Aku terbangun dengan mata menyipit karena terkena sinar matahari. Dari penglihatanku aku lihat mama baru saja membukakan jendela kamarku.
"Hailey, bangun, kamu tidur wae, sekolah sana" kata-kata mama membuat hariku bermulai dengan suram. Aku pura-pura tidak mendengar mama dan melanjutkan tidurku. Malas banget sekolah.
Mamaku sepertinya tidak menyukai responku karena dia menarik selimutku dengan keras hingga aku terguling sampai jatuh dari kasurku. Dengan keadaan sepenuhnya terbangun, mau tidak mau aku bersiap ke sekolah.
HPku berdering saat aku memakan sarapan. Dari Fio, sahabatku sejak aku kelas 7. Dia menchatku lewat LINE, seperti biasa.
Fio : Hei, Hailey, kamu dah berangkat belum?
Hailey : Mau, kenapa gitu?
Fio : Ya udah aku tunggu di kantin yah, ntar naik ke kelas bareng
Hailey : Iya
Aku tutup LINE dan pamit ke mama lalu berangkat ke sekolah diantar papa. Aku sampai di sekolah dalam 45 menit-an.
Kulihat Fio telah menungguku di kantin dengan rambut yang dikucir dengan model air terjun. Menurutku gaya yang kayak gituan tuh keren. Yah, bikin Fio yang rambutnya emang bagus makin keren. Apalagi ditambah warna kulit sawo matangnya. Mantap.
"Hailey, ayo ke atas" katanya sambil menarikku ke tangga yang dekat wc cowok.
"Kenapa lewat sini?" Tanyaku heran. Tentu aku heran, karena akan lebih dekat jika kami lewat tangga yang dekat kelas 6 IPA 2. "Oh aku ngerti, mau modus yahh?" Godaku. Aku baru ingat, Fio menyukai seseorang, namanya Bayu, anak kelas 1 IPA 2, yang kelasnya tepat di sebelah kelas kami, 2 IPA 2.
Sebenarnya akan lebih efektif untuk melihat Bayu lewat tangga yang di sebelah 6 IPA 2, tapi dia ingin melihat Bayu dari balkon yang menjadi selasar di depan deretan kelas IPA 1. Bayu selalu berdiri memandang alam di balkon kelas 1 IPA 2 yang kebetulan berseberangan dengan balkon yang hendak kami lewati. Kurasa Fio ingin melihat Bayu dari depan.
"Kamu kenapa sih sukanya diam-diam, dianya juga udah tau, sapa aja keles" kataku sambil melepas genggaman tangannya dari pergelangan tanganku. Mataku melebar melihat pergelangan tanganku yang merah-merah.
"Ih Hailey kok ga ngerti sih, kan lebih so sweet kalau memandang dari jauh, kalau bahasa inggrisnya mah watching for afar."
"Ya deh, da aku mah apa atuh, suka ama orang aja kagak, ya aku mah ikutin kamu aja yahh" jawabku seiring memperhatikan kami sudah hampir sampai ke kelas. Wow, si Fio cepet yah jalannya.
Lalu sesampai di kelas, aku melihat Konan (Konan nama cewe yah) dengan Andita lagi ngobrol juga dengan Nurul.
Urutan bangku kami selalu sama, aku duduk dengan Fio (Kami selalu duduk bareng tapi ga tau kenapa si Fio minta sebangku tiap hari, da sengklek si Fio mah) lalu Konan bareng ama Andita ai Nurul mah bareng ama Anna (ceritanya Anna belum dateng).
"Eh An, liat, tuh Petir dateng" kata Konan setelah aku dan Fio menaruh pantat kami di bangku kami.
"Hah? Petir? Siapa tuh?" Tanyanya sambil berbalik ke belakang.
"Tuh ada Guntur maksudnya" kata Konan tidak jelas.
"Apasih Nan, ga jelas amat, emang kalau ada Guntur kenapa gitu? Ah, ini nih gara2 kamu ah Ley, aku jadi di ejek Guntur, padahalkan ga suka" keluhnya sambil menunjuk ke arahku.
"Ih kok jadi aku, kan aku mah cuman yah, cie2 in kamu aja, lagipula kan kamu pernah suka, jadi ga salah kan?" Kataku sambil melipat tangan.
"Ya tapi kan dia jadi geer gitu, senyum-senyum lagi, apalagi kamu cie2innya tiap lewat, jadinya kan aku yang kena" keluhnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
If Only
RomanceMengingat semua cerita kita membuatku menangis. Kadang aku terjebak dalam masa lalu dan ingin kutinggal di dalamnya. Lalu aku berdiri, seperti orang bodoh melihatmu meninggalkanku. Andai saja aku bisa menghentikanmu, semuanya akan berubah. Tapi ak...