⚠17⚠

445 46 0
                                        

"Kamu berubah. Aneh, aku seakan tak pernah mengenal dirimu. Kamu jadi egois. Ada apa? Aku tak akan paham tanpa kamu jelaskan. Kamu kenapa? Mengapa kamu hanya marah-marah saja padaku."

-----

Suasana kantin SMA Adiwijaya sangat ramai dan sesak. Jejal oleh puluhan bahkan ratusan siswa-siswi SMA Adiwijaya yang sedang kelaparan dan kehausan. Apalagi setelah rombongan kelas XI MIA 1 tiba disana dengan berbondong-bondong.

Mereka langsung memesan minuman dan makanan di stand-stand penjualan sebanyak yang mungkin bisa mereka tampung di perut. Sekali lagi, ini semua mumpung gratis. Walaupun anak MIA, mereka pun hanya para manusia yang meruoakan cucu ada yang maniak terhadap hal yang berbau gratisan. Selama ada yang gratis, untuk apa mengeluarkan uang.

Beberapa dari murid kelas XI MIA 1 yang melewati meja Ev dan kawan-kawan pun tak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya karena telah membuat perut mereka kenyang hari ini tanpa perlu menggelontorkan uang sepeser pun.

Ev merasa sangat bahagia, melihat teman-teman sekelasnya terlihat sangat bahagia. Setelah sekian lama, akhirnya dia bisa membuat orang lain bahagia karenanya. Dan setelah sekian lama pula dia akhirnya bisa merasa damai dan tentram seperti ini.

"Tumben lo baik." Ucap Cla sembari menyeruput kuah bakso.

"Jadi selama ini gue jahat." Sinis Ev.

"Bukan, cuma kurang senyum aja." Ralat Cla dengan cepat.

"Iva seneng deh Ev. Sekarang Ev tuh lebih mudah senyum. Udah gak kaya dulu yang suka kasih tatapan seram." Iva juga ikut menanggapi. Sedangakan Lala hanya mengacungkan kedua jempolnya seraya tersenyum.

Ev tersenyum sumringah kepada sahabat-sahabatnya. "Semua berkat Dem dan dukungan kalian jua kok."

"EHMMM, BABANG DEMMM!" Seru Cla, Iva dan Lala bersamaan.

Azka dan Jodie yang duduk bersebelahan saling sikut. Mereka heran melihat Dem yang sejak pagi tadi sudah seperti orang yang menahan emosi yang luar biasa. Satu senyuman pun tidak ada yang berhasil Dem sunggingkan. Dia meluapkan semua amarahnya pada apapun di sekitarnya. Dari pagi juga Dem sudah sangat sensian. Bahkan saat belajar pun dirinya terkesan setengah hati dan nampak gusar.

"Dem lo kenapa sih?" Tegur Karrel.

"PMS?" Timpal Azka ngaco.

"Gak apa-apa." Jawab Dem singkat.

"Trus kenapa lo kok kayak kurang piknik gitu? Apa lagi galau? Padahal baru kemarin lusa hati lo berbunga-bunga kayak kebon, trus kenapa sekarang muka lo kusut kayak baju belum di setrika?" Tanya Azka.

"Gue bilang gak apa-apa ya gak apa-apa. Kalian bisa diem gak sih. Berisik banget." Teriak Dem.

Azka, Karrel, dan Jodie pun terperangah. Tak pernah Dem meneriaki mereka sampai seperti itu. Biasanya Dem hanya tak mengacuhkan saat mereka mengejek dan mengganggunya. Ada hawa panas dan tak sabar dalam nada suaranya.

"Perlu gue panggilan Ev. Biar emosi lo reda." Jodie berusaha meredakan suasana. Jodie tahu kalau Dem sudah mulai suka dengan Ev.

"Berhenti bilang nama itu. Gue gak suka." Nada bicara Dem masih saja tak berubah. Tetap teriak.

Geng Pangeran Curut yang lain pun sangat-sangat di buat heran dengan Dem yang labil. Kemarin saja dia girang tak karuan saat bertemu Ev. Tapi hari ini, mendengar namanya saja dia sudah marah. Aneh, Dem seperti berubah menjadi orang lain hari ini.

Demon & Devil [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang