Chapter 14

360 24 0
                                    

Haiiii, oke... masa-masa POV orang-orang telah berakhir!! Masih bakal ada sihh, tapi Haileynya dulu. Pokoknya, kalo ga ada tanda "... POV" berarti itu Hailey, Okee!!

---

"Hailey, maaf!! Kau tak perlu marah padaku berhari-hari!! Hanya karena aku masih menunggu Nabila!! Aku sudah mengakhiri penungguan itu kemarin!!" Bisik Rey di belakangku. Kurasa dia bertukar tempat dengan Penta selama pelajaran Pak AsBim, guru Matematikaku yang itu lohhh.

"Ya terus?? Masalah buat gue??" Tanyaku dengan tiis

"Ya, aku juga bingung, kenapa masalah banget buat kamu?"

"Siapa bilang masalah?" Masih tiis. Iya dong, aku kan harus keep cool.

"Ya kemarin kamu bentak-bentak aku di depan umum dan hari ini kamu diemin aku, yah iya sih kamu sering diemin aku tapi ini lebih"

"Eh, yang di belakang!! Apa kalian baru saja mengobrol? Keluar!" Teriak Pa AsBim ( Asep Bimbang) ke arah aku dan Rey.

"Tapi Pak!! Dia yang--"

"Jangan banyak alasan!! Keluar, Bapak sudah capek sama kelas ini!! Mulai sekarang, yang mengobrol keluar!!" Bentak Pak AsBim, mau tak mau, aku dan Rey keluar kelas.

"Tuh kan!! Lihat apa yang kau perbuat!! Sekarang, aku akan kelewat materi!!" Bentakku pada Rey, penyebab masalahku.

"Baguslah kalau begini, dengan situasi ini, kau harus berbicara padaku, setidaknya mendengar aku" katanya sambil tersenyum. Untung aku keluar duluan, jadi aku duduk di bangku yang di luar kelas, Rey mah di lantai aja.

"Ngomong lah"

"Kenapa kau marah? Maksudku, aku bahkan tidak merasa melakukan sesuatu yang salah padamu? Bukankah wajar untuk menunggu orang yang kau sukai? Bukankah semua orang melakukannya?? Bukankah kau melakukannya? Pada Penta?" Cerocosnya yang membuat aku ingin merespon.

"Ya!! Aku melakukannya!! Tapi aku tahu bahwa aku tak punya harapan. Namun kau salah, bukan Penta yang kutunggu. Yang kutunggu adalah orang idiot. Orang buta, bodoh, dan ntah kenapa aku menunggunya, sehingga tiap harinya aku merasa aku hopeless!! Aku tak punya harapan!! Namun karena aku menyukainya aku tidak punya pilihan. Mau tidak mau, sampai perasaan ini berakhir, aku harus menunggu.

Namun, aku marah padamu karena kamu melakukan tepat apa yang kulakukan. Menunggu akan hal yang tidak akan pernah datang padamu, jadi, aku marah pada diriku sendiri dan aku lampiaskannya padamu!! Dan sekarang, aku ingin sekali meminta maaf tapi aku masih marah pada diriku sendiri tapi aku tidak dapat berbuat apa-apa--"

"Oke, aku mengerti. Tunggu, kau tak menunggu Penta? Berarti kau tak menyukai Penta? Jadi.. siapa yang kau sukai?" Tanya dengan curiga. Ohhhh aku benci diriku sekarang.

"Guntur?" Bohongku.

"Kau bilang buta, idiot, dan bodoh. Aku tahu Guntur sama sekali tidak buta akan hal yang berhubungan dengan "cinta"" Ohh, dia dengar bagian itu.

"Fathures?"

"Dia adalah orang yang jauhh dari idiot.. tunggu.. jangan bilang.. kau suka--" inilah saatnya, Hailey. Dia sudah menebaknya. "Iman?"

"Bego lu ya" aku menempeleng kepalanya dan dia merespon dengan lebay dengan terjatuh.

"Tak apa kalau kau sebut aku bego, yang penting kau tak marah" dia tersenyum padaku. Scene ini membuatku merona. Maksud dia apa?

***

"Ayo, kita jajan" ajak Fio ke kantin.

"Tunggu, aku pikir aku bisa pinjam Fio sebentar" kata Fikri langsung menggandeng Fio dan mencurinya dari tanganku.

If OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang