KG 10

157 10 0
                                    

"Kemana?"tanya Windy.

"Main bareng sama Athalla."jawab Fahriza.

"Sorry Za, Andre udah bawel. Gue ada rapat OSIS."ucap Windy.

"Oh gitu. Yaudah deh gue aja."balas Fahriza lalu berjalan mendekati Athalla.

"Za. Lu enggak mau ikut rapat?"tanya Windy.

Fahriza berhenti melangkah dan menoleh menatap Windy.

"Keputusan gue udah bulat Win. Tolong ngertiin, jangan kayak Andre yang keras kepala. Gue mohon."ucap Fahriza pelan dengan wajah murungnya.

"Oke. Kalau ada apa-apa, bilang. Biar kita enggak bingung ya Za."balas Windy.

"Iya Win. Santai aja. Kali ini lagi tenang kok hanya ada cacing kecil."ucap Fahriza kembali ceria.

"Yaudah gue duluan ya."pamit Windy.

"Kak. Mau main bareng?"tanya Athalla saat menyadari Fahriza ada disitu.

"Mau."jawab Fahriza semangat.

Mereka bermain basket bersama hingga keduanya lelah. Saat sedang istirahat mereka mengobrol.

"Kak. Tadi aku enggak sengaja dengar pembicaraan kakak sama kak Windy. Maaf ya."ucap Athalla.

"Enggak apa. Bukan hal penting juga."balas Fahriza sambil tersenyum kecil.

Suasana hening seketika.

"Duh kenapa jadi diam? Apa aku salah ya bertanya?"batin Athalla.

"Hm--"

"Athalla."panggil Fahriza memotong perkataan Athalla.

"Untung belum ngomong."batin Athalla lega.

"Apa kak?"respon Athalla.

"Jangan bilang siapa-siapa tentang yang tadi pagi ya."pinta Fahriza.

"Emangnya kenapa? Kalau kakak kesulitan, kakak bisa minta bantuan."ucap Athalla.

"Ini masalah gue. Gue enggak mau orang lain ikut ke masalah gue."balas Fahriza.

"Oke. Tapi kalau kakak kesulitan, aku bisa bantu. Kapan aja, dimana aja."ucap Athalla.

Fahriza diam sejenak lalu angkat bicara.

"Lo bisa berantem?"tanya Fahriza.

"Aku enggak suka berantem."ucap Athalla.

"Gue nanya lo bisa atau enggak. Bukannya suka atau enggak."jelas Fahriza.

"Berantem ya. Hm... karena enggak pernah berantem mungkin enggak bisa, tapi dulu pernah latihan karate selama satu tahun doang abis itu berhenti."jawab Athalla.

"Ouh. Berarti gue enggak bisa minta banyak bantuan ke lo."ucap Fahriza.

"Emang kenapa?"tanya Athalla.

"Gue jago berantem."jawab Fahriza.

"Kakak jago berantem!"terkejut Athalla.

"Kenapa? Terkejut ya? Siswi berhijab trus anak IPA trus jago berantem. Emang sih pasti semua terkejut apalagi abang gue. Dia heboh setengah mati."ucap Fahriza sambil tertawa kecil.

"Maksudnya mas Hamid? Yakin heboh? Orang nya kan tenang dan bijaksana. Tapi mungkin sama keluarga bisa kali bersikap begitu."gumam Athalla.

"Thal."panggil Fahriza.

"Eh? Kakak manggil aku?"tanya Athalla.

"Iya. Emang kenapa? Ah enggak boleh ya manggil setengah nama. Baiklah. Athalla."ucap Fahriza mengulang.

"Enggak apa sih kak. Tapi aku enggak terbiasa aja."balas Athalla.

"Yaudah yang buat kamu terbiasa aja. Maaf ya main panggil kayak gitu gue juga kesannya sok akrab. Hahaha."tawa kosong Fahriza.

Athalla dapat melihat wajah Fahriza yang penuh kegelisahan dan kekhawatiran. Tapi dia menutupinya dengan ketawa hambar.

"Ekspresinya mudah dibaca."batin Athalla.

"Kak kalau ada masalah cerita aja, aku siap jadi pendengar yang baik. Jangan disembunyikan dengan tawa."ucap Athalla.

Fahriza seketika terdiam dan merenung.

"Dek. Mau gue ceritain sebuah cerita enggak?"tawar Fahriza.

Athalla mengangguk.

"Jadi setahun yang lalu ada Ketos yang menjabat di sebuah sekolah. Ketos ini punya wakil yang mulutnya bawel dan berisik. Setiap hari si ketos selalu mendapat banjiran ceramah akibat sering ceroboh dan kadang si ketos dikatai 'bodoh, bego' lah sama si waketos. Lalu 3 bulan kemudian, ada acara CUP di SMA si ketos. Banyak sekolah lain yang datang. Lalu di waktu siang hari yang terik, sekretaris OSIS di ganggu oleh anak-anak dari sekolah lain. Dan yang melihat kejadian itu adalah si ketos. Si ketos emosi karena si sekretaris itu adalah teman dekat ketos. Si ketos menghajar semua anak-anak yang mengganggunya. Lalu ada satu anak yang memberi perlawanan lebih dengan menggunakan senjata tajam untuk melawan ketos. Tapi senjata tajam itu malah makan tuan, akibat si ketos menepis tangannya dan menyebabkan pisau berbalik arah nah sebelum si anak sekolah lain tadi siap buat menyerang balik, ada seseorang yang mendorong ketos dengan cepat dan menyebabkan tubrukan dengan si anak yang membawa pisau. Si anak tertusuk dan segera dilarikan ke rumah sakit. Lalu waketos baru datang ke tkp setelah sekretaris menelepon. Kejadian itu terjadi di lapangan belakang dekat lab ipa. Yang menjadi saksi hanya anak-anak yang mengganggu dan sekretaris OSIS. Lalu pelakunya terbukti si ketos, dan korbannya si anak dari sekolah lain. Anak yang tertusuk selamat sampai rumah sakit dan tertolong walau koma. Kedua belah pihak sekolah berhasil menutup mulut dan kasus itu, tapi teman-teman si anak masih tidak memaafkan dan berusaha meneror si ketos. Ketos mendapat punishment yaitu pangkatnya dicabut. Lalu si mantan ketos mengundurkan diri dari OSIS karena malu. Dan

ketos gila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang