"Papa, mama. Ini semua salah Andre. Aku jatuh."rengek Windy.
"Enggak om. Ini salah Windy. Siapa suruh banyak gerak."ucap Andre.
"Eh malah saling menyalahkan. Udah-udah."lerai Cella.
"Andre kenapa kamu bisa disini?"tanya Akbar dan Lyn.
"Ayah dan bunda sendiri? Sama Al dan kak Lisa juga."tanya balik Andre.
"Kami lagi bertamu."jawab Akbar.
"Aku abis nganter Windy pulang. Tapi tadi dia ketiduran jadinya aku gendong eh pas bangun malah berontak dan jatuh."jawab Andre.
"Kalau begitu kita bicara dulu. Kita berenam."ucap Irwan.
"Lisa sama Al tunggu di sini aja."ujar Akbar.
"Iya Ayah."balas keduanya.
Di ruang keluarga mereka sedang berbicara.
"Jadi maksud kami mengajak kalian bicara untuk membicarakan tentang perjodohan."ucap Irwan.
"Hah! Perjodohan!"terkejut keduanya.
"Iya. Jika kejadian tadi terulang kalian masuk kamar dalam keadaan suami-istri bukan sebagai teman biasa yang belum ada ikatan."jelas Akbar.
"Tapi itu enggak sampai terjadi. Saya kan sudah bangun om."ucap Windy.
"Kami merencanakan ini sebenernya sudah lama. Tapi karena baru saja ada kejadian yang hampir lewat batas, kami semakin yakin buat menjodohkan kalian. Tidak ada bantahan!"tegas Akbar.
"Pernikahan akan dilangsungkan lusa, hari minggu. Pakaian pengantin sudah kami siapkan. Pernikahan kalian bersifat rahasia. Hanya keluarga kita yang tau, relasi bisnis, teman, ataupun sekolah kalian tidak akan ada yang tau."ucap Irwan.
"Baiklah."pasrah keduanya.
Lalu di rumah Andre yang di perumahan Sanjaya...
"Andre. Ini mas kawin kamu dan Windy."ucap Akbar.
"Yah, aku kan mau usaha sendiri."protes Andre.
"Mau sampai kapan? Kalian kan tiap hari pulang bersama, saling sentuh aja udah haram, makanya kami hanya mempercepat proses penghalalan kalian."jelas Akbar.
Andre segera mengambil mas kawinnya lalu masuk ke kamarnya.
Di kamar Windy...
Windy menangis tersedu-sedu.
"Kenapa harus perjodohan? Jika aku sama Andre emang jodoh yah biarkan tapi aku maunya nikahnya pas udah selesai kuliah!"terisak Windy.
Esoknya Andre dan Windy berencana kabur, tapi berhenti di sebuah taman.
"Win, apa enggak papa?"tanya Andre.
"Ndre, kalau emang kita jodoh. Enggak apa. Tapi aku maunya nikah setelah kuliah."jawab Windy terisak.
"Maaf ya Win, gue juga enggak bisa nentang. Gue juga mau ngajak lo nikah setelah gue mapan. Tapi kenapa malah cepat banget."ucap Andre frustasi.
"Eh? Windy! Andre! Kalian kenapa disini? Kalian nangis!"terkejut Fahriza yang sedang lari pagi bersama Athalla.
Lalu Andre dan Windy menceritakan apa yang terjadi ke mereka berdua.
"Perjodohan ya. Kalau kalian emang saling mencintai, yah bagus. Benar kata om Akbar dan om Irwan."ucap Fahriza.
"Bang, kak, tenang. Kami akan nyusul. Besok aku akan melamar kak Fahriza."ucap Athalla.
"Hah? Lamar!"terkejut mereka bertiga.
"Kan katanya kakak mau hubungan yang sah. Maka harus cepat-cepat."ucap Athalla.
"Nih anak malah ngebet nikah."batin Andre, Windy, dan Fahriza.
"Yah berarti enggak bisa datang ke acara pernikahan lu dong."sedih Fahriza.
"Kak, aku lamar kakak malamnya. Jadi kakak bisa hadirin pernikahan bang Andre dan kak Windy."ucap Athalla.
"Oh gitu. Athalla besok kita datang ke pernikahan mereka."ucap Fahriza semangat.
"Eh iya. Lu berdua undang Reta dan Agung kan?"tanya Fahriza.
"Undang lah. Mereka kan enggak ember mulutnya."jawab Windy.
"Kalian mau kemana?"tanya Andre.
"Mau ke suatu tempat sekalian olahraga."jawab Fahriza.
"Tempat apa?"tanya Windy.
"Enggak tau nih Athalla yang ngajak."jawab Fahriza menyenggol lengan Athalla.
"Mau ikut kak, bang?"tawar Athalla.
"Kita enggak ganggu kan?"tanya balik Windy.
"Enggak. Kan kakak udah ada bang Andre."jawab Athalla.
"Yaudah kita ikut. Itung-itung kabur. Ayok Ndre."ucap Windy menarik tangan Andre dan berlari bersama.
Andre hanya mengikuti mereka berlari menuju suatu tempat.
Mereka memasuki sebuah komplek Angkatan Laut.
Pemeriksaannya tidak terlalu ketat.
"Ini tempat tinggal lo, Athalla?"tanya Andre.
"Iya bang. Bagaimana abang tau?"tanya balik Athalla.
"Pernah liat biodata lo saat gue lagi ke ruang kepsek."jawab Andre.
"Rumahmu yang mana, Thal?"tanya Fahriza.
"Belok kanan memasuki jalan Bintang 5 lalu lurus trus ikuti nomornya sampai rumah nomor 7, cat dindingnya berwarna putih, gerbangnya juga putih."jawab Athalla.
"Lengkap banget. Biar si bawel enggak nyasar ya."ledek Andre.
"Yaaah...iya bang."ucap Athalla malu.
Fahriza memukul badan Andre.
"Jangan ngeledek anak orang mulu Ndre."omel Fahriza.
"Bukan anak orang kali, tapi suami orang."ledek Windy.
"Betul Win."dukung Andre.
Keduanya tertawa senang saat meledek Fahriza.
"Bukannya yang ada lo ya, Win?"balik Fahriza.
Windy langsung terdiam.
"Udahlah Win."
KAMU SEDANG MEMBACA
ketos gila [END]
Randomapa jadinya saat ketos naksir anggotanya padahal dalam ketentuan OSIS di sekolahnya, dilarang pacaran bahkan saling suka. #readthenvote