Chapter 6

427 31 1
                                    

Fio sakit. Mama bilang pulang hari Sabtu minggu ini. Kak Shinta keterima di STAN. Kak Indah ga akan pulang ke Bandung ampe Natal. Oke, fine.

Aku berjalan, sendiri, ke sekolah. Sekarang masih jam 06.00, bisa jalan santai.

Sampai di sekolah, aku duduk sendiri. Hari ini hari Selasa. Pelajaran pertama adalah B.Indonesia. Karena membosankan, maka kita skip sampai jam istirahat. Jujur deh, pasti kalian pada suka jam istirahat.

"Ley, kamu mau jajan apa?" Tanya Konan saat di kantin.

"Ga ah, aku nemenin kalian aja" kataku lalu duduk di bangku kantin.

"Sok-sokan diet lu, gendut mah ngaku aja" kata Nurul lalu pergi.

Aku mencoba mengacuhkan perkataan Nurul dan diam. Aku memperhatikan semua orang berlalu lalang di depanku. Semua biasa saja sampai satu orang menangkap perhatianku. Sekali lagi, Rey.

Hah? Menangkap perhatian? Kenapa dia menangkap perhatianku, ini kan hanya Rey. Aku melihatinya berjalan. Dia tidak mengetahui bahwa aku melihatinya. Kenapa dia tidak melihatku juga? Hah? Kenapa harus banget? Kenapa sih aku? Waaahhhh, Hailey riweuh.

"Hoy!!" Konan menjentikan tangannya di depan mataku. "Ley, ngelamun wae, ntar kerasukan setan loh"

"Ih sia! Aku ga ngelamun kok" kataku membela sendiri.

"Nan, liat ada Remy!!" Kata Nurul sambil menunjuk ke belakang Konan. Dia berbalik lalu berbalik lagi. Jadi lebih tepatnya Konan berputar.

"Emang kenapa kalo ada Remy? Masalah buat gue?" Katanya sambil melipat tangan.

"Bukannya kata kamu, kamu suka sama Remy yah?" Kataku dengan polos.

"Ihh Ley, sekalian sono pake toa!! Kenceng amat ngomongnya" kata Konan sambil menampar pipiku kenceng banget.

"Ih, Nan, kamu tuh ga segan-segan ih. Sakitnya tuh di sini!!!" Kataku sambil menunjuk ke pipiku.

"Ya kamu ngomongnya keras-keras. Yu ah ke kelas" katanya sambil menarik aku dan Nurul.

"Aku ga ngerti, kalo kamu suka dia, kenapa ga bilang aja, kan urusannya bakal cepet selese Nan" kataku sembari kita berjalan menuju kelas.

"Ih, Ley, kalo aku kasih tau, aku takut di ga suka ama aku, ada banyak resiko buat cewe untuk nyatain perasaan duluan" jelasnya sambil memakan keripik pedasnya.

"Apa coba resikonya? Hal yang terburuk yang bakal terjadi adalah bahwa dia bilang 'Aku ga suka' kok, bukan kayak dunia bakal hancur seketika kan?" Kataku yang membuat mereka menatapku seperti aku orang bego banget.

"Iya emang dunia ga kiamat saat itu juga, tapi pasti ada rasa kecewa lah, malu lah, sedih lah. Sama aja kayak dunia kita sendiri yang hancur" jelasnya yang membuatku menyadari kami tar lagi nyampe kelas.

"Kenapa harus hancur segala? Bagaimana tentang kata 'move on'?" Tanyaku yang sekali lagi aku dibuat merasa diriku bodoh banget.

"Susah Ley. Move on itu ga segampang menutup mulut (bagi orang normal)" jelas Nurul. Kali ini Nurul ikut bicara.

"Gimana tentang mantannya Konan, Kak Kemas? Bukannya Konan dah 'move on'? Itu bisa, berarti ga susah kan?" Kataku yang membuat Konan berekspresi seperti dia pengen ngejambak aku ampe rambut aku rontok semua.

"Ih, Ley, walaupun aku sekarang suka sama Remy, tapi aku mah jujur, masih ada rasa sama Kak Kemas. Jadi move on itu cuman nama buat istilah 'cari pengganti tapi yang lama masih ada kesempatan' ngerti?" Jelasnya panjang lebar.

"Kagak" kataku datar sambil duduk di bangkuku. Mendengar jawabanku, Konan dan Nurul menjitakku keras sampe kepalaku ada jurang. Lebay amat iuh.

***

Sampailah ke pelajaran terakhir. IPA Biologi. Guru IPA Biologi tuh wali kelas kami dan guru kami yang ini dateng-dateng bawa muka sedih.

Yah, aku sih ga terkejut. Kelas kami emang banyak masalah dan yang disalahin tuh guru wali kelas kami. Ibunya sampai nangis maka ibu guru bikin peraturan untuk pindah bangku.

Aku duduk di baris ke dua dari kanan bersama Nurul. Dibelakangku ada Konan dan sebelahnya... Rey.

Abaikan Rey, lanjutkan penjelasannya.

Lalu di sebelah Nurul ada Penta dan Guntur dan di sebelahku ada Azkiya dan Sabila. Anna duduk sama Iman di sebelah Konan. Fio duduk sama Andita di pojok kiri depan. Iya Fio ga masuk, jadi hari ini Andita sendiri. Oke, hari ini emang ngetop :')).

***

Pulangnya aku bersama Anna, jalan. Perjalanan yang memegalkan. Tapi Hailey Rapopo. HAILEY STRONG!!!.

"Eh, Ley" kata Anna memulai pembicaraan

"Kenapa?" Tanyaku sambil menyebrang.

"SIALAN!! AKU MO CERITA MALAH NINGGALIN" teriaknya.

"YA TINGGAL NYEBRANG IH REMPONG AMAAATT!!!" teriakku dan sepertinya Anna tidak kepikiran hal itu.

"Jadi, tadi, aku ngeliat Guntur" katanya mulai kalem.

"Iya?"

"Nah, dia ternyata jalan ama Cantika" katanya mulai sedih.

"Jadi?"

"Ya aku sedih Onyet" katanya mulai memukuliku.

"Kenapa sedih? Dia bukan pacaran ama Cantika kan? Cuman jalan" kataku dengan santainya.

"Ya sedih atuh. Kalau ngeliat ada orang yang kamu sayang jalan ama orang lain, ya pasti sedih" katanya.

"Trus kalau kamu liat mama kamu, jalan ama orang lain, kamu sedih ga?" Tanyaku dengan caleuynya.

"Ih bedaaaaaa Onyett"

"Terus? Ya kamu jalan aja ama Guntur" aku mendapat ekspresi 'kamu bodoh' dari Anna karena jawabanku.

"Ih, kamu ga ngerti. Aku ga mungkin nanya 'Tur, jalan bareng yuk' karena aku takut dia tau aku suka. Aku ga mungkin bilang 'Tur, aku ga suka kamu jalan sama dia' karena aku bukan siapa-siapanya dan aku ga mungkin bilang 'Tur, aku pengen jadi pacar kamu' karena... aku malu" jelasnya panjang lebar.

"Aku ga ngerti. Kalian suka sama orang dengan cara yang simple banget. Tapi kenapa jalaninnya repot banget" kataku sampai kami nyampe di pertigaan di mana aku ama Anna berpisah.

"Ntar juga kamu ngerti" katanya lalu meninggalkanku.

"Hah?"

------

If OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang