segera turun dan menarik tangan Windy.

"Gue anter pulang. Gak ada penolakan!"tegas Andre.

Windy hanya mendengus kesal.

"Kenapa lo pakai motor ninja? Gue susah naiknya tau."kesal Windy.

"Emang biasanya gue naik motor apa?"tanya Andre heran.

"Saat itu gue pernah lihat lo naik motor matic."jawab Windy.

"Gue pakai motor matic kalau bawa gitar doang. Udah cepat naik."jelas Andre.

Windy naik dengan susah payah.

"Pegangan."pinta Andre.

Windy memegang tas Andre.

"Ck. Badan gue kek pegang."ucap Andre.

"Modus!"ketus Windy.

Andre dengan wajah badmood mulai menjalankan motornya.

Di perjalanan mereka tidak bicara sama sekali, tapi Andre memecahkan keheningan.

"Rumah lo itu yang setelah alfashop belok kanan atau kiri sih?"tanya Andre.

"Kanan abis itu ke kiri masuk perumahan. Tapi lo turunin gue di gerbang perumahan aja, enggak perlu masuk."jawab Windy.

"Emang kenapa?"tanya Andre.

"Kalau bukan anggota disitu dilarang masuk."jawab Windy.

"Trus lo kalau punya tamu kayak gimana nerima nya?"tanya Andre.

"Di dekat pos satpam depan pintu perumahan ada sebuah rumah buat nerima tamu untuk semua yang tinggal di perumahan itu. Tapi jika tamu dekat atau saudara akan dibuat kan keycard."jawab Windy.

"Ouh gitu."ucap Andre.

Windy diturunkan di depan pintu perumahan oleh Andre.

"Oke kalau begitu sampai jumpa besok di sekolah."ucap Andre.

"Bye."balasan datar Windy lalu dia memasuki perumahan yang pemeriksaannya ribet.

Andre segera melajukan motornya menuju rumah yang ia tinggali.

Di sebuah rumah megah bertingkat 4 dengan sistem keamanan tinggi, disinilah Andre tinggal.

Malamnya...

"Bun. Boleh enggak aku tinggal di tempat ayah di perumahan itu?"tanya Andre.

"Maksudnya? Di perumahan Militer Sanjaya?"tanya Lyn-bunda Andre.

"Iya. Daripada rumah kosong, lebih baik aku tinggal disana, lagian itung-itung aku belajar mandiri."jawab Andre.

"Kamu ini kayak Lisa juga. Trus di rumah bunda cuma sama Al doang dong. Nanti Al enggak ada yang ajak main kalau kamu tinggal sendiri."ucap Lyn.

"Ya Allah bun. Al itu udah besar, umurnya udah 14 tahun. Nah aku pindah rumah demi masa depanku, aku harus berjuang bun."jelas Andre.

"Baiklah bunda setuju. Tapi bilang ayahmu dulu."ujar Lyn.

"Okay. Makasih bun."ucap Andre senang lalu segera berlari ke kamarnya.

Andre menelepon ayahnya.

"Hallo Ayah."

"Saya Reno, maaf Jenderal sedang rapat bersama Jenderal lainnya, tuan muda Andre. Apabila ada pesan akan saya sampaikan."

"Tolong bilang ke ayah telepon kembali saya, saya ingin bicara penting sekali. Terima kasih."

"Baiklah. Akan saya sampaikan."

Panggilan berakhir.

Andre segera mengemasi barang yang akan dibawa nya.

Pukul 12 malam...

"Jenderal, tadi tuan muda menelepon dan meminta tolong agar dihubungi kembali. Katanya ada sesuatu yang ingin dibicarakan dan penting sekali."ucap Reno-asisten Akbar-ayah Andre.

"Kapan dia menelepon?"tanya Akbar.

"5 jam yang lalu."jawab Reno.

ketos gila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang